Part 2

595 76 6
                                    


Malia senang karena ketika istirahat, ia sudah dapat teman baru. Ada empat orang. Namanya Gwen, Laura, Matt, dan Scott.

Malia sekelas dengan Gwen dan Scott di kelas aljabar. Lalu, Gwen menawarinya untuk duduk bersama mereka ketika istirahat. Malia tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memiliki teman. Lagipula, tampaknya mereka adalah orang-orang yang baik.

"Kantin selalu penuh, ya," gumam Malia pelan ketika ia dan Gwen sedang mengantre untuk mendapat jatah makan siang.

Gwen menatapnya penuh simpati. "Yah, selamat datang di TTA! Memang begini keadaannya. Karena, istirahat hanya ada di period 6."

Malia mengangguk-angguk. "Dulu di Saint Peter, istirahat ada di period period 6 dan period 8," kata Malia tanpa sadar.

"Kau dulu di Saint Peter?"

"Ya, di Manchester."

"Oh," Gwen mengangguk-angguk. "Pantas saja wajahmu agak asing. Aku, Laura, Scott dan Matt bersekolah di sini sejak sekolah menengah. Sebenarnya, sebagian besar memang sudah di sini sejak sekolah menengah, sih. Karena, yah, jarang ada orang yang mau pindah ke Barnet, kau tahu."

Setelah mengantre selama beberapa menit, Malia akhirnya mendapat gilirannya. Ia mengambil sandwich, susu, dan apel di nampannya. Kemudian ia berjalan menuju tempat di mana Laura dan Scott melambaikan tangan ke arahnya.

Malia terlalu fokus kepada Laura dan Scott sampai-sampai dia tidak sadar kalau nampannya sudah menabrak lengan seseorang. Untung tidak cukup keras untuk menyebabkan seluruh makanan di nampannya itu tumpah mengenai blazer orang itu.

"Aduh," kata orang itu.

Malia refleks berhenti. "Maaf," gumamnya. Ia lalu mendongak untuk menatap orang yang ditabraknya itu. Malia sedikit terkejut. "Maaf, ya, Eros..."

"Kalau jalan hati-hati," kata Eros pelan, tetapi tajam. Malia langsung mundur satu langkah, membiarkan Eros berjalan pergi. Malia masih terdiam di tempatnya semula, karena ia pikir ia ingat sesuatu, tapi tiba-tiba Gwen datang.

"Malia! Kau tidak menjatuhkan seluruh isi nampanmu ke baju Eros, kan?"

Malia memberikan Gwen sebuah senyum singkat. "Tentu saja tidak," gumamnya. "Aku tidak seceroboh itu."

"Ya, ampun. Ayo, kita duduk."

Mereka lalu berjalan kembali ke meja di mana Laura, Matt, dan Scott sudah menunggu. Saat mereka sampai, semuanya terlihat begitu tertarik untuk membahas tentang Eros dan tabrakan kecil yang tak berarti itu.

"Eros bicara padamu?" Mula-mula Laura bertanya.

"Hanya memarahi karena aku ceroboh," jawab Malia seadanya.

"Oh, jadi Eros tidak bisu?" Matt menimpali, kemudian Scott tertawa.

"Hei!" Gwen membuat tawa mereka berdua terhenti. "Eros yang kau sebut-sebut itu jauh lebih hot ketimbang kalian berdua, ya."

Selama sesaat, Malia mengabaikan topik obrolan di meja makan. Ia mengambil waktunya yang sedikit itu untuk menatap Eros yang kini sedang duduk bersama beberapa orang teman laki-lakinya di sebuah meja, agak jauh dari meja mereka.

Malia tidak tahu apa yang membuat mereka begitu tertarik membicarakan Eros. Eros tampak seperti pria normal pada umumnya. Memang, dia agak tinggi. Dan struktur tulang di wajahnya agak lebih bagus. Tapi, dia juga agak lebih galak.

Belum apa-apa, Eros sudah membuatnya takut.

"Hei, Malia."

Malia mengerjapkan matanya. "Eh, iya?"

Shattered GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang