Empat

14.2K 144 16
                                    

Tubuh (namakamu) sudah bersih, lalu ia kekamar bawah dan melihat adik laki-lakinya sedang melantunkan ayat-ayat Al-Quran.

(Namakamu) memasuki ruangan ini, ruangan ini penuh dengan sajadah dan buku-buku Al-Quran.
(Namakamu) mengambil mukena berwarna pink bercorak bunga yang tergantung dan melakukan sholat maghrib, sendirian. Biasanya dengan Iqbaal, adiknya dan juga Ibunda. Iqbaal selalu menjadi imam, menggantikan Ayah (Namakamu) jika beliau tak ada dirumah.

Tetapi hari ini (namakamu) terlambat. Ia datang ketika adiknya telah selesai dan sedang mengaji.
Sementara Ibunda melakukan ibadah di masjid karena ia sedang dalam perjalanan pulang. *biasaibuk2arisan

*

Malam telah larut, Iqbaal sedang menikmati pertandingan tim sepak bola kesayangannya disalah satu stasiun tv swasta.

Seperti biasa, pertandingan-pertandingan internasional selalu tayang dini hari.

Bruuk!

Tubuh Iqbaal mengerjap ketika mendengar ada sesuatu yang jatuh dari pintu sana.
Iqbaal memandang sekitar tembok, melihat jam dinding. Jarum pendek menunjukkan ke angka dua sedangkan jarum panjang ke angka tiga.

Bearti jam itu pukul 02.15 dini hari.

Maling. Kalimat itu terbesut dipikiran Iqbaal.
Dia segera berlari kedapur, mengambil besi berukuran sedang dan berlari menujur pintu utama—lokasi sumber suara—

"Shalsa," Ucap Iqbaal terkejut.

Bukan maling tetapi Salsha yang terjatuh, tubuhnya tergeletak kelantai posisi tengkurap.

Iqbaal segera menghampiri Shalsa, membalikkan tubuhnya agar telentang.

"Nngghhh..." Lenguhan Iqbaal keluar secara spontan saat aroma alkohol begitu menyengat dari nafas Shalsa.

Baju Shalsa sangat sexy, payudaranya tidak tertutup sempurna dibalik bajunya.
Tidak bisa dibohongi, Iqbaal sebagai laki-laki normal sempat menatap bagian dada Shalsa beberapa saat.

Iqbaal memejamkan mata mencoba membuang perasahan gairahnya kepada Shalsa, "Dia adik lo! Dia adik. lo! Sadar!" Iqbaal mencoba mengingatkan dirinya sendiri bahwa Shalsa adalah adik iparnya.

Iqbaal membuang matanya kearah kaki Shalsa dan "Aw!" Iqbaal kembali memejamkan mata

Pikiran Iqbaal semakin tak karuan ketika melihat paha mulus milik Shalsa.
Iqbaal menarik nafas panjang dia berusaha menenangkan pikirannya. Dia berusaha memfokuskan pikirannya untuk membawa Shalsa kekamar dengan cara menggendong tubuh Shalsa.

*

Iqbaal membaringkan tubuh Shalsa diatas ranjang, mata lelakinya tak berkedip ketika memperhatikan tubuh Shalsa dari ujung kaki sampai kerambut, "Memang sangat menggairahkan,"

Iqbaal menoleh kearah kiri ketika mendengar suara itu dia melihat orang berjubah hitam, terlihat sangat mengerikan. "Siapa, Anda?! Mengapa Anda bisa masuk kesini"

Orang itu tidak menjawab, lalu berucap "Kau tidak boleh mengabaikan kesempatan emas ini. Nikmatilah tubuh gadis itu, puaskan nafsumu" Balas pria mistirius itu.

Iqbaal mendengarkan ucapan pria mistirius itu, Iqbaal mencoba meletakkan jemarinya diatas pipi Shalsa.
Ketika Iqbaal merasa bahwa Shalsa tidak merespon—mungkin karena Shalsa mabuk berat—Iqbaal mendekatkan bibirnya.

Sangat dekat, sehingga Iqbaal bisa merasakan hembusan nafas Shalsa yang berbau alkohol. "Ingat istrimu! Dia sedang mengandung anakmu. Dia bersusah payah suatu saat nanti. Dia bertaruhkan nyawa untuk melahirkan anakmu!"

Iqbaal kaget ketika mendengar kalimat itu, dia melirik kebelakang, melihat pria berjubah putih. "(Namakamu)" Ucap Iqbaal. Dia segera berlari keluar meninggalkan kamar Shalsa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The First Night BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang