bagian 5

5.2K 424 28
                                    

Tidak lama Al merasakan yuki melepaskan pelukan yang masih di nikmatinya itu, gadis itu melepaskan pelukannya. Al buru-buru menahan tangan yuki saat di rasanya gadis itu bangkit berdiri dari hadapannya, ada ketakutan yang datang tiba-tiba.

"Jangan pergi" pintanya dengan penuh pengharapan pada yuki. Tapi yuki memilih melepaskan tangannya yang mencengkram tangan mungil gadia itu.

"Aku hanya mencari kotak obat,
direktur"

Tangannya dengan berat hati melepaskan gadis itu, menyakini yuki memang sedang mencari kotak obat bukan pergi meninggalkannya, Al sangat ketakutan.

Kaki sang direktur bergerak membuntuti yuki dari belakang, darah masih terus menetes dari tangan kanannya, al berjalan juga dengan langkah yang tertatih-tatih, tubuhnya bergetar, alasannya jelas karena rasa dingin yang menusuk-nusuk tubuhnya. Bershower dengan baju lengkap jelas akan membuat siapapun mengigil kedinginan. Dan pria itu tidak terlihat ingin terbebas dari rasa dingin yang menghinggapi dirinya.

Dibandingkan dengan mencari sesuatu untuk menatralisir rasa dinginnya, separti berganti pakaian atau sejenisnya, Al lebih memilih memusatkan perhatiannya pada punggung yuki, dalam keadaan apapun Al selalu menjadikan punggung gadis itu sebagai objek paling di sukainya.

"Di dapur" ucapnya pendek dengan nada suara sudah cukup gemetar pada gadis itu saat melihat yuki tampak melihat sekekeling mungkin mencari kotak obat seperti yang di katakannya tadi.

Al masih berdiri memperhatikan yuki yang bergerak dengan hati-hati supaya tidak menginjak beling-beling yang bergeletak tidak beraturan di lantai. Memperhatikan gadia itu membuat Al sadar gadis itu terlihat lebih 'segar' di matanya. Terlihat lebih bersinar,cerah dan cantik. Ralat semakin cantik.

Al pernah berfikir kenapa yuki tidak berniat menjadi model saja daripada bergelut dengan berkas-berkas dan orang sepertinya.

Yuki meletakkan kotak obat yang ditemuinya di salah satu laci dapur apartemen mantan bosnya dan meletakkan kotak itu diatas meja makan, memperbaiki posisi kursi yang tadinya tergeletak dilantai. Yuki benar-benar yakin kursi-kursi ini adalah korban dari tendangan kaki seorang alghazaly.

"Direktur, duduklah saya akan mengobati luka anda" yuki menunjukkan kursi yang tadi sudah di letakkannya di sisi meja tempatnya meletakkan kotak obat. Tanpa komentar Al menurut saja. Duduk di tempat yang di tunjukkan yuki, untuk sesaat gadis itu terlihat mengamati Al dan bukannya buru-buru mengobati luka dengan darah yang masih menetes itu.

Yuki beranjak Al tanpa sepatah katapun dan mata Al dengan setia mengikuti gerak yuki juga tanpa suara. Dia melihat kemana gadis itu pergi untuk menyakinkannya yuki tidak berjalan keluar untuk meninggalkannya sampai di lihatnya gadis itu masuk ke dalam ruang pribadinya. Kamar tidurnya.

Al bertanya-tanya apa yang yuki lakukan di sana, sampai di lihatnya gadis itu keluar lagi dari kamar membawa sesuatu di tangannya, selimut berwarna putih, sudah pasti itu adalah selimut yang ada di atas ranjangnya. Al tahu selimut itu tidaklah ringan mengingat ketebalan dan panjangnya.

Al melihat yuki dengan gerakan pelan mendekatinya dan menyelimutinya dengan selimut itu, Al masih tanpa suara hanya memperhatikan apa yang yuki lakukan dalam diamnya.

"Direktur terlihat pucat, bibir anda juga membiru, anda pasti kedinginan, setelah ini anda harus mengganti pakaia" ucap gadis itu setelah selesai dengan kegiatan menyelimutinya, dan duduk di samping Al dengan focus sudah berpindah dari selimut pada kotak obat dan telapak tangan Al.

Yuki dengan telaten mengobati tangan dari bekas bossnya, Al sama sekali tidak meringis atau apapun hanya diam memperhatikan yuki melakukan tugasnya. Yuki juga menutup mulutnya tidak ingin mengatakan apapun lebih memilih menetralisir degup jantungnya yang berdetak berlebihan.

Tugas terakhir dari rangkaian pengobatan itu selesai saat yuki sudah memasang perban yang melingkari telapak tangan Al, yuki menatap Al dengan senyumannya, tidak ada lagi tangisan gadis tersebut. Dan memang lebih cantik saat tersenyum daripada menangis seperti tadi.

"Besok direktur harus ke rumah sakit untuk memeriksakan luka, saya takut akan infeksi"

Al lagi-lagi hanya mengangguk patuh, selama mengenal yuki tidak pernah sekalipun gadis ini memberikan nada berbentuk perintah untuknya, kalaupun gadis itu sedang memberikan solusi yang di cari oleh Al yang berhubungan dengan perusahaan gadis itu selalu mengatakannya dengan kalimat saran.

Dan sejujurnya Al menyukai yuki yang seperti ini padanya.

"Apalagi yang direktur butuhkan? Atau direktur ingin saya memanggil manager pemasaran?" Tanya gadis itu masih dengan kalimat-kalimat formalnya, padahal mereka bukan lagi atasan dan bawahan.

Jangan bingung saat dia menyebut manager pemasaran, dia tidak sedang meminta mantan bossnya malah melakukan rapat dengan wanita cantik itu, tapi karena wanita itulah naydira kekasih dari alghazaly. Lebih lagi. Tunangannya.

"Kami sudah berpisah"

Al mengatakannya dengan nada datar, tapi yuki tercenung, seharusnya dia sedang kaget karena tidak menyangka pasangan yang tampak serasi dan akan menikah itu pada akhirnya berpisah setelah sekian tahun, tapi fikiran yuki sudah terlebih dahulu tertuju pada fakta yang sangat tidak ingin di yakininya bahwa Direktur kohler group sehancur ini karena berpisah dari naydira, apakah perasaannya sebesar itu kepada naydira?

"Maaf saya tidak tahu direktur, saya harap anda dan kak naydira bisa menyelesaikan masalah dengan baik dan kembali bersama" yuki mencoba setulus mungkin mengatakannya.

Tapi pahit untuknya.

Al tersenyum masam.

"Kami tidak akan bersama lagi" nada suara itu terdengar tegas di telinga yuki, dia sendiri sampai bergidik ketakutan melihat wajah mantan bossnya. Pria ini hoby sekali membuat jantung semua orang berdetak dengan ritme tidak jelas. Padahal baru beberapa detik yang lalu dia terlihat begitu berbeda, dalam lingkup cukup manusiawi. Sekarang wujudnya sudah mulai kembali ke bentuk awal.

Sedetik selanjutnya mereka tidak lagi bersuara, sampai yuki menatap jam tangan yang melilit tangan kirinya. Sudah bukan waktu yang wajar lagi untuk berada di tempat seorang pria.
"Sudah malam direktur, saya harus pulang, direktur jangan lupa berganti pakaian" yuki bangkit dari duduknya dan mendapati wajah sang mantan bos yang melihatnya dengan tatapan tidak rela.

Yuki menunduk hormat sebagai salam perpisahan, dia baru akan bergerak saat tangan itu lagi-lagi menahan tangannya. Memang tidak mencengkram, hanya melakukan skinship saja. Dan hal itu membuat tubuh yuki berhenti bergerak tanpa perintah.

"Bisakah kau tidak meninggalkanku?" Tanya Al terdengar sedikit frustasi dengan permintaannya. Nada suara pria itu kembali lagi seperti saat tadi dia menemukan pria itu terduduk di bawah guyuran shower. Lirih, menyedihkan dan lelah.

"Ini sudah malam direktur, saya harus pulang"

"Kumohon"

Alghazaly jelas-jelas tipe orang yang tidak akan pernah mau mengucapkan kata itu seumur hidupnya,memohon. Membuat yuki sadar mantan bossnya pastilah sangat membutuhkan seorang sekarang ini.

Sedikit banyak dia tahu perasaan pria ini. Yuki juga pernah merasakannya dan dia juga sangat membutuhkan seseorang untuk berada di sisinya, dan orang yang mengulurkan tangannya untuk yuki adalah verrel bramasta. Sungguh kehadiran verrel sangat membantu masa sulitnya, meskipun bukan pria itu yang benar-benar di harapkannya.

Seperti aku yang sangat mencintaimu, seperti itu jugakah kau sangat mencintai naydira, direktur? Batin yuki.

TBC..
Nah gimana nih kayaknya yuki salah paham atau penulisnya yang gagal paham? Wkwk
Sory typo, no edit
Di tjium al atu-atu :*

the secretary and her cold bossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang