Chapter 9.

414 40 0
                                    

Sungmin’s POV

Channie, mengapa hatiku terasa sedikit perih saat kau menolak tawaranku tadi? Sungguh, aku tidak tega membiarkan kau bekerja begitu keras, terlebih di cafe milikku sendiri. Aku terlalu menyayangimu untuk itu. Kau memang yeoja luar biasa. Padahal kau sudah memiliki semuanya, kau... seperti sudah menggenggam dunia dalam tanganmu. Tak perlu bekerja tetapi semua kebutuhan sudah terpenuhi bahkan melimpah. Dan sekarang? Kau malah memilih untuk melepaskan itu semua, melepaskan duniamu. Semua ini aku lakukan demi kebahagiaanmu.

Aku duduk di kursi kebesaranku. Memandangi surat lamaran yang Channie berikan dua hari yang lalu. Padahal ia tak perlu melakukan itu, tapi memang sudah menjadi sifat dasar Chan Hwa yang keras kepala dan selalu teguh dalam pendiriannya. Kata gadis itu, tidak wajar rasanya bekerja tanpa memberikan surat lamaran dan CV terlebih dahulu. Oleh karena itu ia segera membuatnya setelah menanyakan bagaimana formatnya. Tentu saja ini pertama kalinya ia membuat surat lamaran mengingat sesungguhnya ini ada pertama kalinya dalam seumur hidup gadis itu bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Sekali lagi kuingatkan, dia sudah memiliki segalanya, namun memilih untuk melepas segalanya yang sudah seharusnya ia miliki. Mengerti? Aish.. terkadang aku tidak bisa menebak jalan pikirannya.

Choi Chan Hwa. Nama lengkap gadis itu adalah Choi Chan Hwa. Hanya dengan menyebutkan nama lengkapnya saja, kurasa ia dapat memiliki segala yang gadis itu inginkan. Pewaris kedua tahta SCC Group. Perusahaan nomor satu di bidang property. Tidak sedikit pusat perbelanjaan dan beberapa merk terkenal di bidang fashion. SCC Group sudah menjadi perusahaan bertaraf internasional. Satu-satunya saingan perusahaan ini adalah Cho Group. Benar, perusahaan Kyuhyun. Makanya, secara tidak langsung perdebatan kemarin antara pemuda itu dengan Channie adalah pertemuan antar CEO dengan cara tidak sengaja tanpa mengetahui identitas masing-masing. Ini membuatku sangat pusing. Bagaimana tidak? Chan Hwa sudah melarangku untuk memberitahu identitas aslinya kepada orang lain. Katanya ia akan snagat marah jika dirinya memberitahu ke orang-orang kalau dia putri dari pemilik SCC Group. Aigoo, sudahlah. Aku tidak ingin memikirkan ini lagi.

Aku menyimpan kembali data-data Chan Hwa lalu mulai berkutat dengan file-file yang harus kutanda-tangani. Aku harus menyelesaikan semua karena Kyuhyun mengirim pesan akan datang ke sini dua jam lagi. Baiklah, ini semua harus diselesaikan dengan cepat mengingat Kyuhyun sangat tepat waktu dan tidak suka menunggu orang lain..

***

Author’s POV

Kyuhyun sudah memasuki Pumpkin Cafe milik Sungmin. Suasananya yang tenang dan santai inilah yang membuat pemuda tampan satu ini betah berlama-lama di cafe yang kebetulan adalah milik sahabatnya sendiri. Kyuhyun sudah menduduki tempat yang sudah direservasi Donghae asistennya tiga jam yang lalu. Kalau tidak dipesan sebelumnya, meja ini pasti sudah ditempati oleh orang lain. Spotnya sangat bagus. Terletak di pojok ruangan yang didesain sederhana didominasi kayu dan warna coklat dekat jendela bundar besar sehingga bisa melihat pemandangan kota Seoul yang sangat indah terlebih saat malam hari. Pemuda itu mengutak-atik ponsel putihnya yang sangat canggih. Tidak lama kemudian Sungmin menghampiri tempat dimana Kyuhyun duduk saat ini.

“Maaf, menunggu lama, ya?” sapa Sungmin sambil memanggil salah satu pelayannya. Rupanya yang sedang menganggur saat itu adalah Chan Hwa, jadi gadis itu memutuskan untuk menghampiri meja Sungmin.

“Ah, tidak. Aku baru saja sampai, hyung.” Kyuhyun memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya. Wajahnya agak terkejut melihat Chan Hwa yang sudah berdiri di samping meja mereka saat hendak mencatat pesanan.

Kyuhyun’s POV

“Kau ingin pesan apa, Kyu?”  tanya Sungmin hyung. Gadis menyebalkan itu juga ikut menatapku. Sepertinya ia menunggu jawabanku.

“Hmm.. aku ingin soju, hyung.”

Kulihat Sungmin hyung agak sedikit bingung dan yeoja itu menahan tawa. Memangnya salah jika aku memesan soju? Aku kan sudah cukup umur untuk meminum itu.

“Kyu.. Kita sedang berada di cafe. Kuingatkan sedikit, ini cafe milikku. Cafe Kyuhyun... bukan restoran. Yang benar saja. Aku tidak pernah menyediakan minum-minuman yang memabukkan di cafe ini. Kalau kopi, aku punya banyak.” Sungmin hyung menjelaskan. Aish, aku juga tahu ini cafe, aku hanya sedang ingin minum soju...

“Hyung.. Aku juga tahu ini cafe, milikmu, dan tidak ada minuman beralkohol. Tapi aku hanya sedang ingin meminum itu... apa kau ada? Tidak harus soju, mungkin kau punya anggur?” Aku sangat lelah hari ini. Aku ingin merilekskan tubuh saja. Tidak ingin kafein, aku ingin alkohol.

“Astaga, Kyu. Kenapa tadi kita tidak bertemu di bar saja kalau begini ceritanya. Sepertinya kau sedang mengalami masalah yang sangat berat ya? Baiklah, sepertinya aku masih menyimpan beberapa botol anggur di ruanganku. Tunggu sebentar.” Sungmin hyung meninggalkan meja setelah memberikan instruksi kepada gadis pelayan itu untuk meninggalkan tempat ini karena memang belum dibutuhkan. Gadis itu tersenyum mengangguk lalu langsung menghampiri tamu yang baru saja memasuki cafe.

Kalau dilihat-lihat, gadis itu ternyata manis juga. Aku lupa siapa namanya, mungkin nanti akan kutanyakan sendiri sekalian minta maaf atas kejadian kurang mengenakkan yang terjadi kemarin. Kalau saja tidak ada kejadian itu mungkin aku bisa mengajaknya berkenalan tanpa ada rasa tidak enak. Tunggu-tunggu! Kenapa Kyuhyun yang tampan dan kaya ini jadi ingin berkenalan dengan yeoja yang bahkan hanya seorang pelayan cafe? Aiiish. Sepertinya kejadian hari ini membuat saraf otakku berjalan dengan banyak kesalahan. Apa yang kau pikirkan, Cho Kyuhyun??

“Nih, minumlah.” Aku sampai terkejut sendiri melihat Sungmin hyung sudah kembali ke meja bahkan menuangkan anggur di gelasku. Sudah berapa lama aku memandangin yeoja pelayan itu?

“Ne. Gomawo, hyung.” Aku meneguknya langsung sampai habis. Ternyata selera Sungmin hyung dalam memilih sebuah anggur bagus juga.

“Nah, sekarang kau bisa bercerita apa yang terjadi hari ini sampai-sampai kau ingin minum.” Sungmin hyung juga meneguk anggur miliknya tanpa mengurangin sedikitpun perhatiannya kepadaku. Sepertinya dia menunggu ceritaku.

To be continue..

My Name is OciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang