6 Tahun Kemudian
Di lobi gedung pencakar langit itu terlihat seorang pria yang sangat tampan turun dari mobil hitam mengkilat yang terlihat mewah. Celana dan jas hitam dari bahan terbaik terlihat membungkus kakinya yang panjang dan badan tegapnya itu, dasi yang bergantung dikerah kemeja putihnya dipadukan dengan sepatu mengkilatnya meching dengan warna jasnya, rambut hitam lurus terlihat rapi, mata tajam berwarna hitam itu terlihat dingin, wajah tampan dengan alis tebal dan hidung mancung memperlihatkan ketegasan , kulit putih pucat miliknya yang menambah daya tariknya. Saat pria tampan itu memasuki gedung kantor semua mata tertujuh padanya terutama para wanita.
"Pagi Pak. . ." Sapa karyawan wanita dengan senyum malu-malu.
"Pagi" Jawab pria itu dingin.
Dengan cuek pria itu terus berjalan sambil memasuki lift khusus. Setelah sampai diruangannya pria itu segera masuk tanpa menghiraukan sekertaris yang menyapanya.
"Apa jadwal saya hari ini?" Tanya pria itu sambil duduk.
"Jadwal bapak hari ini hanya memeriksa dan menanda tangani proposal yang diajukan untuk pengeluaran pembangunan hotel, lalu setelah jam makan siang bapak mempunyai jadwal untuk mengikuti pertemuan dengan pihak dari perusahaan Lee Hyun Group tentang kerjasama dengan perusaan kita Pak" Jawab sekretaris wanita dengan suara yang dipaksakan halus.
"Baik. . ."
Terlihat wajah kecewa dari sekretaris itu. Dia sudah bertahun-tahun bekerja disini tapi atasannya ini selalu dingin padanya, dia sudah susah paya berdandan agar atasannya tertarik padanya tapi atasan nya inipun tak pernah menatapnya, jika ia menatapnya pun tidak lewat dari 5 menit.
"Saya permisi dulu pak. ." Pamit sekretaris itu.
"Ya" Jawaban singkat dari Pria itu.
Setelah sekretarisnya pergi, pria itu mengambil map yang berisikan proposal, saat ia sedang membolak balikkan lembaran demi lembaran yang berisikan tulisan, bunyi hp terdengar dari mejanya segera ia meraih hp tersebut dan mengangkatnya.
"Maaf mengganggu bapak, kami sudah melacaknya ketempat yang bapak perintahkan tapi kami tak menemukan apapun disana pak" ucap suara pria diseberang telefon.
"Oy yah? Apakah kalian sudah mencarinya dengan baik?" Tanya pria itu dengan tegas.
"Iya pak, saya serta anak buah saya yang lain telah mencari dengan teliti tetapi hasilnya tak ada pak"
"Ok, terus cari sampai kalian menemukannya" Jawab pria itu dengan tegas.
Setelah menutup telefonnya, panggilan yang lainnya masuk, tanpa menunggu ia segera mengangkatnya.
"Hallo. . ."
"Hay Al, kamu lagi dikantor yach?" Tanya suara wanita yang dikenalnya itu.
"Iya Ayu, ada apa?"
"Ih judes amat si Al? Lagi PMS ya?" Canda suara yang diseberang.
"Ayu. . . ." Ujar pria itu dengan suara penuh peringatan.
"Iya iya, ih ngga asik kamu. Al kenapa ngga pernah kemari? Si kecil Daniel sering menanyakan kamu tu. . ."
"Iya nanti kalau ada kesempatan aku kesana, untuk sekarang aku ngga bisa, aku sibuk Yu"
"Iya, aku tau kok. Bay Al. . ."
"Ya, beritahu salamku untuk si kecil Daniel, bilang aku sangat merindukannya." Ucap pria itu sebelum mematikan sambungan telefon.
Pria itu beranjak dari tempat duduknya menuju jendela kaca besar memperlihatkan pemandangan dari jauh sebagian kota Jakarta. Mata pria itu tertuju pada jalanan kota Jakarta yang ramai akan kendaraan.
Pikirannya tertuju pada satu orang yang selama ini tak pernah dijumpainya, seseorang yang sangat dirindukannya.