Enjoy!❤
***
Derra's POV
Setelah lama berlarut dalam kepedihan, aku harus kembali ke realita. Kembali ke rutinitas. Apa lagi kalau bukan sekolah?
Suara klakson kendaraan di jalanan yang berada tepat di depan sekolah berbunyi nyaring. Orang-orang mengumpat sambil melirik ke arah jam tangannya dengan tidak sabar, lalu kembali berteriak pada kendaraan di depannya. Pemandangan yang hanya bisa kujumpai jika berangkat lebih siang.
Yah. Aku berangkat lebih siang. Hanya saat ini. Aku sudah memutuskan. Aku tak bisa mengikuti sosoknya lagi. Apa yang harus aku lakukan lagi? Berkata pada Kyna kalau aku juga menyukai-mencintai- lelakinya? Nonsense! Atau menggunakan cara pengecut seperti membeberkan semua rahasia Kyna di depan Geffan? Back stabbed!
Akan tetapi, bukankah aku hanya menjadi orang yang munafik jika terus menyangkal? Aku juga tidak mungkin mengatakannya. Ini membuat kepalaku semakin berputar. Aku tak tahu lagi.
Dengan segala pemikiran tak berujung tadi, tak sadar aku tiba di undakan anak tangga. Setelah menghembuskan nafas, aku mulai menapaki anak demi anak tangga dengan malas. Hey, apa yang harus membuatku semangat? Semua itu sudah direnggut satu hari yang lalu.
Keramaian menyambutku ketika aku membuka pintu kelas. Suara derit pintu yang tertutup membuat beberapa anak mengalihkan pandangannya, lalu sibuk dengan kegiatannya lagi.
" Derra? Tumben tuh! Berangkat siang," Desti menyapaku.
" Hmm..." aku hanya bergumam.
Aku menarik sebuah kursi yang berada di pojok belakang, lalu menghempaskan diri dengan kasar. Ku sumbat kedua telingaku dengan earphone, perlahan kudengar suara keras dari musik rock mengalir. Bukan kesukaanku memang. Tapi, selera musikku menjadi moody saat ini. Ku tenggelamkan wajahku diantara lekukan lengan.
Hanya satu harapanku saat ini.
Biarkan waktu berjalan lebih cepat. Aku butuh hal itu.
***
Kriingg!
Waktu tak berjalan secepat yang kuinginkan. Karena kenyataannya, walau saat ini bel istirahat berbunyi nyaring, aku masih terngiang pelajaran fisika barusan yang terasa dua kali lebih lambat dari biasanya.
Sialnya, aku ketiduran karena hal itu. Bukan hal yang aneh tentu saja kalau pada kenyataannya aku baru bisa tidur jam setengah tiga dini hari. Itupun karena kelelahan sehabis mengangis.
Jangan ingat lagi Derra. Jangan ingat lagi.
Aku merasa amat malas pergi ke kantin. Aku juga benci suasana kelas ini. Pasangan betebaran di sana-sini. Sejak kapan sekolah ini berubah menjadi biro jodoh?!
Aku pergi ke kantin saja, putusku.
Keluar dari kelas, melewati koridor dengan wajah masam seolah dunia telah menghinaku pagi ini. Dengan keajaiban, kakiku bisa menentukan arahnya sendiri. Hingga aku sampai di salah satu tempat teramai di sekolah ini.
Setelah mengambil teh botol dingin dan membayarnya, aku duduk terdiam di satu sudut kantin. Menyisiri pandangan hingga akhirnya fokus pada lambaian tangan di dekat penjual bakso. Kyna. Bukan hal yang buruk jika di belakangnya tak ada Geffan. Melihatku, mereka bersama menuju kearahku dengan dua mangkok bakso di nampan yang dibawa Geffan.
" Derra!" Kyna berteriak, Geffan hanya tersenyum simpul.
Bersama dengan Kyna ternyata bisa membuatnya tersenyum lebih sering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Want You To Know
Teen Fiction[ON EDITING] "Derra, ayo kita pergi!" ajakan Erika hanya ku jawab dengan gelengan pelan. Tidak, terima kasih. Erika menghembuskan nafasnya. Lelah membujukku yang masih belum ingin beranjak. Aku tahu. Semakin aku berdiri di sini, maka makin dalam pul...