Reflection 2

216 11 3
                                    

Mataku terasa berat, sangat berat. Semua anggota tubuhku berkomentar setuju untuk tidak bangkit. Tetapi semua akal sehatku berkata sebaliknya.

"Bangun!" katanya.

Tidak, aku tak ingin semua berakhir. Akhirnya aku dapat menikmati surga, dan mengapa selalu ada yang mengganggu. Begitu nyamannya, aku tak dapat mengetahui apakah ini surga atau hanya sebuah mimpi. Jika ini mimpi, aku sama sekali tak mengingat bahwa kasurku senyaman ini. Kasurku biasanya keras, karena komentar pertamaku tentang kasur lembut adalah hal yang paling kusesali. Akal sehat ku kembali berteriak.

"Bangun!"

Sekali lagi aku menolaknya. Aku tak ingin, biarkan aku sendiri dalam ketenangan.

"Bangun!"

Tak mau.

"Bangun!"

Hentikan, biarkan aku tenang.

"Bangun!!"

Ehh!! Dengan kekesalan yang melonjak aku menyampingkan selimutku dan duduk tegak.

"Hentikan, ma! aku sudah bangun" gerutuku, sambil mengucek-ucek mataku.

Aku lelah

Mataku perlahan terbuka dan hal pertama yang ku lihat adalah tiang?

Melihat sekitar dalam bingung. Dinding berwarna krem tampak cerah di bawah sinar mentari. lemari besar berdiri dengan kokohnya di sebelah ruangan. meja rias, dan beberapa hiasan dinding turut menghias ruangannya. elegan nan lembut.

Kasur empuk dibawahnya, menurun sebelah. aku menoleh ke arah asalnya. seorang lelaki yang sepertinya lebih tua dariku sedang duduk, menatapku. rambut coklat emasnya menghias wajahnya dengan rahangnya yang keras dan mata hijaunya yang menatap tajam ke arahku. Mata yang terlihat begitu dalam, memberi kesan misterius nya.

Butuh semenit bagiku untuk mengalihkan penilaianku dan menyadari keadaan yang sedang terjadi.

ADA LELAKI ASING DI KASURKU!!!

Tanpa berpikir, atau terlalu telat, aku berteriak sekeras mungkin. panik, aku segera menarik selimut dan bersembunyi di baliknya.

"Apa yang kau lakukan di kamarku?!" Sentakku.

Gerakan di permukaan kasur lebih mendekat ke arahku dan selimut tertarik seketika. kaget, aku mengeluarkan teriakan protes. untunglah aku sedang memakai piyama berlengan panjang yang cukup menutupi tubuhku.

"Apa yang kau lakukan?" Geramku, dari balik selimut lembut yang menutupi tubuhku.

Matanya hanya menatapku dengan pandangan menilai dan terus menatapku.

Uhhh... siapapun tolong aku dari pria aneh ini.

Doa ku seakan terjawab saat pintu terbuka dengan dentaman keras yang hampir membuat jantungku copot.

Siapapun yang membanting pintu itu pasti orang yang sangat tidak tahu kesopanan.

Yahh... Meski aku yang minta tolong, tapi setidaknya jangan membuat orang sakit jantung kali...

"Perlukah kau membanting pintu sekeras itu?" Ujar suara yang cukup berat dan menggetar.

Dengan rasa penasaran yang tak bisa terbendung lagi, aku mengintip dari selimut yang menutupi wajahku dan menatap lurus ke arah pintu.

Tak ada siapa-siapa...

Aku menatap pria yang berada di dekatku dan menyadari bahwa ia sedang berbicara kepadaku. Aku melihat sekitar menyadari bahwa hanya aku dan dia yang berada di ruangan ini, dan dia menatapku.

"Aku?" Menunjuk ke arah diri sendiri. "Mana mungkin membanting pintu itu. Sudah jelas aku ada di hadapanmu"

Ia menggeleng, menatapku aneh.

" Kau memang tidak membantingnya" ujar nya " tapi pikiran mu yang melakukannya"

Huh?!
---------------------------------------------
Please RnR :3

Do share comments!! Advice needed :)

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang