" DERRA WIEMS!"
Aku menegakkan tubuhku dengan cepat. Agak linglung karena tidur singkat tadi. Aku melihat sekeliling dengan bingung. Dimana aku?
Perlahan, otakku memunculkan beberapa pernyataan. Sekolah. Kelas. Fisika. Tugas. Dan yah, aku baru saja menyadari kehadiran Bu Marsya di depan kelas. Beliau berkacak pinggang dengan mata yang melotot marah.
Aku ketiduran. Atau sengaja tidur? Mengapa tidak ada yang membangunkanku?
Tunggu sebentar, sepertinya tadi tidak hanya aku yang tertidur. Bahkan ada anak yang membolos tadi. Bagaimana dengan mereka? Ku edarkan pandanganku ke seluruh kelas. Mereka sudah kembali.
" Sudah tidur dengan nyenyak, Derra??" tanya Bu Marsya dengan nada sarkas.
Aku hanya menundukkan kepala. Tak berniat membalas.
" Bagus sekali yah?"
Aku masih menunduk.
" Mana tugasmu?"
Beliau menarik buku catatanku, melihatnya cepat lalu menutupnya dengan kasar.
" Nomor satu kurang setengah, nomor dua salah, dan nomor tiga sama sekali belum dikerjakan. Apa yang kamu lakukan dari tadi?!" Teriaknya terasa tepat di sampingku. Aku masih bungkam.
" Kalau ditanya, kamu harus menjawab!"
" Maafkan saya, Bu. Saya tadi-"
" Kamu dinasihati malah menjawab! Keluar sekarang juga!"
Siapa yang salah sekarang?
***
" Woi! Derra!"
Suara yang tak asing terdengar Dari balik punggung. Membuatku menolehkan kepala dan berhadapan dengan si cantik Kyna yang berlari kecil menuju ke arahku. Rambutnya bergoyang ke kanan dan kiri seiring dengan langkahnya.
" Kok lo udah keluar? Bukannya bel istirahat masih sepuluh menit lagi ya?"
" Lo juga kenapa ada di koridor kelas sepuluh?"
" Yah... Ditanya malah balik nanya. Gue abis dari toilet tadi. Lo ngapain? Abis bolos ya??"
" Disuruh keluar lebih tepanya,"
" Seriusan? Lagi? Bukannya belom lama ini lo juga disuruh keluar kelas yah? Kok bisa sih?" Katanya menahan tawa.
" Iya. Disuruh sama orang yang sama lagi,"
" Pfttt-" semburan tawa Kyna terhenti saat ia menutup mulutnya rapat.
" Ketawa aja kali, Na," kataku datar. Ia berusaha menenangkan diri.
" Terus lo mau ngapain?"
" Kantin aja? Atau perpus?"
" Ngantin aja yuk! Sama gue!"
" Lo mau bolos?" Jarang sekali ia membolos.
" Tinggal delapan menit lagi juga bel..."
Dan kami berjalan bersisian dengan diam.
***
" Nah, jadi kita kemaren jadian deh..." kata Kyna sambil meneguk teh botolnya.
Aku terpaku. Tebakanku... benar kan? Apa yang harus kulakukan? Reaksi apa yang harus kuberikan? Kalau ingin jujur, aku ingin mengubur wajahku pada bantal dan menangis sekeras-kerasnya.
" Oh ya? Selamat ya!" Aku hanya mengulas senyum tipis.
Kyna mengangguk.
" Tapi, gue lagi sedih nih..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Want You To Know
Genç Kurgu[ON EDITING] "Derra, ayo kita pergi!" ajakan Erika hanya ku jawab dengan gelengan pelan. Tidak, terima kasih. Erika menghembuskan nafasnya. Lelah membujukku yang masih belum ingin beranjak. Aku tahu. Semakin aku berdiri di sini, maka makin dalam pul...