Enam

26 4 1
                                    



Jam ditangan Hanan menunjukkan pukul 16.00. Raihan sudah menunggunya sejak lima menit yang lalu. Hanan buru-buru keluar dan pamit dengan teman sekelasnya yang masih asik bergosip didalam kelas. Untung saja dr. Weri tidak marah jika ada mahasiswa yang keluar kelas mendahuluinya. Dengan catatan mahasiswa tersebut harus berpamitan terlebih dahulu dengannya, walaupun kuliah telah ditutup.

Hanan berlari keluar kelas setelah berpamitan dengan dr. Weri. Ia sampai lupa kalau arah parkiran itu harus lewat belakang gedung. Maklum, ia adalah pejalan kaki setia yang pastinya kalau kuliah tidak perlu lewat belakang gedung, tapi lewat depan gedung.

"Kak, maaf lama. Tadi dr. Weri soalnya."ucap Hanan begitu sampai didepan mobil Raihan.

Sepanjang perjalanan mereka sibuk dengan dunia mereka sendiri. Bahkan tak sadar kalau mereka sudah sampai didepan rumah Hana.

Rumah Hana tampak sepi. Raihan dan Hanan jadi ragu untuk mengetuk pintu. "Kak. Kok sepi ya rumahnya? Apa lagi nggak ada orang?"

"Mungkin memang sedang tidak ada orang de."jawab Raihan yang juga binggung.

Raihan melihat ke sekitar rumah Hana dan melihat ada pos diujung jalan dekat rumah Hana. Raihan memutuskan untuk menuju pos dan bertanya kepada dua orang lelaki setengah baya yang ada di pos mengenai Hana dan keluarganya.

"Waduh mas, mbak belum tahu ya kalau pak Bimo sekeluarga dua hari lalu masuk rumah sakit. Katanya kecelakaan."jawab salah seorang lelaki setengah baya di pos tersebut.

Hanan segera menanyakan dimana keluarga pak Bimo dirawat. Ia sangat khawatir dengan keluarga pak Bimo, terutama Hana. Setelah mengetahui dimana keluarga pak Bimo dirawat, Hanan dan Raihan bergegas menuju tempat keluarga pak Bimo dirawat.

"Terima kasih pak. Mari."ucap Raihan dan Hanan berbarengan.

  --------------------------------------------------  

Rumah Sakit Mulya

Tulisan itu berdiri kokoh di sisi kiri jalan. Di seberangnya terdapat sebuah mall bernama World Mall. Sungguh tidak etis. Di sisi jalan tempatnya orang sakit bahkan sekarat. Sedangkan di sisi satunya adalah tempat orang bersenang-senang dan menghamburkan uang.

Begitu tiba di rumah sakit dan mobil Raihan sudah terparkir dengan rapi, Hanan pamit menuju mobil yang ada di seberangnya. Mobil merah muda milik Renika.

"Kak Renika."panggil Hanan lagi ketika tak juga ada jawaban dari Renika.

Raihan yang binggung dari kejauhan menghampiri Hanan yang sedang mengetuk-ngetuk kaca mobil. "Siapa sih yang ada di dalam mobil itu?"

Begitu Raihan berada di dekat mobil Renika, Renika turun dari mobilnya dan memeluk Hanan. Renika? Kenapa dia nangis? Tanya Raihan sendiri yang berada di belakang Renika.

"Kak Renika....kakak kenapa?"tanya Hanan binggung. "Kak, kenapa?"tanya Hanan lagi karena Renika tidak menjawab pertanyaannya.

Renika menangis. "Aku takut."ucapnya terisak. "Aku takut dia kenapa-kenapa. Aku udah bikin dia jadi kaya gini."lanjutnya yang masih terisak di pelukan Hanan.

Hanan binggung dengan apa yang dimaksud Renika. Tapi ia membiarkan Renika untuk menceritakan sesuai dengan yang keinginannya. Ia tidak akan memaksa Renika untuk bercerita. Sampai akhirnya Renika menceritakan bahwa beberapa hari lalu ia telah menabrak beberapa orang. Diantaranya sekarang sedang koma.

"Kalau gitu sekarang kita ke sana saja kak. Kita lihat kondisinya. Sudah ada kemajuan atau belum."ucap Hanan mangelus punggung Renika yang masih mengatakan takut.

1. Thanks to YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang