Accident

1.7K 94 10
                                    

"Honey, wake up." Panggilan mommy membuatku menggeliat dijok mobil.

Perlahan kubuka mataku. Aku masih menyesuaikan sinar yang masuk kedalam mataku.

"Honey.."

Aku menoleh kearah mommy. Mommy memberiku sebotol air mineral. Aku segera membuka dan meneguknya.

"Come on, honey."

"Ok. Mom."

Aku membenahi dress dan wajahku sebelum kami keluar. Kami sudah sampai disebuah gedung dimana gedung ini adalah gedung pusat vibelle company.

Aku, mommy, beserta manager dan asistenku segera memasuki gedung itu. Penjagaan yang cukup ketat saat kami berusaha masuk kedalam bahkan aku diharuskan mengenakan ID CARD "VISITOR".

Aku merasa sangat jengkel saat ini. Mereka tetap memaksaku mengenakan id card bodoh ini. Mommy berusaha memberiku pengertian tapi aku tak mau mendengarkannya. Aku tak habis pikir dengan aturan disini.

"Apa mereka tidak mengenalku? Hellooo.. aku jessica mila harus mengikuti aturan bodoh mereka?"

Aku menghela nafas kasar dan tetap berdiri di depan receptionist. Mereka berusaha membujukku agar tidak membuat keributan. Apa maksud mereka semua? Mereka semua sangat lancang sekali. Hari ini moodku benar-benar hancur lebur.

"Mom, kita pulang." Ucapku sambil melangkahkan kakiku menuju pintu masuk. Saat aku berbalik, lobby gedung ini sudah dipenuhi para karyawan yang menyaksikan pertengkaranku dengan receptionist menyebalkan ini.

Aku tidak peduli dengan kontrak ataupun kerjasama dengan perusahaan ini. Mereka sudah membuatku kesal dan malu. Aku meneruskan langkah kakiku hingga menuju pintu keluar, namun sebuah suara memanggil namaku.

"Jes.."

Aku menghentikan langkahku. Aku mendengar seseorang berlari kearahku. Aku masih berdiri dengan tangan bersidekap didada.

"Wait jes."

Orang itu ternyata roxy. Ya, roxy adalah manager marketing diperusahaan ini. Aku melihatnya wajahnya kelelahan dan sedang berusaha menormalkan nafasnya.

"Jes, saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Saya harap kamu memakluminya. Ini memang prosedur perusahaan kami. Kami akan mengingatkan kembali pada karyawan kami agar lebih selektif pada tamu yang datang." Aku mendengar permohonan maafnya didepan pintu masuk.

Aku menyebarkan pandanganku ke sekeliling dan aku tidak menyukai dengan cara pandang karyawan disini. Mereka seperti marah dan tidak suka dengan sikapku. Aku tidak peduli dengan tatapan mereka. Perusahaan ini memang harus diberi sedikit pelajaran karena membuat moodku hancur.

"Jes, please say yes. Mereka sudah minta maaf sayang." Mommy mendekat padaku dan memberiku pengertian.

"Oke. Gue akan lupain kejadian ini, tapi ada satu hal.." aku memandang sinis kearah receptionist yang tadi memaksaku mengenakan id card bodoh itu.

"Pecat dia." Ucapku tegas sambil menunjuk receptionist itu.

Aku bisa melihat receptionist itu ketakutan bahkan air matanya sudah mengalir deras. Aku tidak memperdulikan itu semua. Aku paling tidak suka dengan orang yang menghancurkan moodku.

"Jes, tolong jangan begini. Kami sangat minta maaf sekali." Ucap roxy padaku.

"Oke. Bye." Aku bergegas melanjutkan langkahku menuju pintu masuk, namun mommy menahan langkahku.

"Honey, jangan seperti ini. Kamu maafin ya."

"No."

"Jes.." roxy memanggilku kembali, tapi aku mengabaikannya.

Kekesalanku sudah bertambah sekarang karena selain mereka menghancurkan moodku, mereka juga tidak menuruti kemauanku. Aku terus melangkahkan kakiku hingga kini aku sudah keluar gedung ini. Aku meminta asistenku untuk menyuruh supir segera menjemput di lobby.

"Jes, saya benar-benar minta maaf. Tolong jangan seperti ini. Kami akan tegur karyawan itu, tapi tolong lupakan kejadian ini."

Aku menatap roxy kesal. Aku benar-benar ingin marah sekarang."Gue udah bilang bye. So, what are you doing here?"

"Sayang, kamu tenangin diri kamu. Kita masuk dulu. Kita cari jalan keluarnya ya?" Ucap mommy padaku.

"Saya sangat memohon maaf atas kejadian ini. Saya janji kejadian ini tidak akan terulang lagi. Saya akan beri peringatan pada karyawan saya." Ucap roxy pada mommy.

"Its ok. Come on honey." Mommy mengajakku untuk masuk kembali.

Aku menolak ajakan mommy karena aku tidak akan menarik kata-kata yang sudah keluar dari mulutku. Aku tidak suka keinginanku dibantah oleh siapapun.

Kejadian ini masih menjadi pemandangan unik bagi orang yang berlalu lalang. Aku merasa sangat dipermalukan didepan karyawan mereka.

"Jes, kita bicara baik-baik. Kita gak bisa asal membatalkan kontrak ini. Ingat jes, kamu sudah menandatangani kontrak ini. Kita bisa kena penalty." Managerku berusaha memberiku pengertian, tapi aku tidak mau mendengarkannya.

Sebuah mobil berhenti tepat di depan pintu masuk. Nampak semua orang sangat mengenali mobil ini. Aku memperhatikan orang yang keluar dari mobil ini. Seorang Laki-laki keluar dar dalam mobil dan dia sangat... tampan. Aku tak mengalihkan pandanganku dari wajahnya.

"God, dia kesini." Gumamku dalam hati.

"Siang sir." Salam roxy pada pria dihadapanku.

"Siang. Ada apa ini?" Tanya laki-laki yang baru keluar dari mobil tadi.

"Ada sedikit masalah sir."

"Masalah apa?" Tanyanya mendetail.

"Ada sedikit kekeliruan yang terjadi hingga.."

Aku memotong ucapan roxy dan memandang laki-laki ini. "Gue gak suka dengan aturan bodoh di perusahaan ini. Kalian semua udah buang waktu gue." Aku memandang sinis laki-laki ini.

"Maafkan anak saya pak. Dia memang sangat manja, jadi harap dimaklumi." Ucap mommy pada laki-laki itu.

"Mommy.." ucapku kesal.

Laki-laki itu tersenyum pada mommy lalu mengulurkan tangannya. "Tidak apa-apa. Saya yang harusnya minta maaf atas kejadian tidak menyenangkan ini. Mari kita bicarakan semua didalam." Ajak laki-laki itu pada mommy.

Aku masih membuang pandanganku kearah lain. Laki-laki ini memang.. tampan. Tapi ini tidak akan menggoyahkan egoku.

"Jes, come on." Mommy mengajakku masuk kedalam.

Aku menahan ajakan mommy padaku. Aku tidak mau masuk ke perusahaan menyebalkan ini.

"Saya benar-benar minta maaf. Saya tahu anda merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Bagaimanapun juga saya adalah tuan rumah dan saya akan bertanggung jawab dengan semua kejadian ini. Tapi tolong diingat bahwa kita sudah terikat kontrak. Saya hanya tidak ingin masalah ini bertambah panjang."

Aku memandang laki-laki dihadapanku dengan tatapan kesal. Aku tak percaya dia berani berbicara kasar bahkan mengancamku. Rasanya aku ingin sekali menamparnya.

"Mari kita bicarakan didalam." Ajak laki-laki itu dengan penuh senyum.

Akhirnya mommy memaksaku masuk untuk membicarakan hal ini. Aku benar-benar sangat kesal dan marah.

"Awas ya.." dengusku sebal.

LDR "long distance relationship"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang