Reflection 16

12 1 0
                                    

Baru saja kemarin aku membaringkan diriku di kasur empuk di dalam kamarku yang besar. Berdiri di balkon mengamati bulan. Dan sekarang disinilah aku. Menatap kesal ke arah pria yang berdiri di depanku itu.

"Siapa kau?" Aku mencoba untuk meronta ikatan pada pergelangan tanganku untuk kesekian kalinya. "Dan lepaskan ini!! Atau aku akan menghajar mu!!"

Ia mendecak. 

"Kau bukan lagi di kerajaanmu, tuan putri" ia mengatakan kata terakhir dengan penuh kesinisan. "Kau di wilayah ku sekarang."

Mimik wajahnya perlahan berubah menjadi keras. Kedua bola matanya yang menatap tajam ke arahku, seakan menyala oleh api emosi yang membuatku tertegun. Dalam sekejap, ia yang tadinya terlihat sopan, berubah menjadi orang yang terlihat sangat mengintimidasi.

Ia berjalan perlahan ke arahku dengan tatapan tajam yang terus menatapku. Aku sama sekali tidak menyukai reaksi ku saat ia menatapku seperti itu. Bahkan tanpa melakukan apapun, ia berhasil membuatku gelisah selama waktu berjalan-yang terasa seperti berjam-jam- ia terus menatapku. Bertahan untuk tidak menunjukkan ketakutan ku padanya, aku terus merapal kan mantra yang sering diajarkan oleh mama (atau  mama yang selama ini ku kira adalah mama kandung ku) dan berusaha menenangkan hatiku.

"Jangan takut. Jangan lemah. Jangan kalah."

Ia berhenti tepat di depanku.

"Aku bukanlah bawahanmu, dan kau bukanlah tuan putri ku. Kau tak berhak memberi perintah atau membentak dengan nada sok berkuasa" jelasnya, tatapannya menjadi semakin dingin. Meskipun nada nya terkesan monoton namun tatapan tersebut berhasil membuat jantungku berdegup panik. "Disini, aku yang berkuasa, kau mengerti?"

Ia menekan nada suaranya sehingga terdengar seperti ancaman.

Melihat keadaanku sekarang, tak ada yang bisa ku perbuat. Aku mengangguk pelan dan mungkin akan terlihat seperti anggukan tegang. Ada sesuatu tentangnya, yang membuatku perutku berjolak dan saraf ku seperti melompat-lompat yang membuatku merasa terus-menerus diliputi rasa gelisah.

Ia mengangguk singkat dan memberiku senyuman kecil yang menunjukkan kepuasannya karena berhasil membuatku gelisah.

"Bagus" pujinya, berjalan menjauh ke arah pintu. Sebelum ia menyentuh ganggang pintu, ia menoleh ke arahku. "Jika kau dapat bekerja sama dan bersikap baik, kita akan membahas tentang borgol mu itu. Dan jika kau beruntung, dalam beberapa hari, kami mungkin akan membahas tentang membiarkanmu keluar dari sini. Yah, ke tempat YANG lebih nyaman daripada ini".

Dan dengan itu dia pergi dari hadapanku.

"Kalau saja ini adalah dunia ku, aku akan langsung memanggil polisi dan memenjarakan mu untuk waktu yang sangat lama" gumamku pada tak seorang pun.

Sekali lagi aku melihat sekelilingku, namun dengan cermat kali ini. Terdapat sebuah ventilasi kecil yang hanya memberikan cahaya redup ke sel yang gelap ini. Jika ada cahaya, ada harapan. Setidaknya aku mengetahui kalau ini bukanlah sel bawah tanah.

Mengambil napas dalam-dalam, aku berteriak sekuat yang aku bisa.

"TOLONG! TOLONG! TOLO-"

Teriakanku dalam sekejap dibungkam oleh sebuah tangan yang besar dan bisikan tajam di telinga kiri ku.

"Teriaklah sesukamu, tidak ada yang akan mendengar mu. Ku katakan tadi, kau ada di wilayahku sekarang".

Tubuhku membeku.

Bagaimana ia bisa datang begitu cepat? Bagaimana bisa aku tidak mendengar suara pintu terbuka?
Selantang-lantangnya suaraku, kemungkinan untuk tidak mendengar suara pintu terbuka, apalagi dengan engsel yang berdenyit itu, tidak masuk akal.

Suatu pemikiran terlintas. Ini bukanlah duniaku. Ini bukanlah dunia normal, dimana keajaiban yang ada adalah teknologi dan IPA. Ini adalah dunia yang penuh dengan sihir sungguhan.

Aku menoleh ke arahnya, tidak memedulikan jarak yang tersisa antara kami hanya sebatas satu jengkal.

"Siapa sebenarnya dirimu? Lebih tepatnya, makhluk apa sebenarnya?"

I

a hanya memberiku senyuman malas yang membuat jantungku berdegup.

"Aku hanyalah seorang yang akan menjadi bagian dari hidupmu untuk sementara waktu".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang