Lunch

1.5K 95 11
                                    

-Mila POV-

Disinilah aku kini berdiri. Sebuah gedung dimana kejadian menyebalkan itu terjadi. Aku menghela nafas berat saat menapaki kakiku di lobby gedung ini. Aku memasuki gedung tempat janji makan siang kami. Aku tahu gedung ini adalah salah satu gedung termewah dan terlengkap di jakarta, tapi apa setiap acara juga harus diadakan disini.

Aku tak habis pikir oleh orang yang mengajak kami makan siang. Dia adalah kevin julio. Semua orang pasti sangat-sangat mengenal dia, tapi sepertinya dia orang yang sangat pelit. Dia tidak mau menghamburkan duitnya sehingga mengajak kami lunch di salah satu gedungnya.

Aku mengikuti mommy yang berjalan didepanku. Disebelah kanan dan kiriku sudah berdiri manager dan juga asistenku. Bisa dibilang aku adalah anak yang sangat manja juga menyebalkan, tapi aku tidak akan melupakan orang disekitarku. Aku tidak pernah menganggap mereka pekerjaku, tapi sebagai bagian keluargaku walaupun selama ini aku lebih sering menyusahkan dan membuat mereka jengkel.

"Selamat siang pak kevin. Maafkan kedatangan kami yang agak telat." Sapa mommy sedikit berbasa basi pada kevin.

Kevin berdiri menyambut kedatangan kami. Dia mengulurkan tangannya pada mommy, tapi matanya tak mau lepas memandangku. Aku hanya melengos menghindari tatapan memujanya. Aku tahu setiap laki-laki yang menatapku pasti akan langsung jatuh hati. Itulah pesona yang dimiliki oleh jessica mila.

"Tidak apa-apa. Saya sangat mengerti jessica pasti perlu waktu lebih untuk bersiap-siap." Ujar kevin dengan tersenyum padaku.

Aku hanya berdecak sebal pada semua ucapannya. Seorang pelayang datang dan mencatat makanan pesanan kami. Setelah pelayan itu pergi, kami melanjutkan perbincangan kami.

"Ehm.. nona jessica. Sebaiknya saya memanggil anda dengan sebutan apa? Supaya lebih akrab."

Mommy menatapku tajam seolah memerintahku untuk menjawab pertanyaan laki-laki dihadapanku ini.

"Bapak kevin julio, anda sudah mengetahui siapa nama saya. Anda bisa memanggil saya jessica saja. Enough??" Aku memandangnya sebal, tapi laki-laki ini justru tersenyum sangat manis padaku.

"Baiklah. Saya akan memanggil kamu jessica."

"Maaf jika saya lancang, tapi bisa kita mulai pembicaraan mengenai launching produk terbaru vibelle?" Cleo menginterupsi percakapan antara aku dan kevin.

Aku memadangnya sebal dan kesal begitu juga sebaliknya. Sepertinya wanita ini masih menaruh dendam padaku.

"Cleo, sabarlah. Waktu kita masih panjang. Disini saya ingin lebih mengenal satu sama lain. Untuk pekerjaan bisa kita bicarakan nanti diruang meeting."

Aku melihat cleo langsung ciut saat kevin berbicara. Wajarlah, cleo hanya seorang sekertaris sedangkan kevin adalah bosnya.

"Ehm.. ada yang ingin saya tanyakan dengan anda ibu jane."

"Silahkan pak kevin."

"Saya penasaran dengan putri anda. Apakah dia memang selalu diam seperti ini? Setahu saya, jessica sangatlah pandai bergaul."

"Maafkan puteri saya pak kevin. Jessica memang anak yang sangat cepat bergaul, manja dan terkadang moddy-an. Oleh sebab itu, harap dimaklumi." Mommy terlihat agak sungkan saat berbicara dengan kevin.

Aku langsung menoleh kearah mommy dan mommy langsung memelototiku.

"Jessica, sudah berapa lama kamu menekuni dunia modelling?" Pertanyaan pertama meluncur dari bibir laki-laki itu.

Aku tak meresponnya dan cenderung mengabaikannya. Mommy menatapku lalu memintaku menjawab pertanyaannya dengan isyarat mata.

Aku mendengus sebal. Aku balik menatap kevin yang sebelumnya aku acuhkan. Dia menatapku sambil bertopang dagu. Sumpah demi apapun dia terlihat sangat tampan dan lucu. Aku mengelengkan kepalaku berusaha menyadarkan fikiranku yang mulai terhipnotis oleh penampilannya. Hari ini dia memang terlihat lebih tampan dari sebelumnya.

Kevin mengenakan celana bahan berwarna hitam dan kemeja berwarna biru muda dengan dasi yang senada namun agak sedikit bercorak. Dia juga mengenakan setelan jas yang sangat pas ditubuhnya. Pokoknya satu kata untuknya hari ini. SEMPURNA!!!

Aku menyadarkan lamunanku kembali dan kini tatapan kevin semakin lekat padaku bahkan mommy dan yang lainnya menatapku binggung.

"Gue udah cukip lama didunia modelling dan lo juga gak perlu takut karena lo gak akan rugi kerjasama dengan gue." Jawabku angkuh.

"I know that."

Pelayan pun datang dan mengantarkan makanan kami. Kami bersama-sama menikmati makan dengan sesekali bercengkrama, namun seorang wanita tiba-tiba menghampiri kami.

"Kevin."

Kevin menoleh lalu tercetak jelas dibibirnya sebuah senyuman yang mampu membius seluruh wanita. Kevin berdiri lalu wanita itu mencium pipi kanan dan kiri kevin bahkan dia sengaja menempelkan tubuhnya dengan tubuh kevin.

"Menjijikan.." desahku.

"Mau gabung?" Ajak kevin pada wanita itu.

Aku langsung mendelikkan mataku kesal. Apa maksudnya dia mengajak wanita itu disini. Dia benar-benar tidak profesional.

"Hmm.. nanti aku menganggu kalian." Ucap wanita itu manja.

Aku sangat sebal melihat wanita itu bergelayut manja dilengan kevin dan bodohnya laki-laki itu hanya diam dan menikmatinya.

"Dasar playboy tengik.."

Aku meneruskan makan dengan kesal dan tanpa kusadari kevin tersenyum melihat kekesalanku.

"Bu jane dan jessica, apakah saya boleh mengajak wanita cantik ini untuk bergabung?"

Aku tak percaya dia bisa meminta ijin pada kami. Laki-laki ini sangat membuat emosi hatiku. Aku menatapnya tajam, tapi dia hanya melemparkan senyuman pada kami.

"Tentu saja pak kevin."

"What??? Kenapa mommy ngijinin sih? Aargghh..."

Emosiku yang sudah diatas kepala harus teredam karena ucapan mommy. Aku tidak mungkin marah-marah, tapi aku akan buat perhitungan dengan sikapnya yang tidak profesional ini. Kevin membantu wanita itu memesan makanan.

"Pak kevin, maaf jika saya lancang. Apakah wanita cantik ini adalah kekasih anda?" Pertanyaan mommy membuatku tersedak.

Aku buru-buru meminum segelas air dari gelasku. Aku mengelus dadaku untuk meredakan batukku.

"Hmm.. dibilang teman, tapi kami lebih dari itu. Namun jika dibilang kekasih, bukan karena kami belum memiliki komitmen apapun." Diakhir penjelasannya, dia menatapku dan tersenyum jahil padaku.

Entah mengapa aku merasa sedikit lega setelah mendengar ucapannya, tapi.. tidak.. aku tidak boleh memikirkannya. Aku memanyunkan bibirku kesal kearahnya. Dia malah tersenyum dengan sangat menggoda padaku.

"Tuhan, tolong kuatkan aku dari pesona playboy tengik ini."

Wanita itu meminta ijin menerima telepon lalu saat kembali, dia berpamitan pada kevin.

"Maaf ya, aku harus segera pergi." Wajah wanita itu terlihat sangat sedih.

Aku menghela nafas lega karena wanita menyebalkan ini akhirnya pergi dari sini.

"Maaf vin, aku ada meeting. Sampai ketemu diparty ya." Wanita itu bergelayut manja lagi dilengan kevin dan kevin hanya tersenyum.

"Pasti laki-laki itu menyukai sikap wanita centil itu."

"Its oke mia. See you tonight." Kevin mengecup pipi kanan dan kiri kevin.

Aku sangat malas melihat kemesraan mereka yang membuatku jengkel. Tak berapa lama wanita itu benar-benar pergi dan kami melanjutkan makan kami. Setelah makan kami akan melanjutkan perbincangan di ruang meeting, tapi saat aku hendak pergi bersama mommy, kevin menahanku.

"Jessica, can you help me?"

LDR "long distance relationship"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang