Ta'aruf 1

800 2 0
                                    


Mulmed: Dinda in red style○●

Dinda POV

"Mbak, Dinda gak mau pake ini-"aku hendak menghapus lipstick yg ada di bibirku, tapi Mbak Mayang lebih cepat menahan tanganku.

"Don't, don't, don't. Kamu nurut deh sama Mbak, biar selesai. Sini Mbak bentukin kerudungnya" Oke, aku pasrah. Yang namanya Mbak Mayang kalo sudah punya keinginan harus selalu dituruti.

"Mbak, boleh aku tanya sesuatu?"

"Apa sayang? tanya aja" aku melihat dari cermin Mbak Mayang masih sibuk dengan scarf warna cream soft yang dililit lilitkannya ke kepalaku.

"Mbak masih cinta sama Mas Raffi?" hening. Aku sudah menduga Mbak Mayang gak bisa menjawabnya. Setelah mendengar cerita tentang hubungan Mbak Mayang dan Mas Raffi yg terjalin selama 2 tahun, aku terharu mendengarnya. Tapi kenapa Mbak Mayang menyia nyiakan lelaki seperti Mas Raffi? Oke, aku belum tau Mas Raffi luar dalam, tapi.. entah mengapa aku merasa mantan pacar Mbak ku itu lelaki yang baik. Aku kaget bukan main waktu mendengar permintaan Mbak Mayang, dia ingin sekali aku mewujudkan keinginannya. Aku mengiyakan saja waktu itu, karena bagaimanapun aku sudah mengganggap Mbak Mayang seperti kakak kandungku. Dia sosok kakak perempuan yang baik, penyanyang, dan pengertian. Dan keinginan Mbak Mayang itu adalah Aku MENIKAH dengan orang pilihannya. Siapa dia? Yup, benar. Mas Raffi. Al-Raffi Ghifari. Alasan Mbak Mayang teramat sederhana, dia ingin aku dapat lelaki yang baik, dan dia gak mau Mas Raffi jatuh ke tangan perempuan yang salah. Walaupun perempuan itu bukan dia, tapi Mbak Mayang begitu percaya aku perempuan yang cocok untuk Mas Raffi.

"Selesai!! Ayo kita berangkat" Mbak Mayang meggandeng lenganku tampak semangat, aku menghela nafas berat, ku mantapkan hatiku. Semoga keputusan yang aku ambil adalah keputusan yang benar, bisa membuat Mbak Mayang senang, bisa membuat Ibu Bahagia, dan semoga Mas Raffi gak syok dengan berita perjodohan yg berdasar atas keinginan Mbak Mayang semata.

Raffi POV

Delico
Cafe and Croisant

Aku memasuki cafe itu, sepertinya aku telat secara ini udah jam 12. Aku berjalan gontai mencari Mayang di seluruh penjuru cafe ini. Sebenernya aku sengaja datang telat, entah aku bingung harus bagaimana berhadapan dengan Mayang. Harus bersikap seperti apa aku dengan mantan pacarku itu.

"Hai, Maaf ya aku telat-" mataku terbelalak seketika melihat Mayang tidak sendiri datang kesini. Dia bersama seorang gadis berhijab yang sekarang sedang menunduk, semenjak aku datang tentunya. Pipinya yang putih bersemu.

"Oh, hai Dinda! Kamu gak sendiri May kesininya?" aku menarik kursi di hadapan dua gadis ini. Mayang tersenyum ke arahku.

"Din, jangan nunduk aja dong,"

"Iya mbak," Aku melihat Dinda mengangkat wajahnya perlahan, aku memperhatikannya cukup lama. Semua terasa pas, Dinda benar benar cantik ...Dan Sholehah! Subhanallah....sepertinya aku harus banyak istigfar untuk menghindari hal hal yang tidak di inginkan akan terjadi.

"Din, mbak tinggal kalian berdua ya. Mas, kamu sama Dinda dulu ya kalian ngobrol ngobrol aja" aku mengernyitkan alis bingung. Kenapa aku di tinggal berdua dengan Dinda? ahh tak apalah. Mungkin aku akan sedikit mengobrol dengan Dinda.

"Kamu belum pesan makanan atau minuman?" tanyaku.

"Eng-iya belum. Kamu sendiri gak pesen?"

"Aku mau pesan deh, samain aja sama punya mu"

"Ohh,oke." Dinda sibuk membolak balik menu, aku hanya memperhatikannya.

Pesanan kami datang gak lama kemudian. Dinda makan dengan lahap, aku juga. Tapi aku gak bisa fokus dengan mie yang masuk ke mulutku. Dinda telah mengalihkan fokusku.

Happy WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang