XIII

138 8 0
                                    

Chapter XIII

♣️♣️♣️

Sudah 2 bulan berlalu di kelas 10 ini. Dan Clara masih naksir Arvel. Lalu Clara mengingat apa yang dijelaskan Nika beberapa hari yang lalu tentang dua geng yang paling 'berkuasa' di sekolah. Tentang bagaimana awal geng itu terbentuk 8 tahun dan 9 tahun yang lalu, bagaimana kaya dan pentingnya para anggota-anggotanya di sekolah sehingga para guru tak berani memberi sanksi, bagaimana sombong dan kejamnya geng cewek dan bagaimana nekat dan bandelnya geng cowok. Seluruh sekolah pun dibuat takluk oleh keduanya.

"Vel?" panggil sebuah suara. Arvel yang sedang terburu-buru membereskan tasnya menghembuskan napas.

"Apa, Ken? Aku gak bisa anter kamu pulang hari ini, ada meeting Rush. Dan aku udah telat. Kamu bisa pulang sendiri, kan?" kata Arvel, tanpa menoleh kearah Kenzie yang mendekatinya dengan jengkel.

"Lah, aku kesini bukan buat itu, Vel. Mm... Ada yang mau aku bilang.. Arvel kamu bisa gak sih berhenti beresin tas kamu sebentar dan dengerin aku?!" bentak Kenzie yang membuat Arvel menghela napas dan menatapnya.

"Kamu duduk dulu. Aku mau ngomong, Vel. Kali ini serius," kata Kenzie lagi. Ia sudah menutup pintu rapat-rapat untuk memastikan tak ada yang menguping pembicaraannya.

"Sebelumnya kamu harus tau aku ngomong ini karena aku peduli sama kamu, dan aku mau yang terbaik buat kamu, Vel. Jadi tolong dengerin baik-baik."

"Aku dengerin kamu sekarang. Apa?"

Kenzie tampak cemas dan ragu. Lalu ia mengambil napas panjang sambil memejamkan matanya untuk memantapkan kata-kata yang berterbangan di kepalanya.

"Aku ngerasa kita udah gak cocok, Vel. Aku ngerasa makin hari kamu makin males buat ketemu sama aku. Aku gak mau kalo-"

"Kamu mau putus?!" tanya Arvel yang langsung berdiri karena kaget. Kenzie pun ikut berdiri dihadapannya.

"Kamu makin hari makin-"

"Aku begitu karna aku sibuk, Ken. Kamu tau jadwal aku. Bukan karna gamau ngabisin waktu bareng kamu. Mungkin aku suka kesel dan kamu sering bikin aku marah tapi aku masih sayang sama kamu, kalo aku gak sayang gak mungkin aku masih berusaha bikin kita tetep jalan dan gak mungkin aku masih disini-"

"Verrell nembak aku." jelas Kenzie singkat, padat dan jelas. Kalimat itu sukses membuat Arvel menganga. Arvel dapat merasakan jantungnya berhenti sesaat.

"Maaf, Vel." ujar Kenzie yang sudah berkaca-kaca, lalu berlari meninggalkan Arvel yang masih ngambang dengan apa yang didengarnya. Tatapan Arvel mengikuti langkah gadis itu sampai tak terlihat. Udara tidal yang dihirupnya serasa menipis, sampai napasnya sesak. Ia terduduk, lalu memejamkan matanya, mengacak-ngacak rambutnya dan menjambaknya. Kemudian Arvel mengangkat tasnya dengan lemas, dan mengeluarkan kunci mobilnya.

Sesampainya dirumah, tak ada orang seperti biasanya. Ia tak tahu kemana kakinya menuju, ia hanya ingin melupakan kejadian tadi untuk saat ini, secepatnya. Sampai ia tak sadar sudah sampai di ruang kerja Ayahnya, dan membuka lemari koleksinya. Arvel mengambil botol vodka yang belum pernah disentuhnya maupun Ayahnya, dan membuka tutupnya. Ia menenggak minuman keras itu sampai habis, tak peduli betapa tersiksanya ia dengan cairan yang membakar tenggorokannya itu.

Setelah membanting botol kedua bekas vodka, ia menengok isi lemari itu lagi. Kini ia membuka tutup botol bertuliskan absinthe dan meneguknya, namun ia langsung menyemburkannya keluar karena rasanya yang sangat tidak enak. Tentu saja. Absinthe mengandung 68% alkohol dan super pahit, bahkan penggunaannya sempat dilarang di beberapa negara.

Arvel berjalan kearah kamarnya, tanpa membereskan pecahan-pecahan botol yang berserakan diruang kerja Ayahnya. Ia tahu lelaki itu tak akan pulang sampai setidaknya seminggu kedepan. Betapa muaknya ia saat melihat dinding diatas tempat tidurnya yang ditempeli foto-foto dirinya dan Kenzie. Tubuhnya yang mulai lunglai mencabut semua itu dan melemparnya ke sembarang tempat. Di sela-sela rasa pusing, Arvel teringat akan pertemuan yang hendak dihadirinya. Ia langsung menyambar kunci mobil dan mengarah ke halaman tempat mobilnya diparkir. Bocah itu melaju dengan kecepatan tinggi dan ugal-ugalan, akibat efek alkohol yang mulai bekerja.

Happily Never AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang