-Haruhi's POV-
Seminggu berlalu. Dan aku membiarkannya berlalu. Jika semuanya menikmati masa-masa sebagai murid baru, bagiku tak terlalu. Setiap hari yang kupikirkan hanyalah basket, basket dan basket. Aku sendiri juga heran kenapa hanya basket yang ada dalam pikiranku.Lembar pendaftaran klub baru hingga hari ini tak ada yang ingin mengisinya. Hanya namaku. Ya, cuman namaku saja yang tertulis pada baris pertama. FUKUSHIMA HARUHI, I-C.
Besok hari Minggu. Sudah tak ada lagi kesempatan.
Apa aku harus mengucapkan 'selamat tinggal basket?'
Kring-kring-kring....
Alarm pagi ini sangat bersemangat membangunkanku yang malas beranjak dari kasur. Cahaya pagi matahari masuk ke kamar melewati celah-celah gorden jendela. Suara ibu membangunkanku terdengar sayup-sayup dari luar kamar. Terpaksa aku harus bangun.
"Sudah sarapan?" tanya ibu padaku.
Aku menggeleng. "Mika-ne mana, bu?"
"Kakakmu itu, baru seminggu sekolah sudah disibukkan dengan kegiatan klubnya."
"Ooh...."
Oh iya, kenapa aku lupa. Minggu pertama ini, kata Mika-ne, klubnya akan sibuk dari pagi hingga sore karena pengenalan para senpai dengan murid baru di klubnya, latihan, pengenalan klub dan sebagainya. Huft, kayaknya hanya aku yang gak ada kegiatan sama sekali di hari libur ini.
Aku kembali ke dalam untuk sarapan, beberapa lembar roti dan segelas susu coklat hangat. Setelah itu aku kembali ke kamar, mengganti baju dan celana untuk marathon pagi mengelilingi kompleks perumahan. Saat akan meninggalkan kamar, bola basket yang ada di sudut ruangan tampak kusam dan berabu. Tinggalkan saja, pikirku. Kututup pintu kamar, namun tak beranjak sama sekali di depan kamarku sendiri.
"Sial!" umpatku kembali ke kamar mengambil bola kesayanganku dari kelas satu SMP.
Aku pamit pergi marathon pada ibuku yang masih bermain dengan tanamannya. Ibuku memang menyukai tanaman hias hingga aku maupun Mika-ne tak dibolehkan memelihara binatang karena takut akan merusak tanaman kesayangannya.
Seperti biasa, dribble sambil berlari kecil sampai pada lapangan basket yang ada di sekitar daerah perumahan ini. Sedikit pemanasan, dribble beberapa kali lalu melempar bola ke keranjang. Hal itu kuulangi terus hingga aku puas, namun pada dasarnya aku tak akan pernah puas dengan apa yang ada dalam diriku.
Aku hanya seorang copier.
Ciiiiitt....
Suara sepeda berhenti. Kulihat seorang gadis bertopi dengan sepedanya berhenti di luar lapangan. Ia tersenyum padaku, kubalas senyumannya. Ia turun dari sepedanya menghampiriku.
"One on one!" tantangnya padaku dengan menunjukkan telunjuknya.
Kulempar bola padanya, ia melemparkannya kembali padaku. Lalu kuberikan lagi padanya, ia men-dribble bola dan mencoba melewatiku. Aku tahu ia juga suka bermain basket, namun ia amatir dalam permainan ini hingga dengan mudah kurebut bola darinya dan memasukkan bola ke ring.
"Apa kamu akan kembali bermain basket, Haruhi-chan?" tanya Yuko padaku.
Aku berhenti men-dribble bola. Kupeluk bola basket itu erat-erat.
Kediamanku membuat Yuko tak enak hati. "Ah, andai saja aku juga masuk Seirin! Pasti bakal sekelas sama kamu. Nee, Haruhi-chan, ceritain dong SMA Seirin itu seperti apa? Aku penasaran, lho!"
Ia mengalihkan pembicaraannya. Aku mencoba tersenyum di depannya. Rasanya tak enak merasa sedih di depan teman yang satu-satunya ada untukku. Aku kenal Yuko sejak sekolah dasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurobas: After Winter Cup [END]
FanficIa tak dapat kembali melantunkan bola maupun mengikuti pertandingan. Gadis bernama Fukushima Haruhi itu trauma dengan masa lalunya yang pernah berjaya sebagai pemain basket perempuan. Kini gadis itu memutuskan untuk melanjutkan sekolah di SMA Swasta...