ENAM

432 25 0
                                    

Keesokannya Salsha masih pada tahap menjauh dari Daniel. Terbukti saat ia melihat Daniel dikelas, ia tidak seantusias biasanya bahkan Salsha seakan tidak melihat Daniel. Salsha memang benar-benar pengen move on. Gadis itu berjalan sebisa mungkin menuju kursinya, sungguh ia tidak ingin terlihat sedang galau akut di depan Daniel.

Tidak lama ketika Salsha duduk seorang guru wanita datang yang kelihatanya sedang terburu-buru.

"Saya hari ini tidak bisa mengajar kalian karena ada urusan penting yang tidak dapat ditunda." Sontak saja seisi kelas berteriak riuh karena senang tiga jam kedepan akan bebas dari mata pelajaran Sejarah yang membosankan.

"Tapi saya akan memberikan tugas kepada kalian dengan kelompok kecil yang hanya beranggota dua orang dan besok hasilnya harus sudah ada di meja saya." Lanjut guru itu, gagal free tiga jam deh.

"Fajar maju kedepan! Ini tugas yang harus kalian kerjakan, serta daftar kelompok nya tolong kamu bacakan ya"

Fajar yang notabenya ketua kelas XI IPS 1 itu pun menerima kertas yang diberikan guru itu.

"Oke, ibu tinggal dulu" Kata guru itu melangkah keluar kelas.

Setelah guru itu keluar, suasana kelas jadi berisik. Ada yang asyik mengobrol, main handphone, bahkan ada yang gendang-gendang meja.

"Oke guys, Diem bentar! Gue bakal bacain kelompoknya" Tapi kelas masih saja ricuh. Salsha hanya mengehela napas melihat suasana kelasnya, memang seperti ini kalau jam kosong kayak pasar dadakan.

"WOY!!! BISA DIEM DULU!" Fajar membentak sontak saja kelas jadi hening, yang tadinya cewek-cewek ingin bergosip malah nggak jadi. Semua mata menatap Fajar sang ketua kelas.

"Diem kayak gini kek dari tadi, kan enak. Gue nggak mau ya dipanggil guru lagi gara-gara kelas yang ributnya kayak pasar." kata Fajar kesal mengingat minggu lalu ia dipanggil ke ruang guru karena kelasnya ributnya kayak pasar dan dia mendapat ceramahan panjang lebar agar dapat menyituwasikan kelasnya sebagai ketua kelas, padahal yang membuat ulah teman-temannya. Resiko jadi ketua kelas.

Fajar pun mebacakan kelompok kecil tersebut.

"Faiz sama Lita"

"Dimas sama Thessa"

"Danu sama Sabrina"

"Rehan sama Reva" Mendengar nama tersebut Salsha menoleh milihat Reva, lalu menyenggol bahu Reva pelan.

"Ciee satu kelompok sama Rehan tuh" bisik Salsha dengan kekehan kecil.

"Apaan sih norak." Pipi Reva bersemu.

"Cie blushing" kata Salsha lagi, buru-buru Reva memegang pipinya.

"Ucup sama Rissa" suara Fajar masih terdengar.

"Gue sama Putri"

"Daniel sama Salsha" Mendengar itu Salsha terdiam, pasti jika keadaanya tidak seperti ini ia akan senang. Tapi sekarang suasananya sudah sangat berbeda, jika ia satu kelompok sama Daniel pasti aia akan banyak berinteraksi dengan laki-laki itu. Dan akan membuat Salsha semakin sulit move on.

"Cie satu kelompok sama Daniel tuh, seneng ya pasti?" Bisik Reva kepada Salsha dengan senyum yang menyebalkan.

"Apaan sih norak" jawab Salsha sama persis yang diucapkan Reva tadi.

Reva tertawa, "mungkin ini hari keberuntungan kita." Salsha hanya tersenyum tipis, Reva salah besar jika mengatakan hari ini hari keberuntungannya.

"Bakal susah move on gue" kata Salsha pelan.

"Kalo nggak bisa ya mending nggak usah"

"Kok lo buat gue jadi pesimis sih, Re?"

"Hahaha—" Reva tertawa, "kalo emang susah mending nggak usah, gue cuma pengen lo berhenti mengejar."

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang