"ray?" Angga memanggil nya lirih.
"a..aapaan?" seketika ia menjadi gugup dan mnjauhkan duduk nya dari Angga supaya debaran di dadanya bisa normal kembali.
"gue mau cerita" dengan cepat ia membenahi posisi duduknya supaya dapat melihat cewek cantik di depannya dengan lebih jelas.
"soal apa?" tanya gadis cantik ini tanpa curiga sedikitpun.
"lo tau gak sama yang namanya Claudia? Kelas XI IPA 3?" tanpa Angga tanpa memperhtikan raut wajah Raya yang tiba tiba berubah.
"tau" tiba tiba ia merasakan sakit di dadanya, ia tidak tahu apakah ini semacam patah hati atau apa.
"dia target baru gue, menurut lo gimana?" tanyanya polos.
Raya tidak mendengar pertanyaan Angga sekarang ia sibuk dengan perasaannya, matanya memanas ia merasakan sebentar lagi air matanya akan keluar dengan deras.
"woy.. kok bengong" Angga terlihat tidak sabar menunggu komentar cewek cantik dihadapannya, lalu mengguncang lembut bahu gadis itu.
"ah.. apa? Duh ceritanya besok aja deh, gue udah ngantuk nih mau tidur" Angga yang ingin membalas mengurungkan kembali niatnya karena Raya berlari menuju kamarnya.
"ada apa ya sama dia? Udah berapa kali dia bengong mulu, apa ada yang salah ya?" pikirnya dalam hati.
Karena sudah larut, Angga memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Tetapi ia tidak tega membiarkan gadis kecilnya sendirian di rumah besar ini, tanpa satu orang pun. Merasa tidak ada yang bisa di lakukannya cowok tampan ini pergi meninggalkan rumah mewah ini dengan perasaan tidak enak.
***
Bantal yang sedari tadi membekap wajahnya akhirnya dilepaskannya juga ketika mendengar suara deru motor Angga yang semakin lama menghilang di kejauhan, bantal itu kini basah oleh air matanya. Matanya merah dan sembab, ia seharusnya tidak membiarkan perasaannya makin dalam untuk orang yang tidak akan bisa dimilikinya. Angga memang cowok playboy yang sering memainkan hati para cewek, tetapi Raya tetap saja tidak bisa menahannya ketika mendengar Angga menyukai gadis lain. Lalu ia teringat akan ucapak ayahnya yang memberitahukan kabar baik kalau ia akan mempunyai calon mama baru. Raya mulai merasakan bahwa ia benar benar tidak akan pernah merasakan kebahagiaan, malam itu ia terlelap dengan segala beban hidupnya.
***
"Ray, gue gabisa jemput lo nih, soalnya gue mau jemput Claudia, sorry ya" perkataan Angga di telfon membuat Raya menghentikan kegiatannya mengoleskan selai coklat kesukaannya.
"gapapa, yaudah gue mau jalan dulu... bye" ketika telfon dimatikan ia merasakan sakit itu kembali, dadanya terasa sesak. Tanpa memperdulikan rotinya dan perutnya yang lapar ia berangkat ke sekolah.
Karena lama menunggu taxi, Raya terpaksa jalan kaki keluar komplek supaya mendapatkan taxi untuk kesekolahnya, karna bengong ia tidak menyadari kalau ada motor besar berwarna hitam tersebut melintas persis di sebelahnya dan membuatnya terjatuh, ketika ia memperhatikan plat motor itu ia menyadari kalau itu bukan Angga.
"motor kaya gitu kan banyak Raya, bukan Cuma Angga aja yang punya, lo mikir apa sih? Berharap kalo itu Angga terus dia bilang kalo dia ngerjain lo?" raya bergulat dengan suara hatinya tersebut sambil meneuskan perjalananya.
"tumben sendirian gak sama kak Angga?" tanya Rini yang merupakan teman sebangku Raya.
"engga" jawabnya singkat.
"loh kenapa? Marahan?" tanyanya heran, karena yang ia tahu adalah dimana ada Raya disitu ada Angga.
"lagi males aja, lagiankan gue juga udah gede masa dianter jemput mulu" pengakuan palsu tersebut mampu membuat Rini bungkam, selanjutnya Raya menjadi tidak bersemangat mendengar seluruh celotehan semua guru yang masuk kelasnya.
Ketika istirahat tiba raya mengurungkan niatnya untuk ke kantin, ia menahan rasa laparnya karena tidak ingin melihat kemesraan Angga dan Claudia.
***
Ronald yang sedang menikmati makan siangnya dengan sebuah rokok yang terselip di bibinya memikirkan kejadian tadi pagi, ia merasa menyesal karena membuarkan gadis itu terjatuh dan tidak meminta maaf.
"tapi kalo gak salah liat badge sekolahnya tuh SMA Pelita Harapan, tapi kalo iya kok gu gapernah liat dia ya" ucapnya lirih sembari mengingat ingat gadis yang tadi pagi hampir ditabraknya. Lagi lagi ia mengembuskan asap rokoknya sembari menerawang, entah apa yang sedang di pikirkannya.
***
"gue anter ya" bujuk Bram pada Raya
"gausah kakak, aku mau mampir dulu soalnya ke toko kue" ucap Raya menolak dengan halus tawaran teman Angga yang satu ini.
"gue takut lo kenapa napa Ray" ia tidak tau lagi kenapa Raya sangat susah dibujuk, atau hanya Anggakah yang mampu membuat raya menurut.
Raya tersenyum manis yang membuat Bram menuruti keinginan Raya untuk pulang sendiri karena ia benar benar ingin sendiri tanpa diganggu satu orangpun. Ia melangkahkan kaki dengan riang menuju ke toko kue favoritnya, ia akan membeli kue coklat kesukaannya, dengan memakan coklat ia menjadi bisa berfikir lebih jernih lagi. Selesai mengmbil pesanannya ia mencari taxi untuk menuju ke rumahnya, memang di jalan sepi seperti ini taxi jarang sekali yang lewat. Tiba tiba ia melihat sebuah taxi kosong, tanpa pikir panjang ia berlari keluar dari toko tersbut, tanpa sadar tangannya terkena pagar yang tajam dan mengoyak kulitnya. Raya meringis ketika melihat darah segar keluar dari tanganya itu, matanya tertuju pada sebuah warung yang berada tidak jauh di depannya.
Setelah membeli plaster untuk luka nya, ia menyadari satu hal. Motor yang tadi pagi hampir membuatnya celaka sekarang sedang terparkir di dekat warung itu di belakang sebuah pohon besar yang rindang, matanya terpaku pada plat motor tersebut.
"ngapain lo liat liat motor gue"suara sang pemilik motor membuat Raya mendongak dan seketika juga terbelalak ketika melihat di belakang cowok itu banyak cowok lainnya dengan muka seram.
"ngg... nggak ada apa apa" seketika nyalinya ciut ketika mengetahui si pemilik motor adalah Ronald, sang pemimpin tawuran. Niatnya untuk mencaci maki si pemilik motor tersebut diurungkannya.
"anak Pelita Harapan ternyata" kata Ronald.
"wah nganter nyawa dia bos" kata seorang yang bergulit hitam legam dengan tatapan nyalang. Raya refleks mundur dan meremas kantong belanjaannya karena takut.
Ronald yang melihat ekspresi gadis didepannya ini menahan tawa. "cantik" pikirnya, ternyata dugaannya tepat. Ia langsung mengenali badge yang berada di seragam raya yang membalut tubuh mungil gadis itu.
"lo gatau? Ini tuh udah wilayah sekolah gue, anak anak sekolah lo haram nginjekin kaki nya disini" ucap Ronald dengan nada tajam.
Raya merasa tidak terima karena bagaimanapun juga toko kue langganannya yang sangat enak ini berada di kawasan sekolah musuh, lagipula ia tidak tahu menahu tentang peraturan peraturan konyol tersebut. Tanpa disadari keberaniannya muncul untuk membalas ucapan cowok tampan di depannya.
"sorry ya, gue Cuma mau beli kue terus nyari taxi buat pulang dan gaada maksud apa apa jadi gausah pada kepedean deh lo lo semua" katanya cepat seraya membalikkan badan.
Ronald membelalakan mata mendapati gadis di depannya yang berani dan memandangnya rendah, padahal semua gadis takut padanya bukan hanya disekolanya saja tapi dari sekolah musuh pun sangat takut untuk erurusan dengannya. Hal ini membuatnya geram dan tidak terima.
"easy come hard to go, baby" ucap Ronald cepat.
Raya yang tadinya tidak ingin membahas masalah tadipagi dibuat geram oleh tingkah sekolah musuh, ia tidak ingin mood nya bertambahjelek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta Sama Lo?IMPOSSIBLE
Randomhallo guys.. ini pertama kalinya gue nulis cerita di wattpad dan di published. cerita ini tentang persahabatan yang melibatkan sebuah perasaan cinta dan juga terdapat konflik keluarga. semoga cerita ini dapat kalian nikmati ya. jangan lupa juga di v...