Part 10

442 73 16
                                    

"Eros lama sekali," kata Abby. 

"Apa jangan-jangan bukan tukang pizza yang menekan bel?"

"Apa mungkin dia nenek-nenek yang hendak menculik kita? Lalu dia membunuh Eros...."

Malia bergidik sendiri mendengarkan dua saudara kembar itu bercakap-cakap. Entah dari mana mereka mendapat imajinasi yang tinggi itu. Pasti dari Eros. Pasti karena Eros sering bercerita kepada mereka, mereka jadi paranoid seperti ini.

Tapi, memang benar, sih. Eros sudah 15 menit pergi dan belum kembali. Padahal kan seharusnya mengambil pizza saja tidak perlu memakan waktu sampai 15 menit. Jangan-jangan memang terjadi sesuatu kepada Eros...

"Aku akan ke bawah untuk mengecek," kata Malia pada akhirnya. Tapi, sebelum Malia sempat beranjak dari tempat tidurnya, Abby dan Alli memeluk lengannya.

"Jangan!" kata Alli.

"Eros mungkin sudah terbunuh. Kalau Malia pergi ke bawah, nanti Malia bisa terbunuh juga! Nanti hanya tersisa kami berdua. Kami takut."

Untuk menegaskan, Alli mengangguk dengan semangat.

Malia meringis. Ngaco.

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki di koridor.

"Nah, itu pasti Eros," kata Malia ringan. "Akhirnya."

Abby dan Alli berjalan ke arah pintu, kemudian diam di situ.

"Tapi, langkah kakinya pelan, seperti mengendap-endap," bisik Abby. "Pasti bukan Eros. Eros tidak mungkin mengendap-endap."

"Jangan-jangan, dia yang membunuh Eros?"

"HIIIY!"

Abby dan Alli langsung berlari ke arah Malia dan memeluk kaki Malia. Malia yang awalnya tidak takut kini menjadi takut juga. Benar, langkah kaki itu memang pelan, seperti mengendap-endap. Jangan-jangan itu memang bukan Eros...

"Malia, lakukan sesuatu!"

"Iya, Malia! Ayo!"

Langkah kaki itu mulai mendekat. Malia panik, tapi ia langsung berpikir cepat. Malia tidak bisa melihat benda lain untuk dijadikan senjata, jadi ia mengambil satu bantal Eros lalu berdiri di belakang pintu. Abby dan Alli berpelukan di atas kasur.

Engsel pintu bergerak perlahan-lahan, dan pintu terbuka. Begitu pintu terbuka seutuhnya, Malia memukul siapapun yang berdiri di depan pintu itu keras-keras, sementara Abby dan Alli berteriak sekencang-kencangnya.

"Aw—Malia, apa-apaan?"

Malia membuka matanya. "Eros?"

Cepat-cepat Malia menurunkan bantalnya, lalu memeluk bantal itu kuat-kuat. Abby dan Alli sudah berhenti berteriak, dan kini semua orang terdiam.

Eros memberikan tatapan mematikan kepada Abby dan Alli, tetapi tatapan itu paling mematikan ketika ditujukan kepada Malia.

"Kalian kenapa, sih?"

"Kami kira.....kami kira Eros sudah terbunuh."

Eros mengerutkan dahinya.

"Apa?"

***

"Habisnya Eros lama sekali. Kami kira Eros kenapa-kenapa..."

"Iya! Tapi untunglah Eros baik-baik saja."

Eros sekarang beralih kepada Malia. Malia langsung menunduk begitu ia sadar kalau Eros sedang melempar tatapan yang paling tajam kepadanya.

"Abby dan Alli membuatku takut....jadi....eh, aku jadi takut juga..." Malia terdiam. "Lagipula, kau datang dengan mendendap-endap. Kami kira kau pem—maksudnya, orang lain..."

Shattered GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang