Hani's
Hari ini sengaja gue dateng ke kampus sepagi ini. Alasannya adalah satu. Gue pengen ketemu Adrian, nyelesain masalah kemarin dengan baik-baik. Gue pengen hubungan gue sama Adrian kembali seperti dulu.
Gue melihat Adrian yang sedang duduk sambil menatap lirih kertas yang berada di genggamannya. Gue memberanikan diri untuk menghampiri Adrian. Gue menepuk pundak Adrian dengan senyum. Senyuman yang biasa gue kasih ke Adrian. Adrian terkejut melihat gue.
"Euh, Hani.. Lo ngapain?"
Gue mendengus memutar bola mata gue. Kenapa dia jadi gugup gitu ngomong sama gue? Gue duduk disampingnya dan terkekeh.
"Gausah gugup gitu juga kali, kayak ngomong sama siapa aja lo!"
Adrian terdiam. Dirinya langsung menyembunyikan kertas yang tadi ia genggam.
"Gue mau memperbaiki hubungan kita."
Gue menggengam kedua tangan Adrian. Adrian menatap sayu mata Hani.
"Harusnya gue yang ngomong gitu."
Adrian tersenyum miris. Gue berdecak.
"Gue pengen kita kayak dulu."
Gue memejamkan mata gue yang mulai memanas. Gue gangerti kenapa sekarang gue secengeng ini. Sekarang, natap matanya yang layu bikin hati gue terasa seperti tersayat pisau. Perih.
"Ini saatnya, Hani. Saatnya gue ngakuin perasaan gue ke lo. Selama ini, gue cinta sama lo. Bukan sebatas kakak ke adiknya atau sahabat. Gue sayang sama lo, Hani. Tapi, mungkin Tuhan lagi nguji gue dan lo, Gue mau ngasih ini. Gue harap lo dateng."
Adrian menyodorkan undangan. Undangan berwarna pink yang cantik. Tunangan? Acara dimana sang pria mengikat wanitanya sebelum dilangsungkan pernikahan. Gue menatap lekat-lekat undangan tersebut. Dada gue sakit. Pertahanan gue yang dari tadi gue tahan runtuh saat Adrian ngasih undangan ini. Gue natap sendu Adrian dan mengambil undangan tersebut.
"Kenapa?"
Suara serak tercekat yang terdengar sangat menyakitkan. Gue bener-bener nangis sesengukan. Sekarang, Adrian gue bener-bener pergi. Kedua tangan Adrian menyentuh pipi gue, menyeka air mata gue yang dengan indahnya terjun bebas.
"Gue gabisa jelasin semuanya ke lo. Yang pasti, Kalo emang lo ditakdirkan untuk gue. You will stay here with me and never leave me."
Gue nangis. Adrian meluk gue. Yang gue yakin ini adalah pelukan terakhirnya. Acara pertunangan Adrian seminggu lagi. Gue gayakin gue bakal dateng, gue gabakal kuat lihat Adrian bersanding dengan wanita lain. Gue gasanggup buat liat semuanya. Gue memejamkan mata gue. Gue berharap ini cuma mimpi gue.
Mimpi buruk.
"Janji sama gue, lo tunggu gue."
Adrian natap mata gue. Matanya juga sudah dipenuhi dengan airmata.
"Nunggu? Nunggu orang yang bakalan pergi? Itu bodoh, Adrian!"
Gue nangis. Adrian tersenyum miris.
"Kita lihat saja rencana Tuhan untuk hubungan kita. Gue ke kelas dulu ya."
Adrian pergi meninggalkan gue yang lagi nangis sesengukan. Gue nyesel deketin Adrian lagi. Perjuangan gue udah berakhir.
Gue kalah.
"ADRIAANN, KALO LO EMANG CINTA SAMA GUE, PERJUANGIN GUE, ADRIAN! MANA PENGORBANAN LO!!"
Adrian terus berjalan meninggalkan gue. Disini gua nangis sendirian. Kejam. Jahat. Gapunya Hati. Gue benci sama lo!
Pada akhirnya gue sadar, gue terlalu bodoh berharap lebih pada seseorang yang ternyata sedang mengharapkan orang lain.
- Hani-OoO-
VOTE AND COMMENTNYA JANGAN LUPA YA GUYS ;*

KAMU SEDANG MEMBACA
You, My Mind!
Novela Juvenil[Versi re-publish] Dimana sebuah janji yang selalu mengikuti kemana Hani melangkah. Dimana sosok itu pergi dan datang sesukanya. Dimana perasaan jatuh dan terbang sudah biasa. Dimana adanya rasa kekecewaan yang mendalam. Dan... Apakah semua itu aka...