Hani's
Tepat pukul 5 pagi.
Aku bersiap-siap untuk memulai semua aktivitasku. Setelah aku lulus menyandang gelar sarjana, aku bekerja disalah satu perusahaan ternama di Jakarta.
Semuanya sudah rapih. Aku tampak terlihat anggun dengan setelan kantor yang biasa para pegawai kantor kenakan.
Cling..
"Temui aku di Cafe Chocoffie. Dari teman lamamu."
Teman lamaku? Siapa? Apakah...
"DIBAAA I'M COMEINGG"
-OoO-
Untuk hari ini aku mengambil cuti demi bertemu teman lamaku. Fyi aja aku udah 2 tahun berpisah dengan teman-teman kuliah ku, kecuali...
Raka.
Aku masih dekat dengannya, dan Adrian..
Tenang, aku sudah melupakan Adrian. Sungguh.Hehehe. Beneran. Aku gamau lagi stuck sama perasaan sakit hati berlarut larut.
*Cling*
Unknow
+852**Meja nomor 4 ya..
See u.Sok misterius fikirku. Btw, ini lebih enak lo-gue apa aku-kamu? Oh god aku-kamu terlalu kaku. Hahaha
Gue udah nyampe di Cafe Chocoffie, gue memasuki kafe tersebut dan mencari letak dimana Diba katakan di sms tadi.
But...
Meja nomor 4 kan? Kenapa malah ada seorang pria yang sedang duduk dan menikmati kopi panasnya.
Apa Raka?
Gak..gak. Jelas-jelas Raka lagi di kantor. Terus dia siapa??
"Khem.. Duduk kenapa malah bengong?"
Gue terkesiap dan tersadar. Oh God this not funny.
"Adrian?"
Adrian menatap gue penuh kegembiraan dan tersenyum sangat lebar seakan-akan dia udah berhasil nemuin separuh tulang rusuknya yang udah lama ilang. Ahh apa sih gue malah jadi drama gini.
"Lo gaada niatan meluk gue gitu Ni? Dua tahun bukan waktu yang singkat lho."
Siapa bilang waktu dua tahun itu singkat? Itu lama. Lama banget. Apalagi diwaktu dua tahun itu gua lagi jatuh-bangunnya buat ngelupain lo Rian.
"Apaan sih, lo kan udah ada yang melukin setiap malem."
Gue berucap santai sambil duduk dikursi yang sudah dipesan Adrian.
"Siapa?"
"Lha kok lo malah nanya gue, ya istri lo lah kalo gak anak lo."
"HAHAHAHAHA"
Lha si Adrian kenapa ketawa? Perasaan ga ada yang salah sama omongan gue barusan.
Galama waiter datang dengan membawa hot choco yang gua pesan saat baru datang tadi.
Gue menyesap sedikit demi sedikit hot choco tersebut."Gue udah cerai sama Steffanie dan gue dateng kesini buat nepatin janji gue ke lo."
"Ukhuk ukhuk"
Gue keselek cokelat panas. Apa yang Adrian bilang barusan? Nepatin janji. Basi woy Basi.
"Maksud lo?"
Adrian tersenyum sambil mengambil tissue diatas meja dan membersihkan sisa cokelat yang ada di sudut bibir gue.
"Lo masih inget kan sama janji gue, yang bakal balik lagi ke lo?"
"Pls Adrian, dua tahun kita lost contact dan itu bener bener waktu dimana gua lagi terpuruk banget buat ngelupain lo dari hidup gue, dan sekarang lo dateng bawa janji itu lagi. Ini bukan game yang bisa seenaknya lo mainin Adrian. Apa lo inget permintaan gue sama lo? Buat istri lo gak ngerasain apa yang gue rasain! Lo gabisa mempertanggungjawabkan semua ini Adrian. Pikiran lo galebih dari seorang anak TK yang baru masuk sekolah dasar. Lo egois Adrian!"
Gue luapin semua amarah gue ke Adrian. Disini gue marah, Dia udah nyia-nyian cewek untuk yang kedua kalinya. Dia gak belajar dari kesalahan.
"Lo Ni, lo alasan gue buat gak menuhin semua permintaan lo. Gue gak bisa ngelupain lo."
"Dengan semua rasa sakit yang selama ini gue rasain lo cuman bisa ngomong gini ke gue? Kalo lo emang bener cinta sama gue, kenapa lo nikah sama Steffanie. Kenapa lo gaada buat gue disaat gue jatuh? Lo kemana?"
"Maafin gue, lo gangerti perasaan gue Ni. Gue dijodohin sama Steffanie gara-gara bokap gue punya utang yang emang bokap gue ga bisa buat lunasin. Jalan satu satunya ya gue. Bokapnya Stefani nyuruh gue buat nikahin anaknya----"
Gue menutup telinga gue. Terserah dia mau ngomong apa.
"STOOPP"
"Ni.."
"Stop Adrian Stop pls, disini lo udah ketemu sama gue. Ini gue Adrian. Cewek yang selama ini lo sia-siain. Gua masih sama kayak dulu tapi nggak sama perasaan gue."
Adrian mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong jas yang ia kenakan.
"Will you marry me?"
Adrian mengeluarkan kotak yang berisi cincin. Ini gak lucu, dia ngelamar gue di kafe.
"Gasemudah itu Adrian."
"Gue janji gue gabakal nyia-nyiain lo lagi Ni, gua gabisa hidup tanpa lo. Sebut gue pria lebay apa gimana terserah lo ini perasaan gue. Gue mau lo yang jadi pendamping gue, jadi teman hidup gue."
"Please Adrian"
Gue menangis. Dua tahun tidak bertemu sekalinya bertemu dia ngelamar gue kayak gini. Bukannya gue gak seneng. Siapa sih yang gak seneng dilamar sama pria yang lo sayang selama ini. Tapi, dengan keadaan yang gue alami selama ini gue gasanggup buat nerima lamaran dari Adrian.
"Ni, gue bakal bantu lo buat lebih bangkit lagi. Gue bakal tutup luka hati lo selama ini. Gue janji Ni, lo boleh pegang omongan gue. Gue bakal memperbaiki hubungan kita, gue bakal bikin lo bahagia disamping gue.
"Gue-- gue udah tunangan sama Raka."
Gue menangis dan memperlihatkan jari manis gue yang sudah dilingkari oleh cincin yang indah. Selama ini, cuma Raka yang ada di samping gue, dia yang bantu gue buat ngelupain sosok Adrian. Dia yang buat gue ngerasa aman.
Adrian mengusap wajahnya kasar.
"Apapun yang terjadi sama lo, lo milik gue bukan Raka."
Terus disini gue harus apaa?
-OoO-
Hello guys jangan lupa Vote & commentnya ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
You, My Mind!
Teen Fiction[Versi re-publish] Dimana sebuah janji yang selalu mengikuti kemana Hani melangkah. Dimana sosok itu pergi dan datang sesukanya. Dimana perasaan jatuh dan terbang sudah biasa. Dimana adanya rasa kekecewaan yang mendalam. Dan... Apakah semua itu aka...