Chapter 47.

252 18 0
                                    

Cho Kyuhyun’s POV

Senyum tak pernah lepas dari bibir kami. Aku dan seseorang yang tangannya masih dalam genggamanku. Akhirnya, usahaku sejauh ini tak sia-sia. Aku baru tahu bagaimana rasanya memperjuangkan seseorang yang kita cintai. Bagaimana sensasi yang tercipta membuatku berdebar-debar menunggu setiap kata yang keluar dari gadis itu.

“Kyu, antar aku ke Luxury Hotel, eoh? Kurasa Chaeri eonni sudah menungguku di sana.” Dengan pandangan yang masih terfokus ke jalanan, aku menggelengkan kepala. Membuat protes kecil Oci terdengar lucu di telingaku. Ah, kami sudah sepakat meneruskan hubungan ini menjadi lebih serius. Kami sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Memang tidak ada ucapan langsung yang keluar dari mulut kami mengenai itu, hanya saja tanpa perlu mengatakannya aku tahu pasti gadis itu tahu maksudku. Dan dirinya sudah memberiku izin untuk tetap memanggil nama panggilannya sewaktu di Pumpkin Cafe, Oci.

“Waeyo? Kalau kau tidak mau mengantarku, turunkan saja aku di sini.” Astaga bahkan ancamannya terdengar menggemaskan bagiku.

“Aigoo, memang kau tidak ingin berlama-lama denganku? Aku masih merindukanmu.” Untuk meyakinkannya aku mengeratkan genggaman tanganku lebih lagi. Terdengar helaan napas lelah dari bibir mungilnya.

“Arraseo, tapi kasihan Chaeri eonni sendirian di hotel. Aku tadi sudah meninggalkannya tanpa kabar, masa sekarang aku tetap meninggalkannya lebih lama lagi?” Aku melihat wajahnya cemberut, aish, lucu sekali gadis ini.

“Hey, hey. Tenang saja, sunbae itu sudah dewasa dan tidak akan menangis bila kau tinggal sendiri. Yang ada kau nanti yang menangis karena berpisah denganku, Oci-ya.” Oops, ini bukan gaya keren milik Cho Kyuhyun. Mengapa aku terdengar seperti seorang ahjussi genit yang sedang menggoda anak remaja seperti ini?

“Ck, hentikan omong kosongmu itu. Memang kau ingin mengajakku ke mana? Setidaknya aku harus memberi kabar akan pulang terlambat nanti.” Aku mengangguk setuju.

“Ya sudah, bilang ke Chaeri sunbae kalau kau akan pulang terlambat dan aku akan menjamin keselamatanmu.” Sekilas aku melihat gadis yang kucintai itu memutar bola mata. Kkkk. Aku merasa benar-benar seperti ahjussi yang sedang menggoda gadis muda.

“Aku sudah mengirim pesan. Awas saja kalau kau membawaku ke tempat yang tidak-tidak, akan kupastikan kau habis ditangan oppa-ku.” Sebuah ancaman kosong, batinku.

“Memangnya kau tega aku dihabisi kakakmu? Sudahlah, kau ini tidak mungkin melakukannya, bukan? Dan lagi aku tidak mungkin menjerumuskan gadis terpenting dihidupku, arraseo?”

Jawaban darinya membuatku semakin jatuh cinta kepada gadis itu. “Baiklah, aku mempercayaimu.” Disertai dengan seulas senyum yang tidak pernah kulihat lagi sejak lama.

“Kyu..” Aku menggumam sebagai ganti sahutan. Saat ini kami masih berada dalam mobil membelah jalanan Tokyo di sore hari. Aku berencana membawanya ke suatu tempat yang sangat indah.

“Maukah kau menceritakan bagaimana hubunganmu dengan Chaeri eonni dulu?” Susah payah aku menahan tawa. Astaga, uri Oci sedang cemburu. Aku menangkap nada khawatir yang tersirat di dalam kalimatnya.

“Kau ingin tahu? Hmm.. dulu aku sangat dekat dengannya. Kami selalu bersama terutama saat sedang berada di pertemuan klub.” Wajah penasarannya menghadap ke arahku yang menatap lurus ke aspal seakan jalanan jauh lebih menarik dibanding dengan wajah Oci.

“Oh, ya? Apa kalian dulu berpacaran?” Ini dia pertanyaan yang kutunggu-tunggu.

“Bisa dibilang ya, bisa juga tidak.” Seketika tangannya ditarik dari dalam genggamanku, membuatku akhirnya menoleh membalas tatapannya yang sudah tak lagi tertuju kepadaku melainkan ke arah kemudi yang kukendalikan.

My Name is OciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang