Scandal 3

232 16 1
                                    

• the school, the girls, and the headmaster •

"Halo, Om? Ini aku udah nyampe sekolahan! Om ada di mana sih? Aku nggak dibolehin masuk sama satpamnya nih, soalnya pake atribut gojek! Aku disangka orang jahat yang nyamar sama pak-paknya... hah? Seragam? Gimana satpamnya mau percaya sama seragamku orang aku masih pake baju nyantai, yee. Iya iya cepetan ya! Haaaahh... iya iyaa aku ngerti. Hmm... eh eh kok Om Adam jadi nyalahin aku sih? Mama sama papa? Ah, tau deh aku enggak ngurus... kenapa, kenapa? Yee biarin weekk! Udah ah, mending Om Adam cepet nyamperin dan bilang sama satpamnya buat bukain gerbang! Dadah Om Adam!" Acacia memutuskan sambungan secara sepihak dan menghela napas berat.

"Udah ditelpon, Neng?"

Acacia lantas menatap bapak-bapak berseragam sekuriti di hadapannya dengan sengit, enggan menjawab pertanyaannya saking kesalnya karena nggak diperbolehkan masuk. Sekuriti itu jadi ikutan kesal dengan reaksi yang diberikan Acacia dan melengos. Alhasil hal itu membuat Acacia terkekeh puas.

Sambil menunggu Adam datang, Acacia memperhatikan gedung sekolahan di hadapannya. Gerbang putih tinggi alih-alih warna hitam berdiri menjulang di hadapannya. Di atas gerbang terdapat palang-palang huruf berwarna senada yang membentuk tulisan 'AKADEMI MINERVA' sangat besar. Di samping gerbang, terdapat tembok-tembok tinggi berkeramik yang menghalangi Acacia untuk mengintip ke dalam, membuat cewek itu menghela napas bosan dan melepas jaket gojek hijaunya karena gerah.

"Gusti. Ini gadis masih muda udah jadi supir gojek aja. Enggak dicariin orangtuanya apa kalo ada penumpang malem-malem?" gumam seorang satpam di balik jeruji pagar, cukup keras untuk Acacia dengar.

"Yeee, bapak kalo nggak mau bukain pager buat saya nggak usah komen-komen dulu deh! Udah jahat, suka komen lagi!" cecar Acacia.

"Ya ilah, Neng. Bapak tuh bukannya komen sembarangan atuh. Ini Neng aja yang agak enggak normal. Ke sekolah bukannya dianter, malah naik motor gede sambil nyupir gojek. Udah gitu ke sekolah nggak pake seragam lagi. Kan saya jadi curiga. Makanya enggak saya buka gerbangnya..."

Baru saja Acacia akan membalas omongan satpam di depannya, Adam muncul dari balik punggung satpam tersebut dan menyela. "Waduh. Saya denger ada suara gonggongan anjing liar di luar. Anjingnya udah jinak, Pak Satpam?" celutuknya iseng, membuat si satpam tertawa.

Acacia mendengus. "Om! Bukain gerbangnya, dong! Panas banget di sini!" serunya.

Adam sontak mendecak mendengarnya. Ia meminta satpam tersebut untuk membukakan gerbang setelah memberitahu bahwa Acacia adalah murid baru yang ia rekomendasikan bersama Kairin dan Brietha.

Acacia menaiki kembali motornya dan menyalakan mesin untuk diparkirkan di halaman sekolah. Tapi si satpam dan Adam serta merta menghalangi.

"Eh, eh, itu motornya jangan dibawa masuk atuh!" pekik di satpam.

Acacia mengernyit. "Kenapa? Biasanya juga tiap sekolah ngebolehin muridnya bawa motor sendiri, kok."

"Ini akademi, Acacia. Bukan seperti sekolah-sekolah yang ada di Jakarta lainnya," Adam menjelaskan.

"Terus?" Acacia masih tidak paham.

"Parkir di luar!" perintah si satpam. "Di akademi, dilarang membawa kendaraan pribadi apapun. Bahkan sepeda. Saya yang bertanggung jawab atas itu sebagai sekuriti!"

Acacia mengernyit dengan sangat ekspresif, seperti ada puluhan bantahan telak yang akan keluar dari mulutnya secara bersamaan. Tapi seketika ia ingat ucapan Adam soal akademi, rehabilitasi, dan dua orang lain yang memiliki nasib sama dengannya.

Acacia sekarang dalam masa rehabilitasi. Cukup beruntung untuk tidak masuk penjara karena tuntutan kasus kebakaran.

Maka dengan berat hati, ia mencabut kunci motornya dari ignition, melepas ikatan tali rafia pada tumpukan koper di jok motor, dan menggeretnya masuk ke dalam akademi.

The School's ScandalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang