Chapter 13.

381 37 0
                                    

Sungmin’s POV

Akhirnya eomma bisa kutinggal juga. Karena aku harus secepatnya menjemput Kyuhyun-ah dari apartemen Channie. Kalau dari telepon gadis itu semalam sepertinya Channie memang tidak suka kehadiran Kyuhyun di tempatnya. Mau bagaimana lagi, keadaan kemarin sangat darurat. Aku tidak bissa meninggalkan eomma sendirian karena appa sedang di luar kota saat ini. Baik, mobil sudah terparkir. Sekarang aku harus bergegas ke apartemen Channie sebelum terjadi peperangan yang... ah, mungkin itu terlalu berlebihan. Sebelum terjadi masalah yang bisa mengganggu ketenangan tetangga di sekita. Aku tidak mau disalahkan.

Setelah memastikan mobil sudah terkunci dengan baik, aku melangkahkan kaki masuk ke dalam lobby. Sepi. Jelas saja, ini masih pukul enam pagi. Siapa yang sudah berkeliaran pada pukul enam pagi di hari Minggu? Hanya aku mungkin. Kkkkk. Pintu lift sudah terbuka. Channie, tunggu oppa, ya, anak manis. Lebih baik, aku membunyikan bel saja. Rasanya kurang nyaman juga kalau masuk ke apartemen orang sembarangan. Biar password-nya akan kugunakan dalam keadaan mendesak saja.

Chan Hwa’s POV

Jinjja! Siapa sih yang bertamu ke rumah orang di hari Minggu pagi seperti ini?! Benar-benar mengganggu istirahat orang saja. Tunggu. Ah, itu pasti Sungmin oppa. Ada apa ya oppa datang pagi-pagi sekali? Shift kerjaku kan selalu siang saat hari Minggu. Aku meregangkan otot-otot tubuhku. Mematut diri sebentar di depan cermin lalu bergegas membukakan pintu apartemen. Bel terus dibunyikan, itu berisik sekali.

Saat berjalan menuju pintu keluar dan melewati ruang tamu, aku melihat ada sekelebat bayangan manusia yang sedang berdiri di dekat jendela kaca. Astaga! Masa ada hantu di pagi hari? Tiba-tiba aku merinding. Untuk memastikannya aku mengucek kedua mataku, mungkin saja ini sisa halusinasi atau mimpi yang terbawa di dunia kenyataan. Aku melebarkan mataku dan... KYAAA!! Bergerak! Bayangan itu bergerak! Setelah berteriak aku langsung mengambil langkah seribu menuju pintu dan membuka kunci pintu dengan tangan gemetar. Tidak salah lagi, itu nyata! Ada hantu!

“Sungmin oppa!!” Aku langsung memeluknya begitu melihat oppa berdiri dengan senyum khasnya. Pria itu sedikit terkejut.

“Oh, astaga. Ada apa, Channie? Aku dengar kau berteriak tadi?” Sungmin oppa mengelus punggungku guna memberi sedikit ketenangan untukku.

“Hantu...” Aku masih memeluk pria itu erat sambil membenamkan wajah di dadanya.

“Eh? Hantu? Kau bercanda, mana mungkin ada-“

“Ada, oppa! Ada! Sedang berdiri di jendela! Bergerak!”

Kudengar Sungmin oppa terkekeh pelan. Pasti dia anggap aku sedang bercanda. Padahal aku benar-benar lihat sendiri ada hantu di dekat jendela sana! Kalau ada mantra yang bisa mengambil ingatan otak seperti di film Harry Potter, aku berani melakukannya! Aku tidak berbohong!

“Channie,” panggilnya lembut. Aku melonggarkan pelukanku dan menengadah sampai dapat melihat wajah Sungmin oppa dengan jelas. Pria itu hanya tersenyum dan ikut menatapku. Aku menjadi sedikit lebih rileks dibuatnya.

“Mana? Tunjukkan pada oppa, hantu mana yang berani mengganggu Channie-ku di Minggu pagi selain aku.” Mendengarnya aku jadi ikut terkekeh. Inilah yang kusenangi dari Sungmin oppa. Selalu mengertiku di setiap keadaan yang ada. Tidak peduli saat aku senang, susah, bahkan sedang manja seperti ini.

“Oke, mari aku antarkan. Oppa harus menghajar hantu itu, ya!” Aku melepaskan pelukanku dan berdiri dengan mantap. Kalau ada yang menemani, aku tidak takut lagi. Hehehe.

“Tentu saja. Asalkan hantu itu bisa menapakkan kaki di tanah, oppa akan menghajarnya untukmu.”

“Eh? Mana ada hant yang menapakkan kaki? Itu bukan hantu namanya, oppa.” Aku mengerutkan kening, tidak setuju dengan pernyataan Sungmin oppa. Tetapi lebih baik aku segera mengusir hantu itu sebelum... aku bahkan tidak berani membayangkannya.

Sungmin oppa terus menggandeng tanganku. Aku bersembunyi di balik tubuhnya sambil menengok kanan-kiri dengan perasaan was-was. Takut ada yang menyerangku tiba-tiba. Lain denganku yang sudah berkeringat, Sungmin oppa malah berjalan dengan santainya menelusuri apartemenku.

“Annyeong, Kyuhyun-ah! Bagaimana keadaanmu?” Suara Sungmin oppa memecah keheningan sekaligus fokusku. Apa tadi katanya? Kyu.. Omo! Aku baru ingat namja itu menginap semalam di sini. Aish... Pantas saja Sungmin oppa tadi menertawaiku. Perlahan aku melepas cekalanku, lalu berdiri di samping Sungmin oppa dengan senyum salah tingkah.

“Oh, hyung. Akhirnya kau datang juga. Dari jendela ini aku bisa melihat mobilmu terparkir. Dan, ada apa dengannya?” Kulihat Kyuhyun menunjukku dengan dagunya sambil menatap Sungmin oppa.

Sungmin oppa tertawa sebentar lalu menjawab pertanyaan Kyuhyun. “Siapa? Oh, Channie tadi salah mengiramu sebagai hantu. Mungkin dia terlalu banyak membaca novel fantasi sehingga berpikir seperti itu. lalu, agaknya dia tidak ingat kau menginap di sini.” Sungmin oppa mengacak rambutku, aku hanya cemberut, tidak tahu harus bersikap apa.

Namja setan itu mengangkat kedua alisnya. Oh! Aku tidak salah sepenuhnya, karena memang namja itu mirip setan kok. Dilihat dari  tatapannya yang... Jinjja.. dengan mata berkantung seperti itu siapa saja pasti akan mengiranya hantu.

“Hah? Gadis aneh. Padahal semalam dia membawakanku bantal dan selimut ke sofa, bahkan memakaikannya. Lalu pagi ini dia lupa kalau aku menginap? Ckckck.” Pria itu melipat kedua tangannya di dada sambil menggelengkan kepala dengan ekspresi yang dibuat-buat. Cih, dasar tidak tahu berterima kasih! Ya, Tuhan! Semalam dia belum tidur rupanya! Aigoo.. Hilang sudah harga diriku.

“Oh, ya? Kukira kau tidak menyukai keberadaannya.” Sungmin oppa menatapku dengan ekspresi terkejut. Aku hanya bisa memamerkan senyum yang dipaksakan.

“Yah.. Aku menolongnya demi oppa. Bagaimanapun kalian kan berteman. Sudah seharusnya kan aku berbuat seperti itu?” Belaku.

“Jinjja? Tetapi yang kemarin itu sangat lembut. Kau pasti sudah terjatuh pada pesonaku, kan? Pesona seorang Cho Kyuhyun. Kkkkk.” Sial, dia malah menggodaku.

“Aish.. kau ini! Bukannya berterima kasih, malah menuduhku yang tidak-tidak!” Aku berdecak sebal sambil membuang muka.

“Aku tidak sedang menuduhmu, Nona. Hanya mengatakan kebenarannya. Ternyata kau lain di mulut lain di hati, ya. Hahahaha.” Aku mendelik kesal ke arah namja itu yang sedang tertawa bahagia.

Sungmin oppa hanya menggeleng-geleng saja, namun akhirnya melerai kami. “Kalian ini sudah dewasa tapi bersikap seperti anak kecil. Sudah, sudah. Sekarang sudah jelas, kan? Di apartemenmu ini tidak ada hantu, Channie. Dan kau Kyuhyun-ah, mari kuantar pulang. Aku gerah sekali melihat penampilan kau yang acak-acakkan seperti ini.”

“Baguslah. Lebih baik oppa segera membawa orang ini jauh-jauh dariku. Dia dengan segala kepercayaan dirinya yang berlebihan itu. Huh. Aku ingin melanjutkan tidur sebentar saja. Berdebat dengannya membuat kepalaku berdenyut. Oppa, aku tidak mengantarmu ke depan, ya. Tak apa, kan?”

“Baiklah, kau beristirahatlah. Maaf merepotkanmu, Channie. Apa nanti kau tidak usah bekerja saja? Kuberi izin tidak masuk.” Terdengar nada cemas di suara Sungmin oppa. Namun aku hanya menggeleng, “Jangan. Aku tetap harus bekerja. Sudah, ya. Aku tinggal dulu. Kalau oppa haus, ambil saja sendiri minuman di kulkas. Dan kalau oppa lapar, sepertinya aku masih menyim-“

“Ck, katanya mau beristirahat. Kenapa kau jadi mengoceh panjang lebar seperti itu. Aku langsung pamit bersama Kyuhyun-ah. Kau jaga diri baik-baik, ya. Kalau butuh apa-apa segera hubungi aku. Hitung-hitung untuk membalas kebaikanmu kemarin, hehe.”

Sungmin oppa ini benar-benar perhatian sekali. Aku menggelengkan kepala sekali lagi. “Ya sudah, aku kembali ke kamar, ya. Oppa hati-hati di jalan. Sampai bertemu nanti siang.” Setelah itu aku menguap dan berjalan meninggalkan kedua pria itu di ruang tamuku menuju kamar. Sesungguhnya aku memang masih sangat mengantuk. Mungkin karena itu aku jadi tidak bisa berpikir jernih. Gara-gara memikirkan namja setan itu semalam, aku jadi kurang tidur. Eh... aku memikirkannya semalam?

To be continue..

My Name is OciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang