Reflection 13

40 2 0
                                    

Dengan cepat, aku menyambar jubah hangat untuk melindungi tubuhku dari angin malam dan panah Diana yang di letakan di sisi kamarku, sebelum berlari pelan menuju kamar. Ku sampirkan selendang tersebut di tubuhku dan mengikat tali yang berada di kedua sisi jubah tersebut.  Berlari melewati lorong gelap yang hanya diterangi oleh cahaya bulan dan beberapa lilin yang masih menyala.

Aku terus berlari, dan bersembunyi setiap kali aku menemukan penjaga yang meronda. Menyerngit beberapa kali saat kakiku tersandung di permukaan lantai berbatu. Aku sungguh menyesal tak memilih sepatu yang lebih nyaman. Apalagi sekarang tumitku mulai terasa terbakar akibat hak tinggi yang menyebalkan.

Menyingkirkan keluh kesahku, aku kembali berlari. Butuh beberapa menit untuk berhasil kabur dari pantauan para penjaga. Aku menghela lega saat berhasil keluar ke lapangan. Dengan cepat aku kembali berlari ke arah dimana Alcos berjalan tadi. Angin malam yang dingin menghembuskan jubahku dengan cukup kuat. Sambil berlari aku terus menggenggam ikatan jubahku untuk  menghindari kemungkinan terbangnya jubahku bersama angin.

Apa yang sebenarnya ia lakukan?

Aku tahu aku tak seharusnya berada di sini, namun rasa penasaran terus menggerotogiku. Aku berlari memasuki hutan dan hati-hati melangkah dengan pencahayaan yang sedikit.

'Andai saja ada lebih banyak penerangan disini, pasti akan lebih baik' gerutuku dalam hati.

Bukannya mengabulkan, sebaliknya awan dengan perlahan menutupi seluruh cahaya bulan sehingga tak ada yang dapat kulihat dengan jelas.

Gelap.

Rasa panik menyambarku dengan kerasnya, hingga aku dapat merasakan kedua tanganku bergetar. Ku eratkan peganganku pada busur dan selendangku. Berdoa dalam hati agar bulan dapat kembali bersinar lagi.

Suara gemerisik dedaunan membuatku panik. Tubuhku sontak mengambil sebuah anak panah dan mulai mengarahkannya beriringan dengan busurku. Jantungku berdebar kencang hingga hanya itu yang dapat kudengar.

Oh ya ampun! Jangan sampai ada hewan liar disini.

Suara gemerisik makin lama, makin mendekat. Berdoa dalam hati semoga ini bukanlah malam terakhirku.

Sebuah sosok muncul dari balik semak belukar dan langsung menghampiriku dengan cepat. Aku langsung mengangkat panah lebih tinggi dan mengarahkan panahku pada sosok itu.

"Stop!" Teriakku, panik. "A-aku punya senjata!"

Sosok itu seakan membeku di tempatnya berdiri. Aku mempelajari tiap detailnya dan mengetahui bahwa sosok itu adalah seorang lelaki besar dan tinggi. Bajunya bukanlah baju yang usang maupun kotor, namun bukan juga baju berwarna hijau tua milik Alcos. Karena cahaya masih terlalu redup, aku tak dapat melihat wajahnya.

Siapa dia?

Sosok itu mengangkat tangan kanannya dengan telapak tangan mengarah ke atas. Gerakan itu dilakukan dengan cukup anggun namun kaku. Kombinasi yang aneh. Toh, semua disini memang aneh.

Pria itu mengucapkan sebuah kata.

Deg!

Tubuhku terasa membeku. Hatiku terasa bergetar dengan berbagai perasaan. Napasku tercekat dalam tenggorokanku. Berapa kalipun aku mencoba untuk bernafas, tak ada satupun jaringan tubuhku yang dapat bergerak.

Meskipun akal sehat ku berkata panik, namun anehnya aku merasa seperti segenap sel dalam tubuhku mengenalnya.

'Kau mengenalnya, sangat mengenalnya', begitulah sahutan hatiku.

Aku...

Suara gemerisik terdengar lagi. Kali ini suaranya datang dari arah belakang. Belum sempat untuk bereaksi, sebuah tangan menutupi mulut dan hidungku dengan sesuatu seperti kain. Sebuah bau aneh masuk ke dalam pernapasanku dengan begitu ganas, hingga terasa sesak.

Seluruh tubuhku mulai terasa mati rasa hingga seperti semuanya berubah menjadi agar-agar. Tubuhku terkulai ke belakang, bersandar ke dada bidang orang yang sedang mencoba untuk meracuniku. Panah Diana ku terjatuh ke tanah. Aku merasa begitu tak berguna dan lemah. Perasaan itu makin menjadi saat sandaranku mundur dan membiarkanku jatuh ke tanah dengan keras. Kepalaku terasa begitu sakit dan terus berdentum keras, hingga semua akal sehat ku seperti hilang entah kemana. Napasku semakin lama semakin tersengal-sengal. Tak ada lagi yang tersisa untuk rasa panik.

Semua menjadi semakin pudar dan terus memudar. Hal terakhir yang ku tahu, aku berada dalam sebuah pelukan hangat sebelum semua menjadi gelap.

--------------------[.*.]--------------------

Thnx for reading:3

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang