Salah satu ruangan VIP di sebuah rumah sakit terbesar di kota Jakarta, terdengar teriakan histeris dari seorang gadis yang terdengar memilukan hati siapa saja yang mendengarnya.
"Aaayyyaaaaaahhhhh. . . ."
"Lepaaaaasskaan aku. . ."
"Ayaaaaaahhh hiks hiks. . . "
"Ayaaaaaaahh"
Terlihat beberapa suster memegang dan menenangkan gadis itu yang terus meronta.
"Leeeppaaaaaaassskan. . ." Teriak gadis itu lagi.
Seorang dokter yang tak lain adalah dokter Arga memasuki ruangan itu dan menghampiri ranjang pasien.
"Atikhaa. . . " Panggil sang dokter kepada gadis itu tetapi yang dipanggilnya tetap meronta dalam pegangan para suster.
"Dia kenapa?" Tanya dokter pada salah satu suster.
"Ngga tau dokter, tadi pas saya masuk dia telah bangun dan sedang memegang sebuah kater dia telah mengarakan kater itu ditangannya. Dokter Arga melihat dengan sedih wajah Atikha yang terus meronta itu.
"Hey gadis kecilku tenanglah. . "
"Dokter suru mereka melepaskan akuuu hiks hiks. . ."
"Iya tapi kamu tenang dulu dong Tikha. . ."
"Ngga, lepass, aku bilang leeepaaass. . ." Atikha semakin meronta.
"Aku ingin aayyaaahh hiks hiks, lepas brengsek. . ."
"Dokter bagaimana ini, ia semakin meronta" Ujar salah satu suster.
"Segera ambilkan suntik dan obat penenang" Ujar dokter Arga kepada suster yang lain.
Terlihat Atikha terbaring dengan tenang sehabis disuntikkan cairan penenang oleh dokter Arga.
*********
"Hay gadis kecilku, sudah bangun?" Tanya dokter Arga di samping ranjang pasien saat melihat mata cantik itu terbuka berlahan.
"Eh abang dokter, aku kenapa kok ada di sini? " tanya Atikha dengan bingung saat melihat sekelilingnya.
"Kamu tadi pingsan di sekolah dan dibawah kemari, . ."
"Bagaimana perasaanmu sekarang? " Tanya dokter Arga lagi.
"Hhmm baik dokter, memangnya aku kenapa? Atikha berpikir, tadi aku ada di sekolah dan setelah itu aku melihat sekelompok gadis saling mengerjai dengan menyiramkan sesuatu ke salah satu teman mereka dan setelah itu aku melihat. . . . . Darah. .
"Yang kau lihat bukan darah Atikha. . ." Ujar dokter Arga saat melihat wajah Atikha berubah.
"Itu hanya pewarna makanan yang dicampurkan dengan air yang terlihat seperti Darah" Lanjut dokter Arga lagi.
"Jangan mengatakan demikian, itu sungguh tak enak didengar" ucap Atikha, ia merasa bulu kuduknya berdiri bila dia atau orang lain menyebutkan kata Darah.
"Trus aku kenapa lagi setelah pingsan? Kok badanku terasa sakit semua." Iya Atikha akan lupa setiap kali dia sadar sehabis histeris seperti itu. Kejadian buruk yang dia pernah alami mempengaruhi jiwanya.
"Kamu melakukannya lagi gadis kecil, kamu hampir saja mengiris nadimu lagi, kalau saja suster tak melihatmu, mungkin saja sekarang kamu, aakkhh. . . Atikha kamu hampir membuat aku kehilangan gadis kecilku ini. " Tutur dengan mimik muka prustasinya.
"Ckckckckck. . . Maaf abang dokter. Jangan cemberut seperti itu, dokter akan terlihat sangat tua sebelum menikah dengan mbak Mawar, hehehe. ."
"Biar aku tua tapi aku tetap terlihat tampam bukan? Canda Dokter Arga. Atikha yang mendengarnya hanya mendengus.