Harry?

3.7K 383 12
                                    

"Brit! Tunggu" panggil Harry, aku berhenti di jalan, tetap mengarah kedepan dan tidak menoleh kearah Harry
"Dont cry over someone who wouldn't cry over you" Katanya, aku langsung berbalik arah dan tersenyum membalas kata-kata Harry.

***
Sekarang aku sudah sampai dirumah dan langsung melesat menuju kamar, aku mengambil handuk untuk mandi, mencoba menghilangkan pikiran ini.

Setelah 30 menit aku mandi aku berjalan menuju tempat tidur dan terlelap di tempat tidur ini.

***
Aku terbangun karena suara panci yang jatuh dari arah dapur dan setelah itu aku langsung keluar dari kamar, aku melihat kearah jam dan sekarang sudah jam 6.00 pagi.

"Ya Tuhan! Aku tidur sampai pagi?" Ucapku kepada diriku sendiri. Aku langsung bergegas ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah mandi aku langsung memakai pakaian dalam dan seragam sekolah ku, tak lupa untuk mengambil kacamata yang biasa aku pakai di sekolah. Aku memasukkan headset dan ipod ku ke dalam tas sekolah. Sebelum bergegas ke ruang tamu aku mengikat rambutku menjadi sebuah gulungan, setelah selesai aku langsung pergi ke ruang tamu dan mencari sepatu hitam yang biasa ku pakai ke sekolah. Sekarang sudah jam 7.00 pagi, tak ada waktu lagi untuk sarapan, aku mengambil wafer yang ada di lemari pendingin, untuk pengganti sarapan ku.

***
Sekarang aku sudah sampai di sekolah, aku berjalan menuju kelasku dan duduk di kursi paling ujung di belakang. Aku bingung mengapa tidak ada yang mau duduk di belakang sini,
Seseorang mengambil buku catatan matematika yang ada di meja ku
.
"Pinjam." Suara itu... suara seseorang yang aku cintai selama 5 tahun ini, suara yang dulunya sangat lembut sekarang berubah menjadi nada suara yang dingin sekaligus ketus. Aku mendongak, terlihatlah laki-laki bernama Zayn Malik yang sedang menunggu konfirmasi dari diriku.
"Silahkan Zayn" jawabku lembut dan tulus sambil tersenyum, setelah aku mengatakan kata-kata tersebut ia langsung mengangkat kedua bahu nya dan berputar arah menuju tempat duduknya. Selalu. Selalu seperti itu, sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat, tetapi aku tidak peduli, rasa cintaku terhadapnya sudah melebihi dari rasa kebencian nya padaku. Seseorang masuk ke dalam kelas dan terlihatlah laki-laki tua, berkaca mata dan mengenakan jas sedang membawa buku-buku tebal menuju meja guru, ya Mr. Paddy guru matematika sudah datang, dengan cepat Zayn mengembalikan buku ku ke meja ku, ia pergi tanpa mengucapkan apa-apa, aku tersenyum miris melihatnya.

Mr. Paddy menjelaskan materi kali ini, aku benar-benar tidak fokus untuk saat ini, aku sedang sibuk memikirkan Zayn. Zayn mengapa kau berubah?

Suara bel memekakkan telinga ku, semua murid mulai keluar kelas dan bersiap untuk ber istirahat, aku membereskan buku yang ada di meja ku dan berjalan menuju pintu kelas. Tiba-tiba seseorang memegang tangan ku dan menumpahkan sesuatu di puncak kepala ku, aku terkejut dan melihat siapa yang menumpahkan minuman tersebut, ternyata Zayn lah yang menumpahkan nya, aku terluka melihat mantan sahabat ku melakukan ini semua, mataku memanas dan mengeluarkan butiran-butiran air asin yang menandakan bahwa sekarang aku benar-benar terluka. Aku mengusap air mata ku dengan kasar, dan pergi meninggalkan Zayn yang berada di depan kelas, aku berlari sekencang-kencangnya menuju halaman belakang tempat aku menangisi penderitaan ku di sekolah ini, tak akan pernah ada seorang pun yang tau tempat ini. Aku mendaratkan punggung ku kearah dinding, aku terluka aku benar-benar terluka, seseorang yang benar-benar kucintai melakukan itu semua kepadaku, tak terasa aku sudah duduk di lantai halaman belakang ini aku menekuk lutut ku dan menyandarkan kepalaku disana, aku menangis sekencang-kencangnya, aku sudah benar-benar muak dengan semua ini, aku benar-benar tidak ingin di tindas lagi, aku menekan dada ku berharap agar rasa sakit tersebut hilang tetapi hasilnya nihil. Satu-satumya cara agar rasa saskit ini sedikit hilang adalah menyayat tangan ku dengan silet, Tuhan maafkan aku, tetapi memang inilah satu-satunya cara agar sakit ini sedikit berkurang. Aku mulai mencari silet di kantung rok seragam sekolah ku, sialan, kemana silet itu pergi. Tidak ingin berlama-lama aku mengambil potongan kaca pecah yang ada di depan ku, aku mulai mengarahkan pecahan kaca tersebut ke lengan ku, dan mulai menempelkan nya di tangan ku, aku menggerakkan kaca itu ke atas dan kebawah, ber ulang-ulang, sudah puas aku menyayat bagain tersebut, aku pindah bagian lain, terus seperti itu. Sekarang tangan ku sudah penuh dengan sayatan dan darah, aku menangis dalam diam, aku mendaratkan kepala ku ke lutut, terus menangis meratapi nasib ku. Setelah aku sudah berhenti menangis aku segera mengusap darah tersebut dengan sapu tangan ku. Sekarang aku sudah puas dan berniat pergi dari sini untuk membersihkan wajah dan kepalaku yang terkena tumpahan air tadi.

***
Sekarang sudah waktu nya pulang, aku melihat Harry dan teman nya dari ke jauhan sedang berjalan ke arah ku dan menatap ku sinis, tiba-tiba mereka sudah berada di depan ku, mereka membisikkan sesuatu dan langsung tertawa.
"Hey Brittany! Jangan tatap kami seperti itu, jangan menatap kami seakan kau ingin melawan kami, padahal tidak sama sekali" Ucap Niall. Aku langsung menundukkan kepalaku dan meremas rok sekolah ku. Seseorang menarik rambut ku ke belakang dan alhasil kacamataku terjatuh ke lantai, aku mengambil cepat kacamata ku tetapi ada seseorang yang menginjak tangan ku ketika aku mengambil kacamata tersebut
"Tolong, tolong lepaskan, aku mohon ini sangat menyakitkan" Lirihku, orang tersebut langsung mengangkat kaki nya. Aku segera memakai kacamataku yang sudah pecah.
"Hey! Culun! Kacamatamu pecah, hahahahaha" Ucap Harry.
Lagi-lagi aku menunduk kebawah dan mengangkat tas ku, setelah itu aku langsung pergi dari sekolah dan menuju halte tempat dimana aku pulang menggunakan bus

***
Aku sudah sampai dari rumah dan sudah membersihkan diriku, aku bersiap memakai kaus dan hotpants yang biasa ku pakai sehari-hari di rumah, aku bersiap untuk menyiapkan makan malam bersama mom. Aku bergegas ke dapur dan menemukan mom sedang menghangatkan lasagna di oven.
"Hai mom." Sapaku
"Hai brit, oh iya mom lupa member tau, malam ini Harry dan orang tua nya akan makan malam bersama di rumah kita, maka itulah mom memasak banyak lasagna dan spaggethi banyak, mom juga sudah memanggang daging asap dan kalkun untuk nanti malam" Jelas mom panjang lebar, tunggu... Harry akan datang kesini?, baiklah makan malam yang seru

***
Aku dan mom sudah menata makanan tersebut di meja makan, aku segera ke kamar dan mengganti bajuku dengan dress selutut berwarna maroon. Setelah itu aku kembali lagi ke ruang makan untuk menunggu keluarga Styles. Seseorang mengetuk pintu rumah ku, aku berlari kecil untuk membukakan pintu tersebut, aku menyambut paman Des, bibi Anne dan anak laki-laki nya dengan senyuman manis.
"Silahkan masuk paman, bibi, mom dan dad ada di dalam kok" kata ku.
"Terima kasih Brittany" kata orang tua Harry. Mereka berjalan menuju ruang tamu, aku memanggil mom dan dad memberitahu bahwa keluarga Styles sudah datang.

"Jadi, kita sudah sepakat kan mengenai perjodohan ini?" Kata mom memecah keheningan
"Ya Lucy, semuanya sudah kami pikirkan, dan aku serta Des sudah setuju terhadap perjodohan ini" Jawab bibi Anne
Aku benar-benar sudah pasrah mengenai perjodohan bodoh ini, aku menatap Harry ingin melihat respon nya terhadap ucapan orang tua kami, wajahnya datar seperti benar-benar sudah pasrah.

"Yasudah mari kita makan malam, kita bicarakan saja ini di meja makan" kata dad
Semuanya bergegas kearah meja makan
"Brit dan Harry bisakah kalian makan di belakang rumah saja? Ada percakapan privasi yang ingin kami bicarakan" Tanya dad
Aku dan Harry mengangguk dan segera pergi membawa makanan ke belakang rumah.
***
Sekarang aku dan Harry sudah di halaman belakang, tidak ada yang berbicara di antara kami.
"Brit"
"Harry"
Panggil aku dan Harry bersamaan.

Love You Goodbye [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang