Lima

28 4 0
                                    

Hanan yang berjalan sendirian sebenarnya merasa takut. Apa lagi banyak mata yang melihatnya dengan tatapan memangsa. Ia paling tidak suka ada yang memerhatikannya seperti ini. Apa lagi terlihat tiga orang yang menghampirinya dengan pakaian ala preman.

"Serahin dompet, handphone, jam tangan sama semua barang berharga yang lo punya!!"ucap salah seorang diantara mereka dengan nada menggertak.

"Cepetan serahin! Kalau nggak lo bakalan mati malam ini."bentak yang lainnya.

Hanan yang bisa bahasa penyandang tuna rungu memanfaatkan kebisaannya, ia berpura-pura tuli agar tidak diganggu oleh preman-preman ini. Ia menggunakan bahasa isyarat dan berbicara tidak jelas. Pada intinya ia mengatakan dengan gerakan tangan "Maaf...apa yang bapak katakan? Saya tidak bisa mendengar."

Ketiga preman ini saling bertatapan dan tertawa. "Cantik-cantik tuli. Kasian banget sih."ucap salah seorang preman yang mengenakan kacamata hitam. "Udah sikat aja."

Ketiga preman itu menarik tas Hanan. Hanan berusaha memegang tas nya kuat-kuat. "Lepasin!"ucap Hanan tetap berpura-pura tuli dan gagu. Orang yang ada di sekitar hanya melihat dan bahkan sekedar numpang lewat tanpa ada yang berani membantu Hanan.

"Heh lo cewek tuli dan gagu! Kalau lo nggak lepasin tas lo, gue bunuh lo!"bentak salah seorang diantara preman itu.

Hanan serba salah. Kalau ia melepas tasnya ia akan kehilangan semua hal penting di dalam tas nya. Tapi kalau ia tidak melepasnya maka ia akan mati dengan sia-sia.

Ya Tuhan, tolong aku. Aku takut ya Tuhan.

"Apa-apaan ini?!"mendengar suara yang menggelegar bak petir orang-orang disekitar menjadi kaget.

--------------------------------------------------

Raihan menepikan mobilnya di depan warung soto. Ia mencari Hanan di sepanjang jalan itu. Dimana dia ya Tuhan? Sungguh aku takut terjadi sesuatu padanya. Lindungi dia ya Tuhan.

"Hanan? Sama siapa dia?"tanya Raihan sendirian dan langsung berlari menghampiri Hanan.

Hanan yang ketakutan langsung memeluk Raihan saat Raihan menghampirinya. Raihan salah tingkah karena dipeluk Hanan. Tapi disatu sisi, ia penasaran dengan orang yang sedang menghajar orang-orang seperti preman yang ada di dekat Hanan dan ia ingin membantu orang tersebut.

"Kak, tolongin Akbar kak! Tolong!"pinta Hanan kepada Raihan.

Raihan menatap Hanan penuh ragu. "Tapi kamu gimana de? Aku nggak mau kamu sendirian lagi." Hanan menatap Raihan penuh harap. "Oke. Kamu tunggu sini. Jangan kemana-mana." Hanan hanya mengangguk dan Raihan langsung membantu Akbar menghajar preman-preman itu.

Akbar menolak bantuan Raihan dan menyuruh Raihan untuk kembali manjaga Hanan. Namun Raihan tetap membantu Akbar. Sesuai dengan permintaan Hanan. Hingga akhirnya preman-preman itu jera dan meninggalkan tempat tersebut.

"Akbar....."teriak Hanan yang berlari ke arah Akbar dan berhambur kepelukan Akbar. "Lo nggak apa-apa kan Bar?"tanya Hanan dalam dekapan Akbar.

Akbar menggeleng. "Pulang gih."perintah Akbar pada Hanan. Tapi Hanan menolak. Ia ingin Akbar mengantarnya makan sebelum pulang. Akan tetapi Akbar tidak bisa. "Gue harus buru-buru ke stasiun. Lo balik sendiri aja ya."

"Lo mau kemana?"tanya Hanan menatap Akbar seperti anak ayam yang tacit kehilangan induknya. "Gue ikut."

"Nggak usah. Gue mau pulang sebentar. Mending sekarang lo balik ke kosan."

"Pulang? Berapa lama? Ih...nggak bilang-bilang. Nyeb..."

Akbar menghentikan ucapan Hanan. "Fai, ini siapa?"ucapnya sambil menunjuk seseorang dibelakang Hanan. Reflek Hanan menengok ke arah pandangan Akbar. Dan ia mengatakan bahwa orang yang dimaksud Akbar adalah tetangga kosnya.

1. Thanks to YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang