You are mine!

1.6K 108 37
                                    

-Mila POV-

Alunan piano mengantar kami terlena dalam buaiannya. Kami terus mengikuti alunan piano hingga tanpa disadari kami sudah berdansa cukup lama dalam posisi yang cukup intim.

"Kev." Ujarku.

"Ya, sweety." Balas kevin sambil menyibakkan rambutku yang tergerai.

"Capek."

Aku melihat kevin langsung terdiam sejenak, namun tangannya langsung meraih pergelangan tanganku dan mengajakku duduk ditempat kami.

"Kamu merusak suasana sweety." Kevin terlihat menuangkan wine ke gelasku.

"What do you mean?" Mila mendengus sebal kearah kevin.

Kevin menyerahkan gelas yang sudah terisi wine kepadaku lalu dia menarik kursinya kesebelahku. Kevin mengarahkanku untuk menatapnya.

"Look at me sweety."

"What?" Tanyaku kesal.

"Aku mau bicara sama kamu."

"Kan lo lagi ngomong." Mila melepaskan genggaman tangan kevin.

Kevin hanya tersenyum kecut lalu menarik tangan mila lagi kedalam genggamannya.

"Aku serius sweety." Ujar kevin serius.

Aku melihat wajah kevin tak seperti biasanya. Dia terlihat sangat serius dan cemas. Aku melihat matanya menatap mataku tajam.

"Apaan sih kev." Aku merasa risih dengan tatapannya.

"Kamu jealous sama sahila?" Tebak kevin.

"What? Me? Jealous?" Ujarku tak percaya.

Kevin hanya menganggukan kepalanya lalu menatapku kembali.

"Jes?" Desak kevin.

"No. Big no."

"Really?" Timpal kevin semakin mendekatkan wajahnya padaku.

"Kev." Aku menahan tubuhnya yang semakin mendekat padaku.

Aku melihat sekelilingku dan kini sudah tidak ada siapapun disini. Bahkan pemain piano yang tadi memainkan alunan piano yang sangat merdu sudah tidak terlihat. Yang tertinggal hanya sebuah piano dengan lilin diatasnya.

Aku merasakan degup jantungku kembali menggema keseluruh tubuhku. Aku khawatir jika kevin bisa mendengarnya. Refleks aku berusaha menjauhkan tubuhnya dengan mendorong sekuat tenagaku, tapi usahaku sia-sia karena dia sama sekali tidak bergeming. Bahkan wajahnya sudah berjarak 5 cm didepan wajahku.

"Kev."

"Sssh.." Kevin meletakkan jari telunjuknya di bibirku.

Dia memperhatikan wajahku dari mata, hidung, hingga bibirku. Dia membelai bibirku lembut dan perlakuannya itu langsung membuat aliran darahku bergejolak hebat. Nafasku serasa mencekat hingga aku kesulitan mendapatkan oksigen untuk paru-paruku.

"Can I?" Kevin membelai bibirku kembali .

Aku tidak mengerti maksud ucapannya, namun dia semakin mendekatkan wajahnya dan kini aku merasakan hembusan nafasnya yang segar menerpa indera penciumanku bahkan aroma tubuhnya memenuhi rongga hidungku. Aku semakin kesulitan bernafas karena kini ia sudah berada tepat dihadapanku. Hidungnya sudah menyentuh hidungku. Kini matanya yang tertuju di bibirku kembali menatap kedua mataku. Dia tersenyum lalu aku merasakan sesuatu yang kenyal, lembut dan basah menyentuh bahkan melumat bibirku.

Cup!

Aku masih tak membalas ciumannya walau kini kevin berusaha membuatku untuk membuka mulut. Dia terus melumat bibirku dengan lembut dan dalam. Pertahananku akhirnya runtuh saat kevin mendorong tengkukku untuk semakin memperdalam ciumannya. Dia memang sangat hebat dalam berciuman. Aku menikmati setiap sentuhan bibirnya dibibirku. Lidahnya menyapa seluruh gigiku dan mengajak lidahku untuk berdansa dengan lidahnya.

LDR "long distance relationship"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang