SATU

1.3K 32 0
                                    

"Kamu mau ikut aku ke kantin?"

"Atau aku beliin makanan buat kamu"

Gadis itu tetap meracau dengan seorang laki-laki yang ada dihadapannya, namun laki-laki tersebut bahkan tak mendengarkannya sama sekali. Kemudian laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya berjalan keluar dan mengabaikan gadis yang sedari tadi bicara tak jelas.

Salsha menghela napas kecewa atas perlakuan Daniel barusan. Sudah satu tahun terakhir ini Salsha selalu bersikap seperti itu kepada Daniel Pranata, Laki-laki yang disukainya sejak awal masuk SMA. Ini bukan yang pertama Salsha diperlakukan sepeti tadi, tapi setiap hari.

Entah apa yang ada di pikiran Salsha sampai bisa setergila-gila itu terhadap Daniel. Padahal Salsha adalah gadis yang cantik dengan kulit putih dan badan mungil, rambut hitam sepunggung dan matanya berwarna cokelat cerah. Semua teman-temannya yang berada dikelas bahkan sudah sangat tau bahwa Salsha menyukai Daniel, walau cowok itu berkali-kali mengabaikannya dan tidak peduli bahkan tak pernah mengangapnya ada. Miris memang!

"Lo nggak apa-apa kan, Sha?" Reva menepuk bahu Salsha dengan lembut. Salsha menatap teman sebangkunya dan menaikan alis bingung.

"Emang gue kenapa? Gue nggak apa-apa kali, Re." Jawab Salsha sambil nyengir.

Reva tersenyum prihatin menatap sahabatnya ini 'hati Salsha terbuat dari apa kali ya, dicuekin sama orang yang dia suka tapi kaya nggak terjadi apa-apa' batin reva berkata.

"Kantin, yuk! Laper nih gue" ajak Reva sambil menarik tangan Salsha yang tidak bisa menolak.

Di kantin Salsha duduk berhadapan dengan Reva yang sedang asyik malahap baksonya. Sementara Salsha sibuk menelusuri pandangannya ke penjuru kantin yang ramai, mecari siapa lagi kalau bukan Daniel. Tapi, tidak ada. Bahkan di meja pojok kantin yang biasa Daniel duduki pun tidak ada, hanya terlihat Rehan disana yang biasanya bersama Daniel.

"Lo nyari siapa sih? Daniel? Yaelah, lo entar juga ketemu di kelas. Sekarang mending lo makan dulu itu bakso. Ntar keburu nggak enak." kata Reva kesal melihat bakso Salsha yang belum tersentuh sama sekali bahkan bakso miliknya sudah hampir habis.

"Gue nggak mood makan, Re. Udah kenyang. Lo udah kan? Kelas aja yuk" kata Salsha beranjak dari tempat duduknya, mau tidak mau Reva pun mengikuti Salsha setelah membayar baksonya tentunya.

***

Salsha mencatat tulisan yang ada di papan tulis, kelas sudah kosong hanya tersisa dirinya. Salsha memang paling lambat bila urusan catat mencatat.

Setelah dia menyelesaikan catatanya Salsha bergegas keluar setelah sampai digerabang tak tampak seorang pun, Salsha segera mengambil ponsel dari sakunya dan menelpon supirnya untuk menjemputnya.

Sesampainya di rumah Salsha bergegas menuju kamarnya dan mengetikan seseuatu diponselnya.

To: Daniel

Sayang udah sampe rumah kan? Jangan lupa makan :)

Send....

Sudah 5 menit tapi tidak dapat balasan, Salsha memang rutin mengirimi Daniel pesan singkat. Pesannya beragam, entah itu hanya sekedar untuk mengingatkan Daniel makan, menanyakan kegiatan  cowok itu, mengirimi kata-kata manis, dan pernah juga Salsha pura-pura menanyakan tentang PR. Namun semua itu tidak pernah digubris.

Daniel hanya akan sms jika ada pemberitahuan kelas dan itu berarti di send all kontak, walaupun begitu tetapi Salsha tetap senang. Bego!

Besoknya Salsha berangkat sekolah seperti biasanya diantar Pak Man supirnya, berjalan di koridor yang masih sepi. Salsha menatap kotak yang dia genggam sambil terus tetap berjalan menuju kelasnya. Tadi sebelum berangkat sekolah Salsha memang sengaja membuat sandwich untuk Daniel.

Di dalam kelas Sebelas IPS 1 hanya tampak Udin dikursi pojok kelas dengan kacamata tebalnya dan buku setebal 10cm.

'Buset si Udin pagi-pagi udah anteng aja baca buku tebel nya segitu' batin Salsha berkata.

Udin memang anak paling pintar di kelasnya. Tipikal anak baik-baik kesayangan guru.

Salsha hanya duduk dan menunggu, kelas sudah ramai tapi orang Salsha tunggu belum juga muncul.

"Sandwich lagi?" Tanya Reva yang baru saja muncul ketika melihat kotak ditangan Salsha

"Iya."

"Lo nggak kapok apa? Dari pada itu sandwich dibuang sama cowok yang nggak punya hati itu mending gue yang makan"

"Yeehh itu mah mau lo, siapa tau hari ini dia makan sandwich buatan gue." kata Salsha begitu yakin sambil memerkan senyum riang, senyum itu semakin lebar ketika melihat laki-laki yang ia tunggu muncul di balik pintu. Iya anak laki-laki itu yang selama ini Salsha idamkan, Laki-laki yang selalu mengabaikannya, Laki-laki yang tidak pernah tersenyum kepadanya. Laki-laki yang hanya bicara secukupnya kepadanya, Laki-laki yang selalu bersikap dingin kepadanya, Daniel Pranata.


Salsha buru-buru beranjak dari tempat duduknya dan mengabaikan Reva yang masih sibuk mengomentari akan sikapnya.

Salsha menghampiri Daniel dikursinya dengan senyum yang merekah. Tanpa ragu ia menyodorkan kotak berisi sandwich buatannya kepada laki-laki itu.

"Ini buat kamu, dimakan ya. Aku buat sendiri khusus buat kamu" kata Salsha dengan senyum yang masih menghiasi bibirnya.

Daniel hanya menatap Salsha sekilas, kemudian tangannya terulur mengambil kotak yang disodorkan Salsha tanpa sepatah kata pun. Salsha tersenyum lebar melihat Daniel menerima sandwich pemberiannya.

"Dimakan ya sayang. Aku balik duduk dulu, ya." Salsha nyengir dan berbalik menuju kursinya yang berada di depan hanya berjarak 2 meja dari tempat Daniel duduk.

***

Daniel menatap malas kearah kotak yang baru saja gadis bodoh itu berikan, iya Gadis bodoh itu adalah Salsha. Terkadang Daniel merasa muak dengan sikap gadis bodoh itu yang selalu mengganggunya.

"Lo mau nggak? Gue udah kenyang." kata Daniel menyodorkan kotak yang diberikan Salsha kepada Rehan teman satu mejanya.

"Dari Salsha ya bro? Widiih kebetulan banget gue belum sarapan." kata Rehan semangat mengambil kotak berisi sandwich itu, setiap Salsha memberinya makanan pasti makanan itu akan berakhir diperut Rehan.

Daniel hanya terkekeh mendengar perkataan temannya itu tiap hari juga nggak pernah sarapan pikir Daniel yang melihat Rehan sudah menyantap sandwich itu.

Tidak sengaja pandanganya bertemu dengan mata Salsha dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada pancaran kecewa, sedih, dan berharap, dimata cokelat gadis itu. Kemudian gadis itu berbalik dan menghadap kedepan karena guru sudah masuk dan mata pelajaran akan segera dimulai, Daniel pun tidak terlalu memikirkan gadis bodoh itu...





(A/N)

Part ini emang sengaja dibuat pendek :)

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang