Epilog

363 51 6
                                    

Alexa POV

"Jadi yang ini di kuadratkan lalu setelahnya di kali dua nah itu hasilnya. Gimana?"

"Salah, Lucas. Kamu harusnya mencari x nya dulu sebelum di kuadratkan"

Luke menatap soal matematika itu dengan mengerutkan keningnya. Aku kembali menyesap caramel blend nya dengan hikmat.

"Oh ya, kamu pintar juga" ucap Luke lalu menghapus jawabannya tadi dan aku hanya tersenyum tipis.

"Wait. Kalau kamu tau kenapa kamu menyeretku untuk mengajarimu matematika, Al?"

Aku tersenyum kikuk lalu kembali menyesap caramel blend tadi. Luke menghembuskan napas nya dengan kasar lalu menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi kedai kopi tersebut. Matanya mengalihkan pandangannya ke arah luar kedai kopi.

"Kalau kamu mau bertemu denganku tidak usah memakai alibi meminta mengajari matematika deh. Kamu ini kangen tapi gengsi sekali"

"aku tidak rindu denganmu"

"Oh c'mon alexa kita sudah berpacaran hampir 8 bulan tapi kau masih saja gengsi"

"Aku memang benar memintamu mengajariku matematika, Luke"

"Tapi kamu tadi buktinya bisa dan mengoreksi jawabanku yang salah"

"Ya tadi kan memang...oke aku memang ingin sekali bertemu denganmu"

Luke terdiam lalu menatap ke arahku dengan tatapan dalamnya aku pun menunduk takut kalau nanti Luke akan marah, walaupun sebenarnya Luke pasti tidak akan marah sedikitpun terhadap diriku. Aku sudah berulang kali membohonginya untuk mengejari matematika sampai akhirnya dia pernah bolos kelas kuliahnya hanya untuk bertemu dengan ku.

"Aku hari ini akan mengerjakan project laboratorium, Al tapi karna aku harus menemui mu aku membatalkan janjiku dengan yang lain"

Aku amat merasa bersalah sebenarnya. Sudah dua kali Luke membatalkan berbagai macam kerja kelompok hanya untuk menemuiku dan termakan ucapan bohongku. Tapi kalau saja aku tidak begini aku tidak akan bisa bertemu dengan dirinya. Kuliah memang membuat waktu Luke pun sangat tersita. Aku kira dengan Luke kuliah di USyd akhirnya bisa memberikan banyak waktu untuk selalu bertemu. Kalau begini caranya sama saja aku menjalani hubungan jarak jauh.

Aku menggigit bibirku kuat. Merasa bersalah dengan Luke tapi di sisi lain kalau aku tidak melakukan ini aku tidak akan bertemu dengannya. Hampir 3 bulan tidak bertemu kalau saja aku tidak berbohong begini.

"Luke"

Luke hanya melirik sekilas lalu kembali menatap jalanan Sydney di luar yang sore ini sangat padat. Aku menggigit bibirku.

"Luke, look at me? I'm so sorry. Ok? Aku harus melakukan ini karna ya aku memang rindu denganmu asal kau tahu saja. Kalau saja aku tidak berbohong mau sampai kapan aku bisa bertemu denganmu. I'm sorry. Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku terpaksa, Luke. Kau semakin susah di ajak bertemu. Aku kira dengan kau bersekolah di USyd kau akan selalu ada untukku"

Aku menunduk, tidak ingin melihat bagaimana reaksi Luke. Aku takut kalau dia malah marah atau ngamuk atau semacamnya. Asal kalian tahu, sekarang di rumah pun aku kembali selalu sendiri. Mom kembali sibuk dengan butiknya setelah keluaran terbarunya sukses di pasar internasional, Dad pun sekarang selalu ada di kantor dan Ashton pun juga pulangnya selalu larut.

Masalah ribut kecil begini memang selalu mampir apabila salah satu dari kami melakukan hal bodoh seperti aku sekarang. Memang sangat di uji sekali.

Aku bisa merasakan tubuh jangkung Luke memeluk tubuhku dengan erat.

"Maaf, Al kalau tadi aku sudah merasa kesal denganku. Kamu tau, berkuliah di jurusan Biologi membuatku selalu sibuk di laboratorium. Aku tidak sesantai Michael dan Calum. Aku minta maaf kalau aku sudah mengabaikanku. Tugas-tugas yang menggunung itu selalu saja menyita ku. Sorry?"

"Aku yang harusnya meminta maaf, Luke. Maaf telah membohongimu dan selalu membuatmu memilihku dibandingkan tugasmu"

"Tidak apa-apa. Aku yang harusnya minta maaf. Oke? Maaf"

"Aku, Luke. Aku yang harusnya--"

"Aku, Al"

"Aku, Luke"

"Aku, Al"

"Maaf Luke, aku yang harusnya--"

"Aku-- ah stop ini tidak akan berakhir kalau kamu dan aku terus meminta maaf. So, kita berdua saling memaafkan. ok?"

"Ok"

Luke pun menyenderkan badannya di sandaran sofa lalu aku mengikutinya menyenderkan tubuhku di sampingnya. Lama aku menatap wajah Luke yang memang kelelahan terlihat dari kantung matanya dan matanya yang begitu sayu. Luke memang akhirnya masuk ke USyd jurusan Biologi walaupun awalnya dia ingin sekali di musik bersama dengan Michael dan Calum.
Aku saat ini sudah kelas 3 yang artinya tidak lama lagi aku akan melanjutkan kuliah. Aku ingin mengambil filsafat atau sastra. Kyla dan Beca pun sudah sama sibuknya seperti aku selalu saja bimbel dan les sana-sini. Rumah masih menjadi base camp Ash CS walaupun tidak sesering dulu mereka mampir ke rumah karna masing-masing dari mereka sudah sibuk semua.

Aku rindu dengan semuanya yang dulu. Bagaimana rumah itu ramai, gelak suara tawa Michael dan Calum yang menggema, suara teriakan melengkingku kalau Luke menjahiliku, suara playstation yang dimainkan Michael dan Calum, suara bentakan Ashton dan suara protes Luke apabila Luke di bully oleh mereka.

"So, masih ada yang perlu aku butuhkan atau kamu memang sudah bisa semuanya?"

"Sudah, aku sudah bisa"

"Pantas lah bisa. Lagipula kamu kan memang pintar titisannya Ashton"

"Ya salah dirimu sendiri kenapa percaya kalau aku memang butuh bantuan. Bodoh"

"Hei! Aku ini tidak bodoh. Suara mu yang mencicit di telpon itu membuatku iba dan ingin menolongmu"

"Sialan! Memang aku ini tikus pakai mencicit segala!"

"Hei! Memang faktanya begitu, kalau rindu ya bilang jangan pakai berbohong dong"

"Harusnya kamu peka kalau aku memang rindu!"

"Peka peka apanya. Untuk apa memakai kode? Memang aku ini belajar pramuka? hah?"

"kamu ini katanya mahasiswa tapi masih saja bodoh!"

"enak sekali kamu bicara bodoh. Kamu yang bodoh"

"Kamu"

"Kamu"

"Kamu"

"Ka--Ah kalau begini terus bisa gila aku"

Aku kembali diam dan Luke pun diam juga. Kalai aku tidak menghentikannha terlebih dahulu sudah bisa aku pastikan kita tidak akan berhenti karna memang tujuan Luke mengusiliku Menanggapi ucapan Luke hanya membuatku sakit kepala. Sumpah, kami sudah 8 bulan bersama tapi tetap saja umpatan dan ucapan kasar masih selalu keluar dari mulut kami berdua. Luke masih seperti dulu menyebalkan dan aku masih sama seperti dulu menjadi bahan usil dari Luke. Luke is always be Annoying.

***

HAI

Hahahahaha ini sudah selesai asal kalian tahu.

Gue tau ini aneh banget dan jauh dari kata bagus dan nyambung. Abis gue juga udah kehabisan ide banget. Dan akhir2 ini buat mikirin epilog tuh susah karna gue lagi musim ujian.

So, this the last chapter.

Buat yang udah rajin comment dan vote thanks banget! ternyata cerita ini ada yang suka dan tertarik juga. Vote dari kalian sangat menjadi moodboster gue loh. Karna senwng parah ternyata cerita gue biar absurd ada yg suka hahahahahahahaha

buat yang cuma baca doang terimakasih sudah bersabar menunggu. walaupun kaliah kayak hantu gak kelihatan hehehehehehe

soooo, fanfiction ini resmi selesai dan ga ada sequel. Gue mau bikin FF lain yang tokohnya Harry, another lane dari fandom lain hahahah maklum dua fandom:(

Soooo thank you ya semua!!! Seneng banget gue parah! hahaha

All the love and big thanks, Nar!

Annoying Luke ft. Luke Hemmings ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang