Prolog

2.3K 111 23
                                    





"L-168" wanita paruh baya itu menyebutkan kode yang tertulis di gulungan kertas kecil.

"A-271" lanjutnya setelah mengambil potongan kertas baru yang ia ambil dari gelas kaca.

Nama kami memang tertulis dalam sebuah kode yang terdiri dari satu huruf dan tiga angka. Huruf di kode itu menunjukkan inisial nama kami dan tiga angkanya menunjukkan nomor penduduk.

"Dan... K-085!"

Apa? Aku? Mengapa?

"Kath" gumam Kaya pelan.

"Saatnya mengucapkan selamat tinggal, Kay" balasku pada Kaya-satu-satunya keluarga yang kumiliki. "Aku menyayangimu" lanjutku. Kaya menangis saat aku memeluknya untuk terakhir kali.

"Ayo segera ikuti kami" ucap petugas yang dengan seenaknya melepaskan pelukanku dengan Kaya.

"Semoga berhasil, Kath"

Aku menoleh padanya dan mencoba tersenyum untuk meyakinkan kepadanya bahwa aku baik-baik saja-padahal tidak sama sekali.

Dan dalam satu kedipan mata, aku menghilang di balik pintu gedung walikota.

---

"Bisa tidak sih kau memanah dengan benar?! Kau tau, kau membuat nilai distrik kita buruk!" teriak Ansel marah padaku.

"Sudahlah, Ans. Dia butuh waktu untuk belajar memanah lagi" kata Logan menenangkan Ansel.

"Butuh waktu berapa lama lagi hah!? Dengar, ini hari terakhir untuk berlatih sebelum kita dikirim untuk berperang besok! Kau gadis pirang lemah, lebih baik kau mati disini daripada kau merepotkanku besok!" Ansel pergi meninggalkanku dan Logan.

"Jangan dengarkan Ansel, aku tau kau bisa melakukannya" ujar Logan.

Ketahuilah, Logan memang orang yang sangat baik.

"Tapi Ansel mengatakan hal yang benar. Aku memang lemah, aku tak bisa melakukan apapun dengan baik. Aku mengerti"

"Sstt, coba kau panah apel di atas meja dekat laki-laki pirang itu" ia menunjuk kearah laki-laki yang sedang menopang dagunya di meja sambil mengobrol dengan temannya.

"Apa kau gila? Bagaimana jika nanti aku malah memanah lelaki itu?"

"Coba saja, itu tantangan. Kau akan fokus pada apelmu jika ada laki-laki itu"

"Apa hubungannya?"

"Coba saja, okay?"

"Baik, doakan aku"

Aku mulai mengarahkan anak panah pada targetku-apel. Tanganku bergetar dan keringat dingin mengucur di dahiku.

"Santai saja, Kath. Kau pasti bisa"

"H-harus bi-bisaa!!" teriakku bersamaan dengan melesatnya anak panah itu menuju apel.

"Jlebb..crash"

Aku tak berani membuka mataku.

"Kau hebat" puji laki-laki pirang yang duduk dekat apel itu tadi.

Aku tak bisa berkata apapun lagi.

"A-a-aku tak t-a--" kataku gelagapan.

"Tak perlu gugup seperti itu, Kath. Kau berhasil" kata Logan menepuk pundakku.

Tiba-tiba seorang wanita berambut cokelat mendatangi kami.

"Waktu berlatih hari ini sudah selesai. Istirahatlah karena besok akan menjadi hari yang panjang" katanya.

Aku menelan ludah. Secepat itukah?

"Kau dengar ucapannya, kan? Lebih baik sekarang kita beristirahat dan mengatur strategi untuk esok hari. Kau paham, pirang?"

Aku mengangguk.

"Santai sedikit, Ansel" tenang Logan.

Semua akan berubah dan dalam hitungan jam, aku akan menjadi sosok Katherine McNamara yang baru.




21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang