gadis yang kuat

5K 311 3
                                    

Normal Pov

Tiga hari setelah pergi ke dufan itu kesehatan prilly makin menurun dan pada akhirnya harus di larikan kerumah sakit. Dan disinilah prilly sekarang terlelap tidur di ruang ICU dengan alat bantu pernafasan dan alat medis lainnya yang menempel pada tubuh mungilnya.

Kedua sang kakak tak pernah meninggalkannya sedetikpun dari rumah sakit, kevin terpaksa harus bolos sekolah demi menjaga sang adik. Pihak sekolah memang sudah mengetahui mengenai kondisi prilly tetapi siswa-siswa lain tak ada yang mengetahuinya termasuk alya. Sedangkan galang jg terpaksa meninggalkan pekerjaannya dan menyerahkan semua tanggung jawabnya pada orang kepercayaan nya dikantor.

"Coba gue gak izinin prilly ke dufan waktu itu, mungkin gak bakal gini kejadiannya" sesal galang sambil menerawang kebeberapa hari kebelakang "cepat atau lambat ini memang akan terjadi" ucap kevin lemah, masih belum siap jika detik ini juga adiknya sudah tidak bisa bertahan.

Dokter fadli tampak berjalan kearah ruang rawat prilly dan berhenti dihadapan kevin dan galang yang tengah duduk di kursi dekat ruang ICU "saya mau liat komdisi prilly, apa kalian mau ikut" ajak dokter fadli pada dua orang lelaki yang tampak sudah mulai bertampang berantakan "yaa" seru galang sambil bangkit diikuti kevin, mereka pun masuk keruangan prilly dengan menggunakan baju steril.

Dengan teliti dokter fadli mengecek seluruh keadaan prilly yang tidak dipahami oleh kedua kakak beradik itu, mereka hanya menatap nanar setiap gerakan dokter fadli. "Kalian pasti sudah tau bahwa cepat atau lambat ini akan terjadi" ucap dokter fadli seraya melepas stetoskop dari telinganya dan menggantungkan dilehernya "ya saya tau dok" ucap galang lemah "menurut saya prilly sudah sangat kuat bisa bertahan sampai saat ini" kata dokter fadli
"Dia memang gadis yang kuat dok" galang mencoba tersenyum walau senyum terpaksa
"Ya ya karena kalian dia kuat" dokter fadlan menepuk bahu galang dan kevin bergantian memberi kekuatan
"Apa kanker hati prilly sudah semakin parah dok?" Kali ini kevin yang bertanya
"Sebaiknya kita bicarakan di ruangan saya" mereka pun mengangguk setuju dan mengikuti dokter fadli.

Disisi lain mereka tidak sadar bahwa ada seseorang yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka dari balik pintu ruang ICU.

***

Ali Pov

Suasana sekolah siang ini ramai karena tepat bel pulang sekolah siswa-siswa berhamburan keluar kelas untuk bergegas pulang, sedangkan aku masih duduk dibangku kelas memperhatikan bangku prilly yang sudah tiga hari ini kosong, tak ada yang tau kemana perginya gadis itu bahkan alya yang katanya sepupunya pun tidak tau, dia hanya bilang bahwa prilly sedang ikut kakaknya keluar negeri mengurus bisnisnya disana namun entah kenapa aku malah sulit menerima alasan itu, sepertinya memang ada yang ditutup-tutupi tentang prilly.

Seperti mendapat pencerahan aku segera bangkit dan berjalan menuju parkiran mobil, menancap gas membelah ibu kota menuju rumah sakit, entahlah saat ini yang ada di pikiranku hanya satu bahwa gadis itu tengah sakit lagi dirumah sakit yag sama seperti waktu itu. Setelah sampai dan memarkirkan mobil aku segera turun dan masuk kedalam rumah sakit, niat awalku adalah bertanya pada pada salah satu suster namun entah keberuntungan apa aku melihat ka kevin bersama ka galang tengah berbincang dengan dokter yang dulu juga menangani prilly, pelan-pelan aku mendekat dan tak lama mereka memasuki ruang ICU, aku mengernyit bingung kalau yang di dalam prilly berarti sakitnya prilly memang sakit yang serius karena harus masuk ke ruangan ICU. Karena bertambah penasaran aku mendekat dan mencoba menguping pembicaraan mereka di dalan dengan hati-hati sampai akhirnya aku mendengar ka kevin berbicara masalah kanker hati prilly. Sungguh aku sangat terkejut dengan kata-kata ka kevin tadi, jadi selama ini gadis ceria dan cerewet seperti prilly mempunyai penyakit seganas ini.

Aku melihat mereka sepertinya menuju keluar ruangan dengan pelan dan cepat aku segera berlari mencari tempat persembunyian yang aman agar tidak ketauan mereka. Barulah setelah mereka sudak tak terlihat lagi aku keluar dari persembunyian.

Aku menoleh pada pintu ruang ICU tadi rasanya hatiku berteriak menyuruhku masuk menemui prilly, ku buka perlahan knop pintu dan berjalan kearah prilly. Terlihat disana prilly tengah tertidur pulas seperti waktu itu dengan bantuan alat oksigen namun kali ini dibantu dengan alat-alat medis lain yang sama sekali tak aku pahami "hai prill" sapaku kikuk sambil menggaruk tengkuk ku yang tak gatal bingung harus bersikap seperti apa "sorry gue tadi nguping pembicaraan kakak lo sama dokter" aku tersenyum menatap prilly "gue salut sama lo, lo gadis yang kuat sampe gak ada yang ngira lo sakit parah kaya gini, termasuk gue" lanjut monolog ku "gue tau kita sama sekali gak pernah deket, gak pernah mengenal satu sama lain tapi gak tau kenapa gue suka liat mata lo sama senyum lo" aku menarik nafas sebelum melanjutkan monologku "bangun ya prill kasian alya duduk sendirian, kemana-mana sendiri kasian gue juga" aku tersenyum lagi "gak bisa liat mata sama senyum lo" tawaku pelan mengakhiri kalimatku tadi. Aku beranikan diri menggenggam tanggannya "gue pulang ya prill cepet sembuh" kataku sebelum akhirnya meninggalkan ruangan prilly.

Sudah lima hari semenjak aku tau kenyataan tentang prilly dan saat aku mendatanginya di ruang ICU aku selalu datang kerumah sakit tanpa sepengetahuan kedua kakaknya karena aku datang pasti saat kedua kakaknya tengah makan siang di kantin masuk ke ruangan prilly hanya sekedar menaruh setangkai mawar putih disamping ranjang prilly setelah itu keluar lagi.

Hari ini adalah tepat hari ke 5 aku langkahkan kaki menuju rumah sakit tak lupa membawa setangkai mawar putih seperti biasanya namun belum sampai kedalam rumah sakit aku melihat prilly tengah duduk sendirian dikursi roda melihat anak-anak yang sibuk bermain ditaman rumah sakit. Tanpa pikir panjang aku melangkah menghampiri prilly, berlutut di samping kursi roda prilly. Mata prilly melotot saat menyadari akulah yang berlutuh disampingnyabsambil tersenyum "ali..." ucapnya dan aku hanya mengangguk "akhirnya bangun juga lo" kataku setengah bercanda "lo.." belum sempat dia menyelesaikan ucapannya aku sudah memotongnya "gue tau lo koma di ICU, gue tau lo sakit tapi coba nyembunyiin dari semua orang" prilly membuang muka kearah lain entah karena marah atau karena lain aku tak tau "cepat atau lambat orang akan tau prill, gak akan bisa selamanya kamu nyembunyiin ini semua dari orang-orang" kataku lembut "liat gue prill" tak ada respon dari prilly aku arahkan wajahnya agar menatapku, aku melihat matanya memerah menahan tangis "gue siap jadi temen berbagi lo" dia memalingkan wajahnya lagi "gue gak butuh belas kasihan lo" katanya dengan suara serak. Aku berpindah posisi berlutuh kesebelah kanan prilly agar bisa melihat wajahnya "lo liat mata gue, lo liat apa di mata gue ?" Tanyaku sambil menatap dalam mata prilly namun dia hanya diam "liat gue, gue tulus jadi teman berbagi lo prill" lanjutku menggenggam tangannya tak ada penolakan, prilly menunduk sambil terisak "jangan sok kuat lagi depan gue kalo lo mau nangis lo nangis aja gue siap temenin" pecah sudah isak tangis prilly, dan yang hanya bisa aku lakukan hanya menggenggam kedua tangannya menyalurkan kekuatan.

"Udah enakan ?" Tanyaku ketika mendengar tak ada lagi isakan pada prilly, dia mendongkak mengambil saputangan dari kantong baju pasiennya dan menyusut air mata dan ingusnya bergantian. "Nih saputangan lo" apa tadi dia bilang setelah mengelap ingus dan air matanya dia berikan saputangan yang memang milik aku itu padaku "buat lo aja, udah banyak ingusnya gitu" kataku bergidig jijik dan malah mengundang senyum prilly "thanks ya" katanya sambil tersenyum sangat manis "nih buat lo" kataku menyerahkan mawar putih yang sejak tadi kusimpan dikantong belakang celana sekolahku "mawar putih ?" Tanyanya lucu dan aku hanya mengangguk "jadi yang dibilang kakak gue yang selalu ngirim mawar putih itu lo" katanya terkejut dan sekali lagi aku hanya mengangguk mengiyakan.

"Loh ali" kata seseorang yang tiba-tiba datang menghampiri, akupun berdiri tersenyum kearah orang itu "ngapain lo disini ?" Tanyanya bingung "ya jenguk yang sakit lah ka masa berenang" kataku sambil nyengir "ka kevin ayo kita ke kamar aku ngantuk" pinta prilly pada laki-laki tadi yang ternyata ka kevin "sekali lagi makasih li" kata prilly "oke, kalo gitu gue pamit pulang ya prill, ka kevin cepet sembuh" ucapku dibalas anggukan prilly setelahnya ka kevin mendorong kursi roda prilly masuk kedalan rumah sakit.

LEBIH DARI INDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang