Dinda Mutiara Ramadhani

307 4 0
                                    

Multimedia: Dinda wear blue hijab~



Author's POV

Malam itu keluarga Wibowo terlihat berbincang bincang hangat di meja makan sambil makan malam. Arya Wibowo sebagai kepala keluarga duduk di kursi yang menghadap ke seluruh anggota keluarganya. Ada istrinya, anak laki-laki nya, anak perempuannya, dan seorang perempuan lagi yang tak lain adalah keponakannya dari keluarga Istrinya.

"Mbak, nginep disini nya yang lama yahh, biar Dinda ada temen."

"Kan ada Mas mu tho Din," ujar perempuan yang terlihat lebih dewasa dari Dinda.

"Kan Mas Valdo cowok Mbak, ga enak. enakan punya sodara cewek,"

"Lah emang enak punya adek kayak kamu Din. Cerewet." sahut Valdo-kakak Dinda.

"Sudah sudah jangan dilanjutkan lagi debatnya. Ayo makan dulu semuanya." ujar Arya.

"Oiya May, tadi temanmu itu undang makan malam disini hari minggu besok ya. Sekalian Valdo mau ngenalin ceweknya. Biar rame aja si, kayaknya anaknya baik, sopan, ganteng lagi...iya kan Din?" Gina menatap Mayang dan Dinda sambil masih menyendokkan sayur ke piring Arya-Suaminya.

"Lah...mana Dinda tau Bu, gak merhatiin tuh. Ih Ibu ganjen nih, Ayah! dari dulu emang Ibu ganjen ya? kok ayah mau sih sama Ibu?" Dinda memberi tanggapan omongan Gina.

"Emang temennya Mayang siapa si Bu?" tanya Arya.

"Cowok lah Yah, menurut Ibu si ganteng, tipe tipe cowok idaman wanita! Orang Aceh yah, kerjanya juga udah mapan kayaknya. Dia megang perusahaan Ayahnya" cerita Gina terlihat semangat.

"Hiyy Ibu, kayak tau orangnya aja. Baru pertama ketemu Bu, kita gak tau dalemnya. Ibu liat chasing nya aja si"

"Lho! emang kamu gak liat orangnya Din? Kamu aja dari dulu gak punya cowok, pantes gak bisa liat cowok ganteng. Mas mu aja udah mau Ibu kawinin nanti kalo Mas mu udah kerja. Setelah itu kamu lho Din, jangan lama lama betah jadi perawan"

"Ishh Ibu mah, Dinda gak mau buru buru kawin. Dinda masih muda Bu, jangan bikin Dinda pusing deh" Dinda memonyongkan bibirnya nampak bete. Kenapa dirinya selalu di suruh nikah oleh ibu nya itu? Dinda belun mau nikah, apalagi kawin.

*

Malam harinya Dinda dan Mayang tidur berdua di kamar Dinda. Kamar Dinda yang benuansa hijau dengan furniture yang sengaja di buat mini karena sesuai dengan keinginan Dinda.

"Kamu udah gede ya Din, udah cocok nikah lho," goda Mayang yang sontak membuat Dinda berhenti dari kegiatan melepas kerudungnya.

"Ish Mbak Mayang, gak Ibu gak Mbak kenapa nyuruh Dinda nikah? bukannya Dinda gak laku, tapi...Apa kalian semua mau Dinda pergi dari rumah? jauh dari Ayah sama Ibu? Dinda gak ngebayangin deh Mbak, kalo Dinda nikah gimana yaa. Kalo Mas Valdo sih enak dia laki laki."

"Nikah itu enak lho Din, masa ada cowok yang gak mau sama kamu sih Din? kamu kan cantik sayang," Dinda tersenyum senang. Akhirnya ada yang bilang dia cantik. Mungkin wajah Dinda yang ada sedikit keturunan Arab dari Ayahnya yang membuat gadis 23 tahun itu terlihat cantik. Hidungnya yang mancung tajam, alis tebal, dan bibir tipis membuat Dinda dari jaman sekolah sering di juluki teman temannya dengan sebutan 'Arab Tanggung' atau 'Arab Nyasar'. Usia Dinda memang sudah cukup untuk menikah,-tapi tindak tanduk nya yang masih agak childish dan manja karena memang dia anak bungsu-membuat gadis itu berpikir kalau menikah itu tidak enak. Jadi perempuan harus lebih mandiri, meladeni suami, hidup gak sama orangtua lagi, dll.

"Udah yuk Mbak kita tidur. Besok Dinda harus ngajar."

"Lho? kamu sekarang ngajar? dimana? maaf ya Din mbak gak tau, udah berapa tahun ya kita gak ketemu"

Happy WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang