3. Sure.

3.4K 332 29
                                    

"Ehm.. sepertinya laundry sedang penuh" ujar Wonho setelah menutup telponnya.

Hyungwon mendesah dengan wajah yang kusut.

"Kau bisa pulang memakai bajuku"

"Tapi.." Hyungwon sedikit merasa merepotkan. Namun melihat wajah Wonho yang memaksa, ia langsung mengatakan, "ya.. baiklah. Aku akan mengembalikannya saat masuk sekolah."

"Hmm. Kemari" Wonho membawanya kembali ke kamarnya untuk mengambil pakaian.

Ia mengambil sebuah kaos hitam biasa dan celana jeans biru terang. "Ini, pakailah"

"Kau tak memakai baju juga?" Tanya Hyungwon sembarang.

"Hmm? Kau ingin mengganti bajumu bersamaku?" Tanya Wonho balik.

Hyungwon terdiam. Ingin sekali ia melempar pria di depannya ini dengan panci ibunya. Ia hanya bertanya. Apakah pertanyaannya menjurus? Sepertinya tidak. "Shut up" ujarnya sambil mendelik kesal yang dibalas tawa kecil oleh Wonho.

Namun melihat Wonho yang mematung di sana, ia mempunyai firasat jika Wonho akan memandanginya memakai baju.

Ia langsung menoleh. "Apa?"

"Ah, tidak tidak. Lanjutkan saja. Aku juga akan memakai bajuku"

Hyungwon menyipitkan matanya. Ternyata Wonho benar-benar akan melakukannya. "Jangan di sini"

"Hei, ini rumahku" balas Wonho hingga Hyungwon terdiam. Sungguh, jika datang ke sini lagi, ia akan membawa panci ibunya. Namun Wonho memang benar.

Hyungwon berbalik membelakangi Wonho, lalu membuka bathrobenya, membuat tubuh polosnya terekspos. Ia tahu, Wonho pasti sedang memandanginya. Sudahlah, lagipula Wonho sudah terlanjur melihat semuanya. Lebih baik ia bergerak cepat daripada Wonho harus memandanginya lama-lama.

Wonho hanya terkekeh kecil melihat tingkah imut Hyungwon. Ingin rasanya ia mencubit pipi itu lalu mengecup bibir manisnya.

Setelah selesai memakai baju, mereka berdua berjalan ke dapur lagi. Kaos Wonho membuat Hyungwon terlihat tenggelam memakainya. Sang pemilik kaos hanya tak bisa menahan senyuman lebarnya melihat pria manis itu memakai bajunya.

"Duduklah" ujar Wonho sambil membuka lemari dapurnya untuk mengambil dua bungkus ramyeon. Setelah itu ia membuka kulkas untuk mengambil kotak berisi kimchi.

"Aku ingin membantu" ujar Hyungwon sambil berjalan mendekatinya.

"Ini hanya ramyeon. Duduklah"

Mendengar nada dingin itu kembali keluar, Hyungwon langsung berjalan ke meja makan. "B-baiklah"

Jika dilihat dari kulkas dan lemari dapurnya, bahan makanan yang dimiliki Wonho sangatlah sedikit. Apa dia tinggal sendiri? Atau memang bahan makanannya habis?

"Kau tinggal sendiri?"

"Hmm"

"Orang tuamu?"

"Mereka di Jeju untuk mengurus pekerjaan mereka" terang Wonho sambil merebus ramyeon di air yang sudah mendidih.

Hyungwon mengangguk-angguk dengan bibir yang terbuka.

"Kenapa?" Tanya Wonho saat melihat ekspresi penasaran Hyungwon.

"Apa kau makan ramyeon terus?"

Wonho menaikkan kedua alisnya. "Tidak. Aku lebih sering membeli makanan di luar"

"Ah.. begitu" Bukan karena ia perhatian. Hanya saja rasanya aneh sekali jika orang kaya sepertinya hanya makan ramyeon setiap hari.

Wonho mulai memotong beberapa lembar kimchi matang. "Namun aku sangat menyukai ramyeon. Kau bisa memasak?"

Précieux [ Hyungwonho ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang