Reflection 12

90 1 3
                                    

Teriakan mengelilingiku dengan kerasnya, beriringan dengan percikan api mengelilingiku. Kedua mataku tertuju ke berbagai arah mencari jalan keluar dari api yang mulai mendekat. Kudekap tubuhnya lebih dekat padaku, menyeretnya keluar dengan segala kekuatan yang masih tersisa padaku.

Walaupun akan lebih mudah jika aku meninggalkannya, tapi seluruh ragaku menolak kemungkinan itu. Meskipun jiwanya sudah tak lagi bersamaku. Ia adalah seorang pejuang. Pejuang yang gugur dengan berani.

Segera kuhapus air mata yang mengancam untuk turun dengan kasar dan mengerahkan lagi kekuatanku untuk membawa tubuh kaku-nya keluar. Ia berhak di kubur di tempat yang damai, bukan tempat perang seperti ini.

Derapan suara kaki kuda terdengar dari arah berlawanan. Ketakutan langsung menerpa sekujur tubuhku.

Musuh atau kawan?

Di penuhi dengan keputusasaan, aku menoleh ke belakang. Betapa aku menyesali hal itu. Tampak ia, yang membunuh kekasihku, memacu kudanya ke arahku. Pedang panjangnya berkilau tajam di sisinya, bersiap menghunusku.

Tak butuh waktu yang lama untuk ia mencapaiku, tak berapa cepatpun aku berlari dengan tubuh kekasihku. Ia mengangkatnya tinggi ke atas dan menyeringai sinis.

"Tidak akan seperti ini, jika kau memilihku"

Tebasan pedang dapat kurasakan di punggungku, begitu perih dan menyiksa. Aku jatuh ke tanah dengan keras. Rasanya begitu sakit hingga aku harus menggigit bibirku untuk menahan teriakan yang hanya akan menghiburnya. Dengan segala tekad, aku menahan kesakitan yang amat sangat. Tubuhku seakan lumpuh, tak bisa berdiri. Tatapanku mulai mengabur namun aku tetap dapat melihat kekasihku yang terlepas dari dekapanku berada tak jauh dariku.

Dengan sebuah tekad baru yang didasari rasa rinduku padanya, aku mulai merangkak kearahnya. Melawan rasa sakit, aku terus berjuang untuk mencapainya. Aku pernah meninggalkannya sendirian pergi ke medan pertempuran, namun kali ini aku akan menemaninya, terus berada di sisinya. Tak peduli berapapun ia akan memarahiku. Semua akan ku lakukan untuk berada di sisinya. Aku tak akan membiarkannya sendirian.

Merentangkan tanganku ke atas bahunya, aku menyeret tubuh kami berdua untuk mendekat. Membaringkan kepalaku di atas dada bidangnya. Dan dalam sejenak, aku dapat merasakan ketentraman dalam jiwa. Dapat kurasakan senyuman terukir di bibirku saat berada dalam dekapan kekasih yang sudah kehilangan kehangatannya.

"Betapa manisnya, sudah sekarat tetapi masih berjuang untuk berada dalam dekapannya" ucapnya, jijik. "Baiklah, jika itu maumu, matilah engkau dengan tenang di neraka!"

Pedang nya ia angkat ke atas kepalanya dan menghunuskannya ke tubuhku, menembus jantungku dan kekasihku.

Tubuhku sontak tegang dan terbangun. Mataku terbelalak lebar, dan tubuhku gemetaran. Napasku memburu, keringat dingin mengucur di wajahku. Genggaman pada selimutku semakin kueratkan.

Ya ampun! Mimpi itu lagi!

Tanganku refleks menyentuh dimana jantungku berada. Merasa sedikit tenang saat merasakan tidak ada rasa sakit, hanya ada sebuah jantung yang berdetak kencang.

Butuh beberapa menit untuk mengembalikan detak jantungku untuk kembali normal. Menenangkan diri dengan mengambil napas panjang dan melepaskannya.

Aku merangkak keluar kasurku dan berjalan keluar balkon. Menikmati angin dingin yang berhembus di wajah, aku mulai mencoba untuk kembali memikirkan tentang mimpi tersebut.

Apa yang dimaksud dengan mimpi itu? Apa ada hubungan dengan mimpi aneh sebelumnya? Atau memang bersangkutan?

Ada apa ini sebenarnya?

Siapa dia? Siapa orang yang kukenal sebagai si 'kekasih'? Dan siapa dia yang membunuhnya dan kekasihnya? Mengapa aku memimpikanya?

Banyak pertanyaan terus berputar di pikiranku. Apa ada hubunganku dengan semua ini hingga aku memimpikannya?

Menghela napas panjang, aku menatap ke arah bulan yang masih bersinar terang di tengah langit malam. Jam berapa sekarang? Melihat bulan yang masih bersinar terang dan langit yang gelap, dapat kusimpulkan bahwa aku terbangun pada tengah malam.

Aku menghela napas lagi, tak mungkin aku akan kembali tidur setelah mimpi itu. Aku memutuskan untuk berdiam diri di atas balkon sampai aku merasa kembali ngantuk. Aku baru saja akan kembali ke tempat tidur saat aku melihat sebuah bayangan yang cukup familiar berjalan keluar istana.

Apa yang sedang Alcos lakukan?

--------------------[.*.]--------------------
Hallo...
Please rate n comment
Thnx :3

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang