Reflection 4

150 7 1
                                    

Jantungku tak bisa berhenti berdetak kencang. Pintu terbuka secara perlahan, terlalu pelan sehingga membuatku merasa lebih gugup.

Apakah aku terlihat baik-baik saja dalam balutan gaun berlapis-lapis ini?

Entah berapa lama ku habiskan berdiri di sana, sampai alcos menawarkan tangannya di hadapanku.

Mataku menatap secara bergantian ke mata dan tangannya yang terulur. Menatap langsung ke matanya, dengan ekspresi heran.

"...Kalau kau butuh..." dia menolehkan wajahnya, menyembunyikannya dariku "aku tak akan melakukannya untuk kedua kali. sekarang ayolah."

Terdengar seperti perintah, tapi dari nadanya... tanpa ku sadari bibir ku sudah melengkung usil.

"Ada apa alcos? Apakah ada yang salah?" Godaku. "kamu malu ya?"

Aku dapat melihat tubuhnya menegang walaupun hanya sementara. Bingo!

Tak ku sangka pria ini sangat mudah dibaca.

Mengingat kembali bahwa ada seaorang ratu yang sedang menunggu di seberang ruangan ini, akupun menggenggam tangannya. Sepenuhnya menyadari bahwa aku memang memerlukan dukungan.

Kami melangkah pelan menuju ruang singgasana sang ratu. Ruang yang dipenuhi dengan begitu banyak prajurit berbaju jirah di tiap tiang-tiang kokoh dengan ukiran-ukiran mengelilinginya. Ruangan yang penuh akan pengunjung yang tampak seperti bangsawan di lukisan inggris dan gadis-gadis muda yang sibuk mengipas-ngipas diri.

Semua mata menatap ke arah ku. Menatapku dengan begitu banyak pengertian.

Oh ya ampunn...

Aku sangat tidak menyukai perhatian, apalagi sebanyak ini. Harusnya aku menjaga jarak dari alcos. Toh ini semua salah dari tampangnya yang tercipta berlebihan. Dapat ku bayangkan bahwa tampang itu telah berhasil mencuri hati para gadis, dan bukan hal yang mengejutkan kalau hati para pria pun bisa direbutnya.

Kami berhenti tepat di hadapan singgasana sang ratu. Alcos menunduk memberi hormat kepada sang ratu, memberi isyarat untuk ku agar mengikutinya.

Baik tuan alcos, tapi tak tahukah anda bahwa saya tidak tahu caranya??

Begitu banyak film yang telah kutonton dengan berbagai macam pose untuk memberi hormat, tapi yang mana yang harus kupilih? Bagaimana kalau cara ku salah dan membuatku mempermalukan diriku sendiri?

Andai saja caranya segampang orang modern. jabat tangan, senyum, DONE!

Sambil menghela napas dalam, aku menggenggam tiap tepi gaunku dan menyilangkan kaki. Menundukkan tubuh dan kepala, dan kembali berdiri tegak. Semoga dapat diterima.

Dengan berani, aku menatap langsung ke sang ratu. Rasa penasaran akan rupa sang ratu agung makin menjadi dengan rasa takjub.

Bersinar...

Bukan secara harfiah, namun bersinar secara nyata. Rupanya tertutup dengan cahaya yang begitu terasa hangat dan nyaman.

Melihat sorot penasaran dariku, sang ratu pun tersenyum dan menyampingkan cadarnya.

Aku hanya dapat membisu.
.
.
.
"Mama?!"
--------------------[.*.]--------------------
Thx for reading

Rnr please :3

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang