terpuruk

171 21 0
                                    

Keesokan harinya aku dijemput oleh Dave., sebelum berangkat Dave diajak mama dan papa untuk sarapan lalu pergi kekampus.

Perjalanan kami gunakan sebagai waktu yang menyenangkan. Melihat tawa Dave adalah candu bagiku. aku takut kehilangannya---

*****
Sepulang dari kampus, Dave mengajak ku ke rumah sakit terlebih dahulu. Dimana tante sasa dirawat.

'CRekkk' pintu ruang rawat terbuka.
"Hai mama" ucap Dave sembari menengok kearah tante sasa terlukai lemas dikasur itu. Dengan banyak selang yang menempel pada punggung dan tangan lembutnya. Aku sangat kaget melihat keadaan tante sasa seperti ini. Badannya jauh lebih kurus dari terakhir kali aku bertemu dengannya.
Keadaannya sama seperti jean dulu. Ya tuhan sembuhkan tante sasa.

"Mama harus bangun! Mama harus sembuh! Aku hanya mempunyai mama. Mama gak boleh ninggalin Dave!" Ucap Dave. Badannya gemetar menandakan kalau ia sedang menangis.

Aku yang melihatnya juga ikut menangis. Aku peluk Dave.
"Kamu yang sabar ya, aku yakin tante sasa pasti kuat." Aku tidak tega dengan keadaan Dave sekarang. Ia begitu terpuruk, aku tidak tega melihatnya terpuruk seperti ini.

"Apakah aku harus mendonor kan hatiku untuk kesembuhan tante sasa dan kebahagiaan Dave. Apa mungkin ini takdir ku? Bukan untuk terus bersama Dave?" Batin ku.

Dave melepaskan pelukan lalu menatapku.
"Makasih ya. Aku takut kehilangan mama. Aku juga takut kehilangan kamu. Aku ingin kamu tetap disisi ku. Janji?" Ucap Dave.

Aku tersenyum. Lalu mengangguk. Aku tak ingin mengatakan kata kata janji. Walau sebenarnya aku tidak tahu kedepannya. Aku tak mau menambah luka Dave.

"Ya sudah ayo pulang. Ini sudah sore." Ajak Dave.

"Ma,Dave pulang dulu ya."pamitnya. Lalu kami pergi keluar dari dari rumah sakit.

******

Sore ini, aku sedang duduk dibalkon kamarku. Menikmati nya dengan ditemani cairan hitam pekat. Kalian pasti tahu kan apa itu? Aku sangat menyukai minuman ini.
Terdapat pelangin diatas sana. Mungkin karena tadi hujan. Hawa dinginnya begitu menusuk masuk kedalam kulitku bahkan sampai tulang tulangku. Sesekali ku peluk diriku sendiri. Mungkin dapat mengurangi rasa dingin itu.

Tiba tiba saja aku kepikiran keputusan ku. Keputusan untuk mendonorkan hati ku untuk tante sasa. Mungkin ini adalah jalan terbaik. Dan ini cara supaya Dave dapan kembali tersenyum.
Tapi jangan kalian fikir bahwa Dave tidak pernah tersenyum. Kalian salah besar. Dave selalu tersenyum kepada ku. Namun aku tahu itu hanya senyum paksa untuk menutupi kesedihannya. Terlihat jelas dari mata indahnya. Bahwa ia sangat sedih. Ia hanya berpura pura tegar di depan orang walau sebenarnya ia rapuh. Ia berpura pura ceria dihadapan orang walau sebenarnya ia sedih. Bahkan sangat.

"Alira." Suara itu mengagetkan ku.
Dengan cepat aku menoleh keasal suara itu. "Ada apa ma?" Tanya ku. Ya itu adalah mama ku. Ia sudah berdiri diambang pintu sambil tersenyum lembut kearahku.

"Sedang apa?" Tanyanya.
"Menikmati indahnya sore. Dan melihat pelangi tak lupa ditemani minumab kesukaan ku, kopi." Jawabku.

Lagi lagi mama tersenyum kearah ku. Ia berjalan dan duduk di tepi ranjang. "Sini sayang, duduk disini." Mama menepuk nepuk kasur sebelahnya menyuruhku duduk disebelahnya.

"Anak mama kenapa? Sedang ada masalah?" Tanya mama lembut sambil mengusap ngusap rambutku. Aku memejamkan mata. Menikmati setiap sentuhan mama. Mungkin aku akan sangat merindukannya nanti.

"Ma,apa cinta itu harus saling memiliki? "tanya ku.

"Kenapa tiba tiba nanya kaya gitu? Hmm? Lagi ada masalah sama Dave?" Ucap mama.
Aku menggeleng. "Enggak kok mam. Aku hanya nanya saja." Sahutku.

"Cinta itu tidak harus saling memiliki sayang. Cinta itu butuh pengorbanan. Kita bisa lihat dari seberapa besar orang itu berkorban. Dan kita dapat melihatnya seberapa besar dia mencintai kita. Kita tidak bisa memaksakan untuk selalu bersama. Itu namanya egois. "

"Kalau alira ada masalah,alira harus cerita sama mama ya. Gak boleh ditutup-tutupin." Ucap mama. Dibalas anggukan oleh alira.

"Ma, tante sasa sakit." Ucap ku pelan. Mungkin ini saatnya aku bercerita.

"Sakit? Sakit apa?" Tanya mama
"Sakit kangker hati. Penyakit itu sama seperti apa yang dialami jean ma. Aku takut tante sasa akan berakhir sama seperti jean. Ma,aku harus apa?" Tanya ku lirih.
Bayang bayang jean kembali muncul di memori ku.

"Kamu yang sabar ya. Mama pasti akan bantu mereka." Ucap mama.

"Mama mau bantu mereka?" Tanya ku tak percaya. Mama membalas dengan anggukan.
"Makasih Ma!" Aku memeluk tubuh mama dengan erat.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang