Lami berjalan menuju lokernya untuk mengambil buku-buku pelajarannya. Samar-samar ia mendengar pembicaraan orang-orang tetangga lokernya.
"Apakah di sekolah ini ada orang yang berteman dengan anak kurang populer?"
"Ntahlah mungkin ada. Di pertemanan itu pasti yang merasa untung adalah anak kurang populer itu pasti nama mereka akan naik"
Aku membanting pintu lokerku dan menguncinya. Aku berjalan menjauhi loker dan tentu saja tetangga lokerku melihat ke arahku.
Omong kosong. Buktinya aku tidak terkenal dasar sok tau.
Aku melewati lorong sekolah dan aku mendengar orang-orang berbisik lagi sambil melihat ke arahku.
"Cih bukannya itu Lami? Kenapa ia tidak bersama Herin dan Koeun?" Kata yeoja berambut coklat.
"Ntahlah mungkin ia dimusuhi" kata yang berambut pendek.
"Baguslah ia kan hanya parasit" kata yeoja berambut coklat.
Pa..parasit?
Aku parasit di antara Koeun dan Herin? Apa maksud mereka? Kenapa mereka membicarakanku? Apa salahku kepada mereka? Sungguh, perbuatan mereka membuatku tambah muak untuk bersekolah di sini. Aku sungguh tak tahan.
Aku berjalan menuju kelas dan duduk di kursiku.
Hentikan... hentikan Lami. Jangan pikirkan tentang kasta itu lagi. Jadilah dirimu sendiri.
-
Jam istirahat telah tiba dan aku berjalan bersama kedua temanku menuju kantin. Sesampainya di kantin dan ketika sedang makan aku ingin membicarakan soal pertemanan ini.
Ayolah Lami. Katakan! Cepat katakan!
"Herin.. Koeun.. aku ingin bertanya" kataku.
"Tanyakan saja, Lami" kata Koeun.
"Apakah kalian tidak malu berteman denganku?" Tanyaku.
"Malu? Untuk apa malu? Kau adalah teman kami! Manamungkin kami malu" jawab Herin.
"Lihatlah kalian. Kalian populer sedangkan aku? Aku anak tidak populer dan berada di kasta buangan" kataku lagi.
"Kenapa kau memikirkan kasta? Kita adalah satu" kata Koeun.
"Kasta memang tidak ada di sekolah ini lagi, tapi orang-orang disini masih menganggapnya ada. Contohnya Yeri. Aku tau kalian membicarakanku kemarin" kataku.
"Lami kau adalah teman kami" kata Herin.
"Tidak untuk sekarang. Aku tahu kalian akan mengatakan ini. Persahabatan kita tidak ada artinya lagi. Orang-orang terus membicarakanku dan mengatakan aku adalah parasit di pertemanan kita. Aku risih!" Kataku mulai emosi dan aku lihat orang di sekitar kami mulai melihat ke arah kami.
"Kalau itu maumu... terserah padamu!" Kata Koeun.
"Ko..koeun" kata Herin.
"Kajja Herin. Biarkan ia memilih pilihan yang ia pilih. Kita turuti keinginannya untuk tidak berteman dengannya lagi" kata Koeun.
Jujur, aku belum pernah melihat Koeun marah seperti ini.
Koeun menarik tangan Herin meninggalkan kantin. Aku hanya menghela nafas dan aku benar-benar sendiri sekarang.
Seseorang menepuk tangan dan berjalan ke arahku. Aku tau dia. Dia Mark Lee. Ayahnya kepala yayasan di sini.
"Hebat sekali anak tidak populer sepertimu berani melawan anak populer apalagi mereka temanmu" kata Mark.