Mulmed: itu baju yg dipakai Dinda waktu akad nikah ya...semoga part ini feel nya dpt deh, amin...
Esok harinya...
Author's POV
Sebuah rumah sederhana bercat putih bernomor 66 nampak ramai di pagi hari ini. Semua orang di rumah itu tampak sibuk. Bagian garasi nya di sulap menjadi tempat untuk menerima tamu tamu, bangku bangku di jejer rapi dengan kain putih yg menutupi seluruh dinding bagian rumah. Bunga bunga yg di rangkai di gantung di beberapa sudut rumah. Meja panjang disediakan untuk menghidangkan menu makanan dengan gaya prasmanan. Di depan dekat pagar rumah itu terdapat janur kuning melengkung. Seorang wanita paruh baya membuka pintu kamar. Ia melihat seorang gadis yg duduk menghadap cermin, dihampirinya gadis itu dengan senyum merekah.
"Ibu..." panggil gadis cantik itu. Hari ini gadis itu akan menjadi gadis tercantik di antara gadis yg ada, yg hadir disini, hari ini. Pipinya pink berkat blush on dari hasil make up. Make up yang di pakainya sederhana saja tapi sudah cukup membuatmya jadi wanita tercantik di hari ini. Gaun pengantin serba putih serta hijab dengan kain jatuh transparan sebagai mahkota nya, pengganti rambut. Ia terlihat agak kerepotan dengan gaunnya, tapi gak seberapa dengan rasa tegang yg dialaminya sekarang. Rasa tegang bercampur bahagia yang luar biasa.
"Gimana nanti kalau kamu pergi dari rumah ini? Ibu sama siapa Din?" Menahan air matanya, sang Ibu berusaha terlihat baik baik saja di depan anak gadisnya ini.
"Ibu, Dinda gak pergi kemana mana. Kan masih bisa main ke Jakarta kapan kapan kalau liburan. Habis gimana, mungkin Dinda harus hidup mandiri biar bisa jadi istri yang baik buat Mas Raffi nantinya," jelas gadis itu, gak mau membuat Ibu nya sedih lagi. Karena setelah menikah ia harus meninggalkan kota kelahirannya sekaligus keluarga nya, sang ibu nampak berat mengingat perihal itu.
"Yang penting kamu bahagia tho nduk, ibu gak papa. Kalau suami mu libur kerja, main main ke Jakarta ya. Semoga kamu betah di Aceh, di tempat suamimu nanti" sang ibu mengusap pelan dan sayang kepala putri nya itu.
"Ibu jangan pernah merasa kesepian ya nanti, kan nanti Mas Valdo sama Mbak Niza bakal nikah juga dan ngasih cucu ke Ibu"
"Kamu juga harus secepatnya ngasih cucu ke ibu," rajuk ibu nya.
"Iya deh iya bu, insyallah lho bu, kan Dinda masih mau belajar jadi istri yang baik dulu, baru ngasih keturunan buat suami Dinda"
"Iya deh tapi ibu pesen cucu nya 5 ya, ada yang kembar juga kalo bisa." Dinda hanya tersenyum bahagia mendengar permintaan Ibu nya.
*
Dinda POV
Aku masih di kamarku, duduk gelisah di depan cermin di temani Mbak Niza dan Mbak Mayang. Aku menatap dua wanita di hadapanku, mereka hanya tersenyum meyakinkan ku kalau semuanya akan berjalan lancar.
"Cantik, sebentar lagi kamu akan turun. Sebentar lagi kamu akan sah menjadi seorang istri dari Al-Raffi Ghifari, selamat ya Din" Mbak Mayang memeluk erat sambil menangis haru saat terdengar dari microphone dari lantai bawah suara yg sangat ku kenal menyebutkan kalimat itu. Kalimat yg akan sekali aku dengar dalam seumur hidupku.
Saya terima nikah dan kawinnya Dinda Mutiara Ramadhani binti Arya Shabbir Wibowo dengan seperangkat alat sholat dan mas kawin tersebut di bayar tunai
Suara itu seperti terulang terus berputar sempurna di otakku juga suara hadirin yg menggumamkan kata SAH.
"Dinda, ayo kita keluar. Udah saatnya kamu bertemu suami mu" kata suami yg di ucapkan terasa baru bagiku. Ini kenyataan kan? Mas Raffi sudah sah menjadi imam san suami ku? Allhamdulillah...akhirnya masa tegang ku berakhir sudah.