Chapter 19.

373 32 0
                                    

Chan Hwa’s POV

Astaga, kenapa hari ini banyak sekali kejadian di luar perkiaraanku? Saat hendak berjalan menuju halte, aku malah bertemu dengan para pemabuk sialan ini. Dan entah kenapa hari ini jalanan terasa lebih gelap dari biasanya. Kalau hanya satu, mungkin aku bisa membereskannya, tapi ini ada empat! Kulihat kiri-kananku tak ada yang melintas satu orang pun. Kendaraan memang jarang melewati jalan ini, makanya aku sering berjalan lewat jalan ini karena jarang ada kendaraan yang melintas. Mungkin memang nasibku sedang sial. Yang penting aku harus bersikap pura-pura tidak peduli dengan mereka lalu buru-buru melewatinya.

Di luar dugaanku, mereka ternyata berulah. Dan aku panik setengah mati. Bagaimana jika tidak ada orang yang lewat? Apa yang harus kulakukan? Apa aku akan berakhir tragis seperti para gadis di koran dan televisi yang menjadi korban pelecehan, penculikkan, perampokkan, atau parahnya pembunuhan?! Tidak, tidak. Ini tidak bisa dibiarkan terjadi begitu saja. Aku harus melakukan sesuatu, tapi apa?? Mungkin hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar mengirimkan penolong untukku. Aku berjanji akan berbuat baik kepada orang itu.

“Hai, cantik. Ingin bermain bersama kami?” Sial, aku harus bagaimana ini?!

“Jangan sentuh aku!” Aku menangkis tangan salah satu pria bejat yang hendak memelukku. Dilihat dari gerakannya mereka semua pasti sedang mabuk berat. Kalau hanya satu aku mampu, tetapi kalau menghajar empat orang pemabuk, menurutku aku sedang mendatangi ajalku sendiri.

“Hahaha, galak sekali.. kami ini pria baik-baik. Ayolah bermain sebentar. Pasti kau tidak akan dapat melupakannya.” Satu orang lagi yang bertubuh gempal di depanku. Baik darimananya? Kalau orang sudah mabuk memang akal sehatnya sudah tidak berjalan lagi pasti.

 “Pergi kalian! Sudah kubilan jangan sentuh aku! Kyaaaaa!” Aku masih berusaha bertahan sampai aku merasa ada yang mencekal salah satu lenganku ketika aku lengah. Dan tenaganya terlalu besar sampai aku merasa kesakitan. Habislah aku... aku benar-benar bergantung pada keajaiban Tuhan saja. Mereka bau alkohol dan aku merasa sebentar lagi akan muntah.

“LEPASKAN DIA!” Ada orang! Aku selamat! Terima kasih Tuhan!

“Aiish.. lihat siapa pahlawan kesiangan yang hendak mencari mati ini? Memangnya kau ini siapa, hah?” Pria kurus itu menenggak minumannya sambil mengoceh tidak jelas. Aku ikut menyipit melihat siapa yang datang menolongku. Bukankah itu Cho Kyuhyun? Aku tidak salah lihat, itu benar-benar Cho Kyuhyun!

“Hai, bung! Tidak usah ikut campur urusan kami. Oh, kau ingin bergabung dengan kami? Baik, kuberi kesempatan untuk memulainya terlebih dahulu.” Cih, kurang ajar sekali pemabuk ini. Kalau aku tidak sedang terdesak, akan kupukulkan kepalanya berkali-kali ke tembok supaya sadar dengan apa yang baru saja dikatakannya! Cho Kyuhyun, hidup dan matiku tergantung bagaimana kau menangani mereka..

“Aku bukan pahlawan kesiangan dan aku ini adalah kekasihnya. Kalian berani?” Aku tidak salah dengar, kan? Tadi apa katanya? Kekasih? Aku menatapnya tidak percaya namun tidak dibalasnya. Pria itu sibuk menantang pemabuk-pemabuk sialan ini. Semoga dia baik-baik saja.

“Apa tadi katanya? Kekasih? Wahh, kau berani sekali melepas gadis secantik ini. Kenapa kau tidak membiarkan kami mencobanya juga? Kau pasti sudah...” Belum sempat pemabuk bertubuh kurus ini menyelesaikan kalimatnya, Kyuhyun sudah lebih dulu melayangkan satu pukulan tepat di rahang kanan pemabuk itu.

BUKK!

“Kau, kau tidak apa-apa? Sialan kau berani memukul temanku!” Saat pemabuk bertubuh gempal itu hendak membalas pukulan Kyuhyun, dengan lihainya pria itu menghindarinya. Lalu memberi satu pukulan lagi kali tepat di pelipisnya. Kuakui Kyuhyun sangat keren saat ini. Ehh! Tidak, tidak. Kenapa disaat seperti ini bisa-bisanya aku berpikiran seperti itu? Tanpa sadar aku memukul pelan kepalaku, sampai aku merasa tubuhku ditarik ke pelukan seseorang dan mendengar teriakan.

My Name is OciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang