Aku dengan harap-harap cemas menunggu di depan ruang OSIS bersama peserta lainnya. Hari ini adalah hari testingnya. Aku sedang menyiapkan mental dengan sepenuh tenaga dan tiba-tiba Jeno menghampiriku.
"Sudah siap?" Tanya Jeno.
"Siap tidak siap, aku harus siap. Aku pasti bisa melewati ini" Jawabku.
Aku dan Jeno saling memberi high five dan aku menjadi berani untuk menjalani test.
"Kim Sung Kyung" kata seorang senior OSIS.
Aku menarik nafasku dan memasuki ruang OSIS tersebut. Aku bertemu dengan ketua OSIS dan memberikan salam hormat kepadanya.
"Annyeong Haseyo, aku Kim sungkyung dari kelas 8-1. Kau bisa memanggilku Lami" kataku.
"Arasseo. Aku tahu kau. Kau yang mencari gara-gara dengan Mark itu ya?" Tanya ketua OSIS yang bernama Jung Jaehyun tersebut.
Tak kusangka aku dikenal oleh orang apalagi seorang ketua OSIS.
"Sebenarnya dia yang mencari masalah duluan. Apakah itu pertanyaannya? " heranku.
"Bukan. Arasseo, setelah aku membaca formulirmu, tidak ada yang menarik dari tujuan, visi dan misi. Bagaimana aku bisa memilihmu? Apa alasanku memilihmu? Jawaban di mulai dari satu menit" kata Jaehyun yang menghidupkan timernya.
"Kau harus memilihku karena aku adalah siswi yang rajin. Aku member perpustakaan dan aku selalu membantu Joohyung songsaenim mengangkat buku, membersihKn perpustakaan" kataku.
"Hanya rajin? Kau kira OSIS organisasi cleaning service?" Tanya Jaehyun.
Pikirkan jawabannya Lami... pikirkan!
Aku menggigit bawah bibirku. Otakku sudah buntu.
"Waktumu tinggal 20 detik" kata Jaehyun.
Aku menghela nafas dan tersenyum. "Aku tau kau mengetesku. Aku memang tidak populer. Aku ingin masuk OSIS karena aku ingin masuk dalam organisasi karena inilah satu-satunya harapanku. Aku bukan pemalas kok, setidaknya aku mau bekerja. Kau bisa lihat anak populer di OSIS? Apakah mereka mau bekerja seperti mengangkat kardus? Tidak bukan? Setidaknya kau bisa berpikir yang mana berguna dan mana tidak" Kataku.
Timer itu berbunyi. Waktuku sudah habis. Aku bangkit dari dudukku dan memberikan salam hormat padanya. "Waktuku sudah habis dan aku harus pergi. Annyeong" kataku sembari keluar dari ruangan tersebut.
Aku setengah yakin, dengan jawaban ku begitu aku tidak akan mungkin lulus. Bermimpi saja kau Lami. Mereka tidak pernah memberikan kesempatan kepada anak tidak populer sepertimu.
Aku berjalan menuju kelas club akting karena Jeno di situ. Aku mendobrak pintunya dan penjuru kelas melihat ke arahku.
"Waeyo Lami?" Tanya Jeno heran.
"Huaa!" Aku menangis merengek kembali.
"Kau kenapa?" Tanya Jeno.
"Aku tidak bisa melalui test nya!" Jawabku.
"Jisungie, tolong pimpin kelas sebentar. Aku ada urusan" kata Jeno.
Jisung mengangguk.
Jeno menarik lenganku keluar dari kelas club akting menuju kantin dan mendudukkan ku.
"Apa yang terjadi? Apakah mereka mengusirmu?" Tanya Jeno.
"Tidak. Tapi mereka menyepelekan jawabanku dan juga formulirku! Tentu saja aku tidak suka" Jawabku.
"Artinya kau masih ada harapan. Mereka kan tidak mengusirmu sebelum waktunya. Uljima" kata Jeno sambil mengusap air mataku dengan ibu jarinya.
Kenapa aku tidak pernah merasa setenang ini? Kenapa hanya Jeno yang bisa melakukan ini?
"Yak kenapa kau masih menangis?" Tanya Jeno.
"Aku terharu ternyata ada orang yang masih peduli padaku sepertimu" Jawabku.
Jeno tertawa menunjukkan eyesmile nya. "Ohya bagaimana dengan perpustakaan?"
Aku terdiam. Benar juga, apa kabar perpustakaan? Hampir seminggu terakhir ini aku tidak pernah ke perpustakaan lagi.
"Aku akan ke sana. Apakah kau mau mengantarkan aku?" Tanyaku.
"Tentu. Aku harus balik ke club segera karena pasti Jisung sedang promosi jualan aplikasi berbayar nya" Jawab Jeno.
Aku tertawa dan meninggalkan kantin bersama Jeno. Aku berhenti di perpustakaan dan memasuki perpustakaan. Perpustakaan sepi sekali dan aku melihat seorang yeoja duduk di kursi Joohyun songsaenim.
"Di mana Joohyun songsaenim?" Tanyaku.
"Ia sedang sibuk akhir-akhir ini. Aku adalah siswi yang ditunjuk sebagai ketua club. Namaku Hina" kata yeoja yang bernama Hina tersebut.
Aku baru saja meninggalkannya seminggu kenapa aku terlupakan?
"Oh begitu ya, arasseo. Aku permisi" kataku sambil berpamitan.
Aku kembali berjalan dan aku bertemu dengan Herin dan Koeun di lorong. Mereka melambaikan tangan kepadaku namun aku membalasnya dengan senyum. Saat menuju loker aku bertemu dengan Mark. Kenapa aku harus selalu bertemu denganya di loker?
"Waeyo?" Tanyaku.
"Aku dengar kau mengikuti testing OSIS? Apakah itu caramu untuk menjadi populer?" Katanya.
Aku membelalakkan mata. "Ayolah... kita lihat saja hasil test nanti. Jika aku lolos berarti aku cocok untuk menjadi populer"
"Baiklah kita lihat saja nanti" kata Mark.
"Oh ya, Mark. Kenapa kau peduli padaku akhir-akhir ini? Aaah... kau sangat manis Mark" kataku basa-basi.
Huah aku ingin muntah setelah mengatakan itu.
Mark memandangku heran dan meninggalkanku. Awas saja kalau ia jatuh cinta padaku.
-
"Eomma aku pulang!" Seruku.
"Sudah pulang? Apakah kau lapar? Makanan ada di meja makan" Kata eommaku.
"Aku baru saja makan bersama Jeno tadi. Jadi untuk makan malam saja" Balasku.
"Jeno tetangga sebelah?" Tanya eomma memastikan.
Aku mengangguk.
"Kenapa kau tidak terlalu dekat lagi dengan Koeun dan Herin? Apakah kalian ada masalah?" Tanya Eomma.
Aku terdiam sejenak dan mengangguk pelan. "Ne"
"Masalah apa? Ceritakan pada eomma" kata Eomma sambil mendudukkanku di sofa bersama Eomma di sebelahku.
Aku menceritakan apa yang terjadi sebenarnya pada Eomma dan eomma langsung memelukku.
"Dalam persahabatan pasti ada masalah. Itu hal manusiawi" kata Eomma sambil memelukku.
"Tapi ini sebenarnya kesalahanku juga. Aku belum siap untuk berteman kembali dengan mereka" kataku.
"Tapi kau harus meminta maaf pada mereka. Terserah padamu kalau kau ingin berteman atau tidak tapi kau harus meminta maaf pada mereka" kata Eomma.
Eomma ada benarnya juga. Mungkin aku harus meminta maaf pada Herin dan Koeun.