harapan

5.2K 300 0
                                    

Kevin pov

Setelah kejadian menangisnya tadi aku merasa prilly mulai bernafas teratur yang menandakan dirinya sudah tertidur masih dipelukan ku, sakit memang sangat sakit ketika melihat dia satu-satunya malaikat kecil yang aku punya setelah kedua orang tua ku meninggal 5 tahun silam harus merasakan penderitaan yang tidak seharusnya dia rasakan, dia harus berjuang hidup tanpa kedua orang tuanya tapi dia seolah mampu menjadi lilin yang selalu menerangi gelapnya hidupku.

Tak ingin membangunkan nya aku coba mengangkat tubuhnya perlahan menuju kamar agar dia dapat tidur dengan nyaman, setelah kubaringkan dia di kasurnya kuselimuti dan aku hapus sisa air mata yang masih tertinggal disudut matanya yang selalu menenangkan ku "kalo boleh minta kakak mau de bertukar posisi" ucapku pelan sambil mengelus keningnya pelan "biar kakak yang sakit jangan lo" lirihku mencoba menahan air mata yang selalu susah aku tahan ketika melihat kesakitan dan penderitaan nya. Prilly tak pernah tau bahwa sebenarnya aku selalu tau saat dia sakit saat dia sudah mulai lelah seperti tadi saat dimobil sebenarnya aku tau gejala sakitnya mulai muncul tapi dia coba sembunyi dari aku, ya aku tau dia hanya tidak ingin aku khawatir.
"Vin prilly kenapa ?" Tanya orang yang baru masuk kedalam kamar masih lengkap memakai pakaian kantornya "gapapa ka" kata ku pelan takut mebangunkan prilly "lo gak boongkan ?" Tanya kak galang tak percaya, ya yang tadi masuk dan bertanya adalah kak galang.

Aku beri kode padanya untuk mengikutiku keluar tidak ingin menggagu tidur prilly karena obrolan kita "cerita sama gue" suruh ka galang setelah kami duduk di sofa, "apa udah ada pendonor untuk prilly ka?" Bukannya menjawab aku malah bertanya "belum" jawab datar ka galang
"Sampen kapan kita harus nunggu?"
"Nyari pendonor itu gak gampang vin"
"Kalo gitu gue yang bakal donorin" ucapku lantang karena merasa tak ada harapan
"Lo jangan gegabah deh vin, kita harus sabar dulu tunggu"
"Sabar lo bilang ka, sabar nunggu prilly bener-bener gak kuat dan pergi?" Teriak ku emosi tak peduli lagi bahwa prilly akan bangun dan mendengar teriakanku.

Tak ada jawaban dari ka galang, dia hanya menunduk seolah diapun tak punya harapan "cuma dia sodara kandung yang gue punya ka" ucapku melemah sambil menyenderkan punggung ke sandaran kursi dan memejamkan mata berharap ada keajaiban.

***

Esok harinya setelah kejadian kemarin kita seperti biasa sarapan dan berangkat sekolah, kali ini aku berangkat bersama prilly. "Pagi ka kevin ka galang" sapanya ceria seperti kejadian kemarin tak pernah terjadi "hai pagi sayang" balas ka galang, harus aku akuin ka galang memang sosok yang keren menurutku dia bisa menjadi ayah sekaligus ibu untuk prilly, tak heran jika prilly amat sayang dan manja padanya, "kebiasaan ka kevin cuma nyengir gak romantis" omelnya seraya duduk di hadapanku "dih males romantis sama lo gak ada rasanya" jawabku jail "dasar playboy sama cewek-cewek lain aja manis sama adik sendiri boro-boro" omelnya lagi sambil mengerucutkan bibir tipisnya dan hanya ditanggapi ku dengan tawa terbahak "udah-udah ah cepet sarapan ly terus berangkat" lerai ka galang "oke ka".

Sampai di sekolah aku gandeng tangan prilly menuju kelasnya, sepanjang koridor banyak yang menyapa prilly maupun aku dan hanya di tanggapi seadanya apalagi oleh prilly dia termasuk perempuan ramah namun terlihat dia mencoba menutup dirinya pada laki-laki karena sampai sekarang tak ada satupun laki-laki yang dekat dengannya kecuali aku dan ka galang "sampai, kakak ke kelas ya ly bae-bae lo belajar yang bener" kataku setalah sampai di depan kelasnya "siap komandan" ucapnya lucu dan masuk kedalam kelas, aku tidak pernah membayangkan apa jadinya jika tidak bisa melihat tingkah menggemaskan nya lagi.
Ketika akan berbalik menuju kelas tiba-tiba ada yang menepuk bahuku "hei ka kevin udah jarang ke lapangan ya sekarang" tanya laki-laki itu "eh li iya fokus kelas 3 nih" jawabku pada laki-laki itu yang ternyata ali teman tim basket ku "boleh lah kapan-kapan kita main bareng" katanya lagi "ayok hubungin gue aja oke" ucapku mengakhiri pembicaraan sambil menepuk pundaknya dan berlalu menuju kelas.

LEBIH DARI INDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang