enam bulan kemudian....
tak terasa waktu begitu cepat berlalu. kini Cha sudah naik ke kelas 12. sayangnya kini ia tak bersama dengan Bilal lagi. karena terpisahkan oleh kelas. Cha kelas 12 A3 sedangkan Bilal 12 A1. karena kelas yang terpisah, Bilal dan Cha sudah jarang berkomunikasi. entahlah bagaimana dengan hubungan mereka. lanjut atau tidak? padahal tinggal satu tahun lagi mereka bisa bersatu. asal Bilal mau menunggu...
~~~
Cha berjalan di koridor sekolahnya seorang diri. ia berjalan menuju gerbang sekolahnya karena sekarang sudah jam pulang sekolah. dari kejauha. ia melihat siluet lelaki tinggi sedang merangkul gadis. Hati Cha seakan tergores akan hal itu. ya. itu Bilal. Bilal sedang bersama seseorang di kejauhan sana. siapa gadis itu? entahlah Cha tak tau. Cha ingin marah? ya. tentu. tapi apalah daya, Cha hanyalah teman saja bukan siapa-siapa bagi Bilal. itu yang dirasa oleh Cha.
melihat itu,.tak terasa air mata Cha mulai menetes. Cha memegangi dadanya yang terasa sesak melihat hal itu. tapi Cha terus berjalan hingga berpapasan dengan Bilal dan pasangannya itu.
"Hai... Aisyah..." sapa Bilal.
Cha sungguh kaget bukan main. Bilal tak lagi memanggilnya A. malah Bilal memanggil nama Aisyah kepadanya. padahal dulu A adalah panggilan istimewa katanya. mungkin sekarang Cha bukanlah yang spesial lagi untuknya.
"hh..hhai.." ucap Cha gugup.
"duluan, Syah. kasian nih disebelag aku.. takut kemaleman pulangnya.. bye..." ucap Bilal dengan santai seperti dia tak melihat raut sedih dari wajah Cha."yy..yyaa... hati-hati..." Cha hanya memaksakan senyumnya.
Bilal dan gadis itu pergi. menjauh. Cha hanya menatap punggung kokoh Bilal dari kejauhan. sedih. kecewa. tapi apalah daya. mungkin ini sudah jalanNya. Cha melihat mobil kakaknya di depan gerbang. Cha langsung menghapus air matanya. takut kakaknya tau soal ini.
dalam perjalanan pulang, Cha hanya diam. Al yang mengerti bahwa adiknya sedang bersedih hanya mendiamkannya. ia akan menanyakannya nanti di rumah saja.biarakan Cha tenang dulu.
sampai di rumah Cha langsung masuk ke kamarnya. menghiraukan panggilan mamanya. mamanya yang hendak menyusul anak bungsunya itu dihalang oleh Al karena ia tahu adiknya itu masih belu. tenang.
~~~
Cha POV
sesampainya di kamar, aku langsung mandi dan sholat ashar. entahlah mungkin dengan ini pikiranku jadi lumayan tenang. tapi kenapa Bilal berubah? salah apa aku padanya? mungkinkah karena aku tak mau menjadi kekasihnya? tapi itu prinsipku. bilanglah aku egois. ya aku egois soal masalah ini. karena aku ingin fokus belajar. tapi aku tak mau Bilal berpaling dariku. aku mau Bilalku kembali.
setelah selesai sholat. kurebahkan badanku di atas kasurku.dan air mataku mulai membasahi pipiku lagi. memikirkan apa salahku pada Bilal hingga ia seperti ini. ia bukan Bilal. kemana Bilalku yang dulu? Ya Allah... apa ini.... aku menangis dalam tidurku..
malampun datang. dan aku masih bersembunyi di kamarku. hingga sebuah ketukan mengagetkanku.
tookktokktokk... suara pintu.
"masuk aja gak dikunci kok" ucapku pelan.
ternyata itu kak Al.ia berjalan ke arahku sambil membawa namoan berisi makanan. mungkin disuruh mama. karena mulai tadi aku tak selera makan. kak Al duduk di sampingku. lantas memelukku erat. tak terasa aku menangis dipelukannya.. sungguh kak Al memang bisa menenangkanku. nyaman berada dipelukannya.
"kenapa nangis, sayang?? ada apa? cerita sama kakak ada apa?" tanya kak Al. aku tak menjawabnya. aku hanya menangis..menangis...dan menangis...
"heiheihei... adik kakak yang cantik kenaoa, hah? siapa yang membuatmu seperti ini?" aku hanya menggeleng didekapannya.
"kakak tanya. siapa yang membuatmu seperti ini? ngomong sama kakak..."
"Bii...biill..biillaal, kak...hiks..hiks.." ucapku terbata-bata.
"sudah...sudah... ya... cowo di dunia bukan hanya Bilal seorang, sayang... semua orang menyayangimu termasuk kakak. apakah kamu tak sayang kakak?"
"jelas aku sayang kakak.."
"nah... maka dari itu.. lupakan dulu Bilal.. ayo makan..." aku menggeleng sambil menutup mulutku dengan tanganku.
"ayo makan, Cha... kakak suapindeh..... yayay mau ya..." aku menggeleng lagi.
"terus mau kamu apa? apa mau keluar bareng kakak? beli makan di luar bareng kakak?" dengan senyum sumringah aku mengangguk.
"yasudah ganti baju sana. kakak tunggu dibawah oke.."
"oke, Kak hhihi..." aku nyengir kuda.
~~~
kakak nengajakku ngandok bakso diperempatan jalan. sembari menunggu pesanan kami datang, aku membaca novel yang aku bawa dari rumah. entah mengapa, kak Al langsung mendekapku erat.
"kakak...lepas.. aku mau baca novel.. gak keliatan ini kalo kakak dekep aku kaya gini" aku mendorongnya. dan akhirnya dekapannya lepas. dan apa yang aku lihat sekarang? Bilal bersama gadis tadi lagi.Ya Allah kenapa aku harus beesedih lagi... Eeh? Bilal jalan ke arahku?
"hai, Syah... hai, Kak.." sapa Al.
"hai.." ucapku. kak Al hanya mengangguk.
"bolehkan kita gabung? semua meja penuh."
"bb..bboo..bboolehkok.." ucapku setengah hati.
"makasih. eeh btw, kenalin dia Julie Zakkiya. paggil aja Kiya. J, dia Aisyah temanku." ucap Bilal. Bilal memanggil gadis itu apa? J? oh ternyata dia spesial rupanya.
"hai.. aku Aisyah.."
"aku Julie. kak B sering panggil aku J katanya sih spesial hhihi..."
"ooh.. hhaha... kamu adik kelas aku dan Bilal kan?"
"iya, kak." ucap Kiya.
bakso pun datang. aku makan dengan cepatnya karena sudah muak dengan pemandangan di depanku. Kiya menyuapi Bilal makan. memangnya Bilal anak kecil apa? disuapi segala. huh! Banyak istighfar ini mah... Bakso habis, aku langsung pulang. ya...pamit sih ke Bilal dan Kiya dulu. setelah sampai di dalam mobil? aku langsung nangia lagi dipelukan kak Al..
KAMU SEDANG MEMBACA
If Allah swt Say Yes
RandomKita hidup di dunia yang sama. Kita sama-sama bernafas. Kita memiliki rasa yang sama. Kita sama-sama tahu akan hal itu. Tapi kita tak dapat bersatu. Hingga suatu masalah muncul. Tak ada kata "KITA" lagi. Tak ada aku dan kamu lagi. Dan entahlah apala...