XII

618 22 2
                                    

Chapter XII

♣️♣️♣️

"Apaan tuh, Ra?" tanya Nika. Ia menatap kantung kertas yang dibawa Clara.

"Baju."

"Baju apaan?"

"Piyama."

"Lah?? Buat apaan?"

"Berisik. Bukan punya gue. Mau gue balikin ke empunya."

"Buset.. Siapa dah? Jaman amat minjem piyama?"

Clara berdecak. Lalu ia menatap Nika yang duduk disebelahnya itu. "Bacot lu ah. Balik ke kelas lo sana, bentar lagi bel woy." suruhnya.

"Ah males guee, pelajarannya Finda!" Bahkan Nika tak mau repot memanggil 'Bu'. Cewek dengan rambut kecoklatan sepanjang dada itu melipat tangannya.

"Yeeh, hari ini si Bojan piket, ego. Dia kan suka keliling. Kalo ketauan kabur bisa gepeng lu!" Ucapan Clara itu otomatis membuat Nika terkejut.

"Mampus! Yaudah gue balik ya beb!" seru Nika yang langsung bangkit dan melangkah cepat keluar kelas. Clara membenarkan posisi duduknya, lalu mengeluarkan handphone dari saku bajunya.

"Ihh najis lo Mik! Balikiinnn iiihhh balikin!" Clara baru saja membuka ask.fm saat teriakan cempreng membahana itu menikam gendang telinganya. Sesosok makhluk perempuan berambut layer wavy berlari-lari menyusuri kelas, mengejar seorang cowok yang tak asing bagi Clara. Perempuan itu terus berlari sambil berteriak manja seakan-akan kelas ini miliknya.

"Yah orangnya gaada! Gagal deh gue!" si cowok berhenti sejenak sambil menyisir sekeliling, lalu setelah tahu cewek itu masih mengejarnya ia kembali berlari.

"Iiihh Mika balikinn!" teriaknya lagi. Sementara target yang dikejarnya tetap menghindar sambil tertawa-tawa memegang benda yang tampaknya, milik cewek tadi. Oh, ternyata cowok itu temennya si Upil yang waktu itu, kata Clara dalam hati.

Tak berselang lama Mika melempar sesuatu-seperti kertas yang sudah lecek tepat kearah cewek itu.

"Ciye ciyee diucapin habede pake surat cinta ciyee!" ejek Mika sambil berlari kearah pintu.

"Ih anjir lo Mik, ngeselin banget sihhhh!" teriaknya lagi dengan langkah menyusul Mika.

"Eheh sorry ya semua!" cewek itu senyam-senyum genit kearah anak sekelas yang sudah menatapnya jijik-bukan, anak sekelas menatapnya bingung, Clara yang menatapnya jijik.

"Cabe-cabean mangga dua," gumam Clara sambil geleng-geleng kepala.

"Wooy Tara! Nih orangnya dateng niihh panjang umur amaatt!" Kepala Mika muncul dari balik pintu lalu menghilang lagi. Kepalanya digantikan sosok Dylan yang berjalan santai.

Melihat orang yang sedaritadi ditunggu Clara refleks bangkit dan mengangkat tas berisi piyama 2 hari yang lalu itu. Ia sudah mencuci piyama itu dan menyetrikanya dengan tangannya sendiri, tak mau orang rumahnya kepo dan mewawancarainya.

"Eh.. Mm.. Hai Dy," sapa cewek itu. Ekspresi Dylan berubah seketika. Alisnya yang tadinya berkerut langsung normal, jalannya yang tadinya tegap langsung melemas dan tatapannya yang tadinya tajam langsung sayu, seakan luluh. Kejadian itu membuat Clara mengurungkan niatnya dan duduk kembali perlahan.

"Ha-hai," balasnya singkat dengan nada lirih, terpaku dihadapan anak-anak kelasnya.

"Mm.. makasih ya suratnya. Udah gue baca." Surat? Jangan-jangan surat yang tadi Mika bilang? Jadi, Dylan yang mengirimkannya?

"Su-surat.. apa?" Semoga bukan...

"Ih, yang lo ngucapin ulang tahun ituu masa lupa dehh?" Jleb. Ugh, sampai kapan mata Clara harus menyaksikan drama melankolis ini!?!

Happily Never AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang