VIII

1K 31 13
                                    

Chapter VIII

♣️♣️♣️

Tak terasa dua minggu di kelas sepuluh sudah berlalu. Udah, Nika dan Clara udah berdamai kok. Iyalah. Siapa sih yang bisa dan tahan musuhan sama sahabat lama-lama?

Oh, dan masalah Arvel kemarin? Mereka hanya menggeleng lalu kabur. Untung Arvel gak bilang apa-apa selain menatap keduanya bingung.

Clara bener-bener gak nyangka materi di SMA bakal susah banget kayak gini. Matematika dan fisika nya itu lho! Apaan tuh yang namanya logaritma. Namanya aja nyebelin. Mending sekalian Logan Lerman biar seger. Aduh garing. Ya pokoknya waktu santai Clara jelas berkurang. Apalagi kebiasaan malas-malasannya yang biasanya dilakuin pas liburan UN masih belom ilang sepenuhnya. Ini semacam jet lag. Tugas dan presentasi disana sini bikin Clara kalang kabut. Alhasil waktu Clara buat modus, ngobrol, nonton, shopping, fangirl, dan lain-lain jadi gaada.

"Aduh ini nomer 5 gimana sih?"

"Woy pinjem punya Gia! Punya Gia dipegang siapa woy?!"

"Nomer 10 woy nomer 10!"

"Dikerjainnya sampe mana, sih?"

"Mampus! Gue gabawa buku PR!"

"MTK gajelas banget sumpah!"

"Waaaa bentar lagi bel!"

"Pinjem pulpeeen!"

"Eh, emang ada PR?"

Suara gaduh yang dibuat anak kelas X IPA-1 itu bikin Clara makin pusing ngerjain PR Matematikanya ini. Ah masa bodo salah apa bener jawaban yang ia tulis. Yang penting kan, ngerjain!

KRIIINNGGG

Seketika sekelas hening mendengar bel yang nyaring itu. Sejenak.

"WAAAAAAAAA MAMPUUUSSSS!" Teriakan-teriakan macam itu terdengar diseluruh penjuru kelas. Guru matematika yang satu ini, gak pernah telat, gak pernah ngaret, gak pernah izin, dan gak pernah santai. Killer lah, pokoknya! Udah gitu, ia juga gak pernah bener saat menyebutkan nama-nama siswanya.

"BOJAN UDAH DITANGGA WOY BOJAN DITANGGA!" Raka yang tergesa-gesa memasuki kelas menutup pintu rapat-rapat. Anak-anak seketika makin panik dan memutuskan untuk duduk ditempatnya masing-masing.

Tak berselang 5 menit...

BRAAK!

"SELAMAT PAGI MURID-MURID!!" Pria bertubuh tinggi dan besar itu membuka pintu dengan bertenaga sampai pintunya bertabrakan dengan tembok. Raut anak-anak seketika gelisah dan semrawutan.

"He! Mengapa wajah-wajah kau macam komodo sedang beranak!?" tegurnya lalu menaruh buku diatas meja guru. Anak-anak hanya menahan tawa yang gak seharusnya tercipta.

"Ayo! Ku absen dulu kau. Yang aku panggil, cepat angkat tangan kau dan sebut 'hadir'! Tak jawab maka tak ku anggap hadir!" cengkok Batak nya yang kental terdengar geli.

"ABJAD NAPITU HADIR TIDAK?"

"Abyan Nugraha, pak. Abyan Nugraha." ralat Abyan sebal.

"Yaa biarkan lah! Ku lanjut ya! A-ADORA-DORA..DORA ZAHRA AMANDA MANA KAU?" panggilnya berkali-kali menyebut nama Dora. Clara memicingkan mata sebal sementara tawa sekelas merekah.

"YAAA DORA YAAA!" ejek si upil satu itu. Suaranya yang 11-12 sama toa itu mendengung di kuping Clara. Clara langsung melempar tatapan pistol kearah Dylan yang malah berdiri sambil terbahak-bahak.

"HEH! Siapa suruh kau berdiri!?" omelnya. Anak-anak langsung hening dan Dylan pun langsung duduk tertunduk.

"Mana anak bernama Dora ini?!"

Happily Never AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang