CHAPTER 1

526 40 1
                                    

DERRA POV

"Huft... gue capek deh, Ra," gerutu seorang gadis sambil mengaduk segelas jus alpukat di depannya dengan malas.

"Kenapa lagi sih, Na?" tanyaku dengan nada santai.

Jangan lagi, please?

"Lo tau nggak, Ra? Masa tadi waktu di perpustakaan, buku gue jatoh, terus dia malah nolongin gue, aneh banget," kata Kyna dengan menggebu.

Batinku menyeringai. Mereka sedekat 'itu' dan aku masih menyukai cowok itu tanpa alasan. Gila. Aku menggelengkan kepala.

"Wajar aja kali, Na. Nolongin orang nggak ada salahnya kan?" kataku yang hebatnya bisa kuucapkan dengan suara yang normal.

"Tapi, Ra, nggak gitu juga kali, berlebihan banget tau ngga? Lo nggak tau gimana posisi gue tadi."

Dan kamu nggak tau posisiku saat ini.

Sadar, aku menggelengkan kepalaku. Derra yang egois. Bodoh.

"Ah bodo amat deh, Ra," kata Kyna sambil mengalihkan pandang.

Aku terdiam dengan seribu pemikiran yang bercampur menjadi satu. Geffan, Kyna, aku sendiri, sekolah, Papa-Mama yang intensitas cekcoknya meningkat dan masih banyak lagi. Aku memijit pelipisku pelan. Hentikan ini.

Dan kalian harus tau tepat setelah itu aku mengalihkan pandang. Menuju stan-stan makanan dan minuman, dan terakhir pintu utama kantin. Dan tak terduga, sosok itu pun datang. Membelah lautan manusia yang tertumpah di kantin siang ini. Aku memperhatikannya dari sini—sudut gelap yang tak mungkin ia lihat untuk sekejap saja— dengan senyum lebar yang jarang kukeluarkan.

Ia melangkahkan kaki panjangnya ke arah meja kami. Mata elang yang tersembunyi dibalik kaca mata bacanya itu tak pernah lepas dari sahabatku, Kyna. Para siswi lain yang berada di jalannya secara ajaib menyingkir masing-masing tanpa aba-aba. Geffan datang, menyugar rambutnya dengan jari-jari, lalu menggaruk tengkuknya. Tipikal laki-laki yang sedang salah tingkah.

"Halo, Ky." Ia mengangkat tangannya santai sambil tersenyum. Karena ia berdiri di dekat meja kami, dengan jarak sedekat ini aku bisa melihat lesung pipinya yang mengalihkanku.

Geffan jarang tersenyum, tapi aku melihat saat ia berada di dekat Kyna, senyum manis seolah tak ingin tenggelam di wajahnya. Dan aku terus memandanginya seolah itu hanya terjadi setahun sekali.

"Hai," sapa Kyna pendek. Ia terlihat acuh akan kehadiran Geffan.

Menyakitkan. Saat aku tersakiti oleh dia. Dan dia rela tersakiyi olehmu. Hah.

"Nih gue ada cokelat, buat lo. Dimakan ya," kata Geffan sambil menyerahkan sebatang cokelat bermerek terkenal pada Kyna. Kyna menatapnya datar, lalu mendorong cokelat itu menjauh.

"Sorry ya, Fan, nggak bermaksud apa-apa, tapi... mending lo ambil lagi deh coklatnya, gue lagi diet, nggak bisa makan coklat," jawab Kyna datar.

"Kamu udah kurus kenapa diet lagi?" tanya Geffan. Mengacuhkanku. Mendadak aku merasa seperti rumput liar di sini.

Hiraukan saja. Aku tak di sini.

"Ada pemotretan minggu depan, aku nggak mau keliatan gemuk," jawab Kyna ketus.

Memang. Kyna adalah seorang model. Banyak orang mengenalinya karena wajahnya yang selalu menghiasi majalah-majalah terkenal di negeri ini. Tubuhnya yang tinggi semampai dan proporsional membuat kaum adam berdecak kagum melihatnya. Surai kecoklatan yang menjadi mahkotanya selalu terlihat rapi dan terawat. Belum lagi kulitnya yang bersih berwarna kuning langsat khas orang asia, juga bola matanya yang indah berpendar berwarna coklat terang, membuat semua orang yang melihatnya pasti mengatakan satu hal yang sama. Cantik.

Sedangkan aku? Aku disini terlihat sangat menyedihkan. Tinggiku hanya sebatas leher Kyna. Rambut ikal hitamku selalu kukucir kuda. Aku juga kurang menyukai kulit pucatku. Saat aku berjalan bersama Kyna, aku merasa seperti banyangan yang tersembunyi di balik sinarnya.

"Ya udah, buat lo aja deh!" ucap Geffan sambil berlalu pergi.

Meninggalkan berjuta pemikiranku akan kelebihan Kyna dan kejelekanku. Meninggalkan sebatang coklat di dekat tanganku. Aku mengernyit bingung.

"Ini kenapa disini?" tanyaku pada Kyna.

"Buat lo, Ra," jawab Kyna santai.

"Loh, kok buat gue? Bukannya tadi ngasihnya ke elo ya Na?" Tanyaku bingung.

"Gue tolak," jawab Kyna enteng.

"Kenapa?" Sungguh. Andai saja aku  berada di posisi Kyna tadi. Aku pasti akan terbang tinggi hingga aku takut terjatuh.

"Gue nggak mau jadi gemuk," ucapnya sambil melenggang pergi.

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Beruntungnya kamu, Ky.

***

A/N:

Thanks, udah nyempetin waktunya untuk berkunjung kesini...
Thanks juga buat votenya...

Hountouni arigatou gozaimassuu
Lots of love
-erlin

Just Want You To KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang