Hari ini hari sabtu. Tak ada yang bisa dilakukan oleh pria bernama asli Shin Hoseok itu selain bermain PS dan melakukan hal santai lainnya.
Ia baru selesai mandi. Di saat akhir pekan seperti ini, rasanya wajar saja malas mandi. Sekarang dirinya sedang berbaring di ranjang dengan keadaan topless.
Teringat sosok pria manis itu dipikirannya. Bottom yang sangat berbeda dari bottom yang pernah bermain dan melakukan seks dengannya.
Ia juga berbeda dengan bottom-bottom di sekolah mereka. Mereka semua seperti bottom murahan, menggoda top dengan cara berjalan atau berbicara yang dibuat-buat, memakai baju yang menurut mereka bisa memikat para top, dan masih banyak hal-hal menyebalkan dari mereka.
Lalu mengapa ia melakukan seks dengan mereka? Siapa peduli dengan mereka? Yang penting adalah pemuasan hasratnya.
Tetapi bottom ini berbeda. Ia berpakaian dengan rapi. Sikapnya sangat baik, berpendidikan. Tak seperti bottom murahan, hanya bisa menggoda dan menggoda. Pasti orang tuanya mendidiknya dengan sangat baik.
Ia juga berbicara dengan baik, belum pernah terdengar ia berkata kotor. Wajahnya manis, dan Wonho memang mengakuinya tampan. Dan yang paling membanggakan bagi seorang Wonho, pria manis itu miliknya sekarang. Hebat bukan?
Ingin sekali Wonho bermain dengannya lagi. Mendengar desahannya sambil memandangi wajahnya yang manis, itu hal yang paling diinginkannya sekarang.
Ia melirik jam dinding yang menunjukan waktu jam 11 siang. Bukankah kasihan sekali jika Hyungwon harus berpanas-panasan datang kesini?
***
Hyungwon sedang berada di posisi nyamannya. Menonton TV dengan selimut yang membalut tubuhnya. Tak ketinggalan beberapa camilan di sampingnya.
Inilah kegiatannya untuk menghabiskan akhir pekan sendirian. Biasanya jika ibunya di rumah, ibunya akan mengajaknya memasak atau shopping.
Karena terlalu nyaman, matanya mulai terpejam. Hingga tak lama kemudian ia mulai masuk ke alam mimpi. Perlahan-lahan, akhirnya ia tertidur nyenyak.
Setelah terlelap beberapa jam, ia terbangun karena ponselnya berbunyi. Tanpa membuka mata, ia mengangkat telponnya.
"Halo" ujarnya dengan suara serak.
"Hei, ada apa dengan suaramu?"
Hyungwon berdeham. "Tidak apa-apa. Ini siapa?"
"Aku Wonho. Bisakah kau ke apartemenku? Aku sangat bosan"
Ia membuka matanya secara paksa untuk melihat jam di tembok yang menunjukan pukul 4:20. "Baiklah, tunggu sebentar. Kirimkan aku alamatnya"
Ia langsung menutup telpon dan berbaring lagi, mengumpulkan nyawanya.
Saat semua nyawanya kembali, dirinya beranjak dari kasur dan mencuci muka. Ia tak mandi karena baru mandi jam 1 siang tadi.
Kemudian ia membuka lemari dan mengambil kaos putih biasa, celana panjang hitam, dan jaket hitamnya.
Setelah berpakaian rapi, ia mengecek ponselnya untuk melihat alamat apartemen Wonho.
Tiba-tiba ia terdiam. Dirinya menyadari sesuatu. Mengapa ia tak menolak Wonho sama sekali? Menyebalkan baginya.
Sesampainya di apartemen, ia langsung menuju lift dan menekan tombol berangka 10.
Setelah keluar dari lift, ia mencari apartemen Wonho. Tak butuh waktu lama sampai ia menemukannya dan memencel belnya. Namun ponselnya tiba-tiba bergetar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Précieux [ Hyungwonho ]✔
Fanfic[SMUT] 18+ Tetapi ia tersadar, nilai sebuah barang tak dapat dilihat dari harganya, tetapi bagaimana cara ia menjadikan barang itu benar-benar berharga.