7. How Can I Say?

2.5K 279 18
                                    

"Hei, sudahlah jangan keras kepala. Aku tahu ia brengsek. Namun jika kau memang menyukainya, mengapa kau tak mencoba untuk mengejarnya?" Ujar Minhyuk sambil mengunyah sandwichnya.

Mereka sedang duduk di bus untuk pergi ke sekolah. Karena Hyungwon menginap di rumah Minhyuk, jadi mereka berangkat ke sekolah bersama.

Hyungwon mendesah. "Baiklah... Baiklah"

Minhyuk menepuk-nepuk bahunya. "Semangat bro. Aku akan mendukung keputusanmu. Hanya saja jika kau memilih Wonho, kau tahu kan jika resikonya besar?"

Hyungwon mengangguk. "Kurasa aku sudah biasa dengan sifat brengseknya" balasnya diikuti senyuman miring.

***

S

eorang pria manis yang selalu bersikap cuek, yang perasaannya tak mudah terpengaruh, yang selalu memberontak akan seks dengan sesama jenis itu akhirnya berubah.

Berubah 180° karena ulah pria brengsek itu. Pria yang membuat hatinya hancur. Pria yang hanya mencintai tubuhnya. Pria yang hanya menjadikannya sebagai pemuas hawa nafsunya.

Kali ini ia akan mencoba untuk meminta maaf lagi. Cinta membuatnya melupakan harga dirinya sebagai seorang pria yang terkenal cuek.

Cinta?

Ya. Setelah berhari-hari keduanya tak saling sapa, bahkan tak saling menatap, Hyungwon selalu merindukannya. Setiap malam ia selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah ia benar-benar mencintai pria brengsek yang sangat jauh dari ekspektasinya yang tak lain adalah seorang gadis cantik.

Namun hatinya selalu menjawab jika ia benar-benar jatuh cinta pada pria brengsek itu. Ia bahkan sempat membenci hatinya sendiri karena berbanding terbalik dengan otaknya.

Apa yang ia lihat di koridor waktu itu tak membuatnya mengurungkan niat untuk meminta maaf. Jujur saja, melihat Wonho melakukan seks dengan pria lain membuatnya sakit hati. Namun ia tak peduli, jika perasaannya sudah bulat, apa yang bisa ia lakukan?

Setidaknya jika Wonho memaafkannya, mungkin hatinya bisa menjadi lebih tenang. Sedikit.

Langkah kaki membawanya ke kantin untuk menemukan pria itu. Namun setelah mencari ke seluruh bagian kantin, ia tak menemukannya.

Tiba-tiba suatu tempat terngiang di otaknya. Lapangan basket.

Ia menyiapkan handuk dan sebotol minuman. Untuk berjaga-jaga jika Wonho tak membawanya. Sesampainya di sana, ia mengintip di celah pintu dengan pelan.

Terdapat sosok tinggi berambut pirang, yang dirindukannya itu. Ia masuk ke sana pelan-pelan, berharap sasarannya tak menoleh ke arahnya. Wonho hanya bermain sendiri, ntah kemana teman setimnya.

Namun Hyungwon tertangkap oleh pandangan Wonho. Ia langsung terdiam membeku, seperti orang bodoh. Ia belum siap melihat Wonho membuka mulutnya.

Wonho hanya menatapnya bingung. "Sedang apa kau disini?"

"A-aku aku ingin meminta maaf" ujarnya gugup. Wajar saja, meminta maaf kedua kalinya sangat bukan stylenya.

'Kau benar-benar pantang menyerah ha?' Batin Wonho.

"Bukankah kau sudah tahu jika aku tak akan memaafkanmu? Mengapa kau keras kepala sekali?"

"Aku ingin kau memaafkanku. Aku tak mau kita menjadi seperti orang asing seperti ini. Setidaknya jangan menganggap seolah aku tak ada di dunia ini" ujar Hyungwon saat mengingat Wonho membiarkannya menangis begitu saja memandangi ia sedang bercinta dengan pria lain.

Précieux [ Hyungwonho ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang