Hani, Strong!

294 17 1
                                        

Author's

Malam ini, malam terpenting bagi Adrian dan Steffanie. Tapi bagi Hani, malam ini adalah malam paling menyeramkan daripada malam jum'at kliwon. Menyeramkan karena pada malam ini, Adrian benar-benar pergi dari hidupnya.

Panggung megah yang berada di pinggir kolam renang berdiri kokoh dan dengan diiringi musik-musik yang berdentum keras memeriahi acara malam ini. Hani tersenyum masam. Hani hanya dapat duduk dengan terus menyunggingkan senyumanya.

"Pulang aja yuk."

Hani menggeleng. Dirinya masih tetap ingin disini. Malam ini lah kesempatan Hani untuk melihat senyum bahagia Adrian untuk yang terakhir kalinya.

"Gue kesana dulu ya Ni. Lo gue tinggal sendiri dulu, gapapa kan?"

Hani mengangguk masih dengan menatap penyanyi yang sedang menghibur para tamu undangan.

"Hai."

Hani terperanjat kaget disaat tiba-tiba seorang pria berjas putih duduk disampingnya dan merangkul Hani.

"Adrian, lepasin! Gaenak diliat orang."

Adrian terkekeh menanggapi ucapan Hani tadi. Adrian langsung melepaskan rangkulannya.

"Sendirian aja?"

tanya Adrian sambil mengikuti tingkah Hani yang terus menatap kedepan.

"Menurut lo?"

"Ni, maaf gue gabisa nepatin janji gue."

Ucap Adrian menatap sendu wajah Hani. Hani tersenyum menatap Adrian.

"Gue gapapa. Gue cuma kecewa aja. Mungkin ini emang takdir Tuhan. Tuhan menakdirkan lo sama Steffanie bukan sama gue."

Adrian menggengam erat kedua tangan Hani, seakan-akan Adrian tidak mau berpisah oleh Hani.

"Lo jangan sedih lagi. Gue janji gue tetep bakal jagain lo, Ni."

Hani membalas genggaman Adrian lebih erat. Buliran air matanya kini telah jatuh dengan deras, Hani kembali menangis menatap mata indah milik Adrian yang mungkin ini terakhir kalinya Hani memandang lekat matanya.

"Lo harus dengerin gue ya Adrian. Yang harus lo jaga sekarang dan seterusnya itu Steffanie, dia yang bakal nemenin hari-hari lo nanti. Bukan gue. Lo gausah banyak janji sama gue kalo emang lo gasanggup buat nepatin janji lo. Janji manis lo yang bikin gue berharap tinggi sama lo. Jangan bikin gue tambah jatuh. Kalo lo mau bikin gue bahagia untuk yang terakhir kalinya. Tolongg jangan biarin Steffanie ngerasain apa yang gue rasain! Jangan bikin dia nangis uring-uringan kayak gue, jangan bikin dia kecewa."

Adrian menatap sendu Hani yang kini kembali menangis dihadapannya. Hati Adrian begitu rapuh disaat melihat Hani menangis seperti itu, Adrian memeluk erat tubuh Hani. Hani kembali menangis, tangisannya kini semakin kencang. Sebagian tamu undangan melihat Adrian dan Hani dengan tatapan tak menyangka. Bagaimana bisa, Adrian yang beberapa jam lagi akan mengikat janji dengan Steffanie malah asik berpelukan dengan wanita lain.

Hani tidak membalas pelukan Adrian. Tubuhnya melemas. Hani lelah. Lelah akan takdir yang begitu menyakitkan bagi dirinya. Hani melepas paksa pelukan Adrian dan berlari menjauh dari keramaian. Adrian hanya menatap nanar kepergian Hani.

-OoO-

Hani's

Gue benci. Gue benci lo Adrian!! Gue benci waktu lo natap gue. Gue benci sama lo!
Kenapa lo buat gue hancur, Adrian? Kenapaa? Apa salah gue? Lo jahat!!

Gue berlari keluar dari tempat dimana acara berlangsung. Gue berlari masih dengan deraian air mata. Gue gayakin sama penampilan di wajah gue. Gue yakin make up gue udah berantakan gara-gara luntur kena air mata.

Tanpa sengaja gue nabrak pundak seseorang yang bikin gue jatuh dan menyebabkan lutut gue terluka. Gue tambah meraung menangis di tempat gue jatuh. Kaki gue udah gasanggup buat berdiri.

"Ni, lo gapapa kan? Lo kenapa nangis? Lo kenapa Ni? Jangan bikin gue khawatir."

Gue mendangakan muka gue menatap kemana sumber suara tadi. Raka. Orang yang tadi gue tabrak itu Raka. Gue meluk Raka erat.

"Ni, lo kenapa?"

Gue masih nangis dipelukannya. Sedari tadi Raka melemparkan pertanyaan yang belum satupun gue jawab.

"Jangan lepasin pelukannya, gue butuh lo sekarang."

"Peluk gue sesuka lo, selagi gue masih ada."

Gue melepaskan pelukan gue dan mencoba menyeka air mata gue. Gue menatap Raka dengan penuh tanda tanya.

"Maksudnya apa? Emang lo bakal kemana? Jangan tinggalin gue."

Raka tersenyum sambil kembali meluk gue. Diusapnya punggung gue lembut. Memberikan kehangatan dan ketentraman buat gue.

"Iya, gue gabakal tinggalin lo, lo tenang aja."

"Gue benci disaat gue ditinggal orang yang bener-bener gue sayang."

"Semuanya akan indah pada waktunya kok Ni. Lo yang sabar."

Gue melepaskan pelukan Raka. Dan menatapnya lekat. Pria yang selalu ada kapanpun disaat gue butuh, Pria yang tulus sayang sama gue.

Tuhan..kenapa engkau tidak menjatuhkan hatiku kepada Raka saja.

"Janji lo jangan tinggalin gue."

Raka tersenyum hangat dan menunjukkan jari kelingkingnya.

"I swear."

Gue tersenyum sambil membalas mengaitkan jari kelingking gue ke kelingking Raka.

"Yuk masuk."

-OoO-

Author's

Semua para tamu undangan sudah berkumpul didekat podium yang kini sudah berada dua orang pasangan yang sedang tersenyum bahagia menatap para tamu undangan.

Sebentar lagi Adrian sudah milik Steffanie, walaupun belum benar-benar milik. Sebentar lagi Hani benar-benar akan kehilangan sosok Adrian. Hatinya remuk, bahkan kini dirinya mulai tak bisa menahan diri untuk tidak menangis meraung menyaksikan mereka berdua.

"Baiklah, kita mulai saja ke acara inti. Mari Adrian, kamu bisa lebih dulu menyematkan cincin ke jari manis Steffanie."

Adrian mengangguk menanggapi ucapan sang MC, Adrian mengambil satu cincin yang sudah dibawakan oleh sang MC, Adrian tersenyum dan menatap lekat Steffanie. Cincin sudah tersemat manis di jari manis Steffanie, begitu sebaliknya Steffanie melakukan hal yang sama seperti Adrian.

Tepuk tangan yang meriah dari para tamu undangan, tak terkecuali Hani. Hani tersenyum miris melihat mereka yang kini sedang berpelukan layaknya teletubis.

Kini air mata Hani yang sedari tadi ditahannya runtuh, aliran deras air matanya kembali jatuh melunturkan make up diwajahnya. Raka yang mengetahui Hani kembali menangis merangkulnya, mencoba mengelus pundaknya, menenangkan Hani yang mungkin kini hatinya sedang bergejolak.

Kini kepala Hani terasa sangat pusing, mungkin ini efek dari tangisan yang tidak kunjung berhenti. Badannya mulai melemas. Hani yang sudah tidak tahan dengan rasa sakit dikepalanya perlahan ambruk di dalam rengkuhan Raka.

"Hani.. Hani lo kenapa? Ni, bangun."

Raka mencoba menepuk pipi Hani, mencoba membangunkan Hani, Tapi nihil Hani tetap tidak juga terbangun, malah kini suhu tubuhnya semakin panas.

"Tolongg.. Adrian.. Hani pingsan."

Adrian yang mendengar langsung berlari berhambur dengan para tamu undangan, dengan perasaan panik Adrian menggendong Hani dan dilarikannya ke rumah sakit terdekat.

Hani yang kuat, akan lelah juga dengan keadaan yang membuatnya tidak mampu menghadapinya. Pasti akan ada titik lelah disetiap perjuangan yang sama sekali tidak dihargai.

-OoO-

Vote & Comment!!

You, My Mind!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang