PERTEMUAN
2.30 WIB
Siang itu tampaknya matahari malu untuk menunjukkan wujudnya. Buktinya cuaca mendung tapi, kunjung hujan. Emily bertekad keluar untuk menghilangkan suntuk. Ya tujuannya adalah hutan.
Sebelum berangkat dia menyiapkan beberapa roti untuk mengatasi laparnya nanti dan beberapa kaleng minumn soda. Memberi makan felix , lalu bergegas mandi.
~
Jeans blue navy dipadu kaos hitam polos dan kemeja kotak kotak merah dan hitam tetapi tidak dikancingkan. Membuatnya terlihat agak, uhm kau tahu? Ya TOMBOY.
“gotcha, ayo pergi!”
Sembari mengambil ranselnya dan ups tak lupa kupluk merahnya. Menelusuri tangga dan melangkah keluar.
“aku pergi felix, jagalah rumah untukku.” Serunya yang dibals felix dengan gonggongan.
Kau tahu? Hutannya bukanlah hutan hutan yang seperti yang kau bayangkan, mungkin kau membayangkannya hutan yang penuh lumut, gelap, dan hutan yang dipenuhi binatang binatang liar yang siap memakanmu.
Tidak! Kau salah! Hutannya tidak begitu , bayanganmu terlalu anarkis , hutannya adalah hutan yang sejuk ,dengan pepohonan yang tinggi , tetapi tidak berlumut, ditengahnya terdapat padang pasir, haha bercanda, didalamnya terdapat padang rumput yang dibarengi dengan bunga bunga lavender,juga ada terdapat sungai kecil yang mengalir , airnya sangat jernih dan batu batuannya yang membuat udara disitu dingin dingin sejuk.
semakin dalam kau menulusuri hutan itu semakin bagus pula pemandangan yang tidak akan pernah kau lupakan. Makanya Emily jika punya waktu senggang , suka menghilangkan penat disini.
Dan hutannya tidak jauh dari rumah Emily, berjalan sebentar kau akan menemukannya. Jangan berfikir menuju hutannya dengan melewati rintangan yang beratnya , melewati gunung gunung lembah lembah dan binatang buas. Haha *abaikan.
“uh leganya~” seru e Emily , kini gadis itu sudah berdiri diatas air sungai, celananya sudah mencapai lututnya. Dan ranselnya berada disalah satu batu besar yang ada disitu.
“ seharusnya aku membawa felix tadi” katanya sedih.
“Hey kau” seruan suara baritone itu membuat Emily tesentak kaget.
Seorang pemuda tampan berdiri tinggi menjulang , tingginya sama dengan Dave. Dia memakai kaos hitam polos yang begitu pas ditubuhnnya yang tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus, dan jeans abu abunya.
Pandangan Emily hanya terfokus padanya, oh sungguh ciptaan Tuhan yang indah.
“hey kau tidak mendengar?” suranya baritonnya mengangetkan Emily dari khayalan bawah sadarnya.
“e..ehh kau bilang apa tadi?”
“kau siapa? Sedang apa disini? “
“aku? Aku Emily , dan aku disini karena ini tempatku!”
“APA,mana mungkin ini tempatmu kau kira ini milikmu? Kau yang membangunnya?” tawa pemuda tidak bernama itu.
Wahhh tawa yang menghangatkan hati, dan membuat jantung berdegup kencang.
“bu.. bukan itu maksudku, aku sudah biasa kesini , jadi bisa disebut markasku”
“ ohyaa?”
“Ya. Dan kau siapa kau? Sedang apa disini? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya”
“Yaa. Aku hanya mencari – cari udara segar”
“Siapa namamu?”
“Aku Xavier, dan bolehkah aku menjadi anggota markasmu?”
“haha, yang benar saja kau, tentu saja boleh”
“Terimakasih” senyum Xavier mengembang. Tulus itu tulus , selama ini Xavier tak pernah terseyum , tapi kali ini gadis bernama Emily datang dihidupnya membuatnya yang sulit tersenyum menjadi tersenyum.
Dan mulaillah percakapan diantara dua insan yang berbena jenis itu, canda tawa mereka begitu menghangatkan hati. Siapapun yang mendengarnya juga ikut terbawa suasana hangat itu.
Tapi, dibalik canda tawa itu ada dua pasang mata berwarna biru. Menatap mereka dengan tatapan tidak senang dan tajam.YA Dave.
Dave mengepalkan tangannya kuat, tentu saja cemburu, melihat gadisnya bersama pria lain, kemarin cris , sekarang? Dave? Tentu saja dia tau siapa laki laki itu.
“Xavier, BRENGSEK!!”